Topik Utama 4

 

Prinsip Dan Etika Dalam Berdakwah

Oleh: Muhammad Farhad Zamiet

Secara harfiyah, dakwah berarti mengajak atau menyeru. Dakwah merupakan salah satu istilah keagamaan yang sudah lumrah digunakan. Namun ada satu hal yang perlu diperhatikan, yaitu konsep dakwah tidak hanya berkaitan dengan cara berbicara dan menyeru yang efektif saja. Akan tetapi juga tentang etika dan prinsip penting dalam menjalankannya.

Dakwah merupakan jalan para nabi dan rasul. Jalan yang telah mereka tempuh sejak dahulu. Dan itulah tujuan Allah mengutus mereka, yaitu menyeru agar umat menauhidkan Allah dan meninggalkan peribadatan kepada selain-Nya.

Karena dakwah adalah tugas berat dan agung, maka dalam mengembannya harus diperhatikan etika dan prinsip-prinsipnya. Diantaranya adalah konsistensi dan kesinambungan antara ucapan dan perbuatan. Dalam KBBI, konsisten diartikan selaras, yakni sesuai. Mengenai hal ini Allah berfirman,

يا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian lakukan? Sangat besar kemurkaan Allah ketika kalian mengatakan apa yang tidak kalian lakukan.” (QS. ash-Shaff: 2–3)

Dalam Kitab Shafwah at-Tafasir, Imam Ali ash-Shabuni rahimahullah mengutip sebuah pendapat yang menyatakan bahwa termasuk orang yang perkataannya tidak sesuai dengan tindakannya adalah orang yang memerintahkan saudaranya  untuk melakukan kebaikan namun dia sendiri tidak melaksanakannya, atau ia melarang dari kemungkaran namun dia tidak meninggalkannya. Hal ini sebagaimana firman Allah:

أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ

“Mengapa kalian menyuruh orang lain untuk berbuat kebaikan, sedangkan kalian melupakan diri kalian sendiri, padahal kalian membaca al-Kitab (Taurat)? Tidakkah kalian mengerti.” (QS. al-Baqarah: 44)

Mengenai ayat di atas, Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Si’di menafsirkan,

أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ

“Yakni, kalian memerintahkan kepada keimanan dan kebajikan.”

 وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ

“Dalam keadaan kalian meninggalkan perintah tersebut.”

وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلا تَعْقِلُونَ

Syaikh as-Sa’di berkata, “Akal disebut dengan akal karena digunakan untuk memikirkan apa saja yang bermanfaat berupa kebaikan dan yang bermudharat maupun merusak. Akal akan mendorong pemiliknya untuk menjadi orang yang pertama dalam melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjadi orang pertama dalam meninggalkan apa yang dilarang. Maka barang siapa yang memerintahkan orang lain untuk mengerjakan kebajikan, namun dia tidak mengerjakannya ataupun ia melarang dari kemungkaran namun dia tidak meninggalkannya, maka hal ini menunjukkan atas tidak adanya akal serta menunjukkan kebodohan dirinya. Terlebih jika ia telah mengetahui hal tersebut, maka telah tegak hujjah atasnya.” [Taisir Karimir-Rahman, hlm.  51]

Ayat ini menjadi pengingat kuat bagi para dai terhadap sebuah prinsip penting dalam berdakwah. Bahwa sebagai penyeru kebaikan, apa yang diucapkan haruslah selaras dengan apa yang dilakukan. Ayat ini juga memberi pesan agar para dai senantiasa menghiasi dirinya dengan perangai yang baik sehingga bisa menjadi contoh Islami bagi elemen masyarakat.

 

Siapkanlah Diri Akhi!

Penjelasan di atas diharapkan menyadarkan kita untuk lebih serius dan bersungguh-sungguh dalam dakwah tauhid dan sunnah ini. Inilah dakwah salafiah, dakwahnya nabi dan para sahabat serta yang mengikuti beliau.

Mari bersama memanfaatkan peluang besar kita sebagai santri  yang mempelajari ilmu agama di pesantren ini. Ingat sobat! Ilmu yang kita pelajari adalah amanah di pundak masing-masing kita. Wajib bagi kita untuk menyampaikannya kepada umat, tentunya setelah kita sendiri berupaya untuk mengamalkannya.

Mari satukan langkah untuk kompak dan sinergis demi agama dan dakwah. Harapannya dengan satu kesatuan di bawah bimbingan al-Qur’an dan Sunnah dengan pemahaman salafil ummah. Berharap, agar perjuangan kita mendapatkan keberkahan dan pengaruh baik bagi bangsa dan negara kita tercinta.

Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk bisa menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Sebagaimana kita berdoa semoga Allah menghindarkan kita dari segala kejelekan dan keburukan. Amin Yaa Mujibad-Du’a.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.