Amalan Sia-Sia Gara-Gara Dosa
Oleh Abu Ridhwan Fakhri Hadi, Takhasus
Tahun 1442 H telah kita lalui. Pengorbanan demi pengorbanan, ibadah demi ibadah telah kita lakukan demi meraih pahala berlipat ganda yang Allah berikan di tahun tersebut.
Namun sangat disayangkan jika kita masih saja belum bisa berhenti melakukan kemaksiatan dan meninggalkan akhlak yang buruk. Jika demikian, bagaimana perihal amalan yang telah kita lakukan? Apakah masih tersimpan sebagai pahala? Atau justru tersia-siakan begitu saja?
Kemaksiatan Bisa Menghapus Pahala Kebaikan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah rahimahullah berkata dalam Majmu’ al-Fatawa-nya:
“Allah Taala berfirman,
لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
“Janganlah kalian membatalkan sedekah kalian dengan mengungkit-ungkit dan menyakiti (orang lain).” (QS. Al-Baqarah: 264)
Mengungkit-ngungkit dan menyakiti orang lain merupakan kejelekan. Jadi, amalan bisa rusak ketika seorang sedang mengerjakan amalan tersebut maupun setelah mengerjakannya.” (Majmu’ al-Fatawa)
Dan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Dan janganlah kalian membatalkan amalan-amalan kalian.” (QS. Muhammad: 33)
Berkata asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah:
“Ayat ini menunjukkan larangan memutus amalan kewajiban dan dibencinya memutus amalan sunnah, dengan melakukan faktor-faktor yang dapat membatalkannya.”
Said bin Al-Musayyib pernah berkata,
“Jangan sampai mata kalian melihat para penolong kezaliman kecuali diiringi dengan pengingkaran dari hati, agar amalan saleh kalian tak terhapus.” (Hilyatul Auliya’)
Jadi setuju terhadap kemaksiatan juga merupakan keburukan, hal ini tentu sering terjadi pada kita semua.
Bidah Bagian Dari Kemaksiatan
Bidah juga termasuk kemaksiatan, bahkan lebih besar bahayanya dari segala sisi. Karena, bidah adalah bentuk pelanggaran terhadap ancaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sekaligus mendahului bimbingan Allah dan Rasul-Nya.
Fudhail bin Iyadh pernah berkata,
“Barangsiapa yang mencintai pelaku kebidahan maka Allah akan mengugurkan amalannya serta menghilangkan cahaya Islam dari hatinya.” (Siyar A’lamin Nubala’)
Penutup
Jadi perkaranya sangat besar dan bukan main-main. Maka hendaknya kita segera mengintrospeksi diri kita masing-masing dan menjauhi berbagai kemaksiatan. Serta bertaubat kepada Allah selagi Dia masih memberi kita kesempatan dan kehidupan.
Semoga Allah senantiasa menjaga amalan-amalan yang telah kita kerjakan selama ini dan kita berlindung kepada-Nya agar tidak menjadi orang-orang yang merugi, amin.