BAHAYA KHAWARIJ TERHADAP UMAT
Asy-Syaikh Dr. Khalid bin Dhahwi bin azh-Zhafiri
Di antara tema penting yang perlu dibahas adalah sikap ghuluw/berlebih-lebihan yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Di sisi lain ada sikap bermudah-mudahan, tamyi’ (menganggap mudah, remeh, tidak kokoh di atas kebenaran). Dua hal ini menjadi musibah bagi agama dan umat ini, khususnya bagi Ahlus Sunnah. Dalam kesempatan ini, saya akan menjelaskan sisi pertama, sikap keras dan sikap berlebihan dalam urusan agama.
Ghuluw adalah salah satu sebab kesyirikan di tengah-tengah Bani Adam, sebagaimana kisah kaum Nabi Nuh. Kesyirikan pertama kali yang ada pada umat Nuh adalah sikap melampaui batasan agama dalam hal menyanjung dan menghormati orang-orang saleh. Kemudian lihatlah, bagaimana sikap berlebih-lebihan mengantarkan umat kepada hal lain.
Oleh karena itu, dahulu ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) dilarang dari sikap tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Wahai ahlul kitab, jangan kalian bersikap melampaui batas dalam agama kalian. Dan jangan kalian berucap sesuatu kecuali kebenaran.” (an-Nisa’: 171)
Agama ini melarang sikap tersebut dan memerintahkan bersikap adil serta pertengahan (tidak berlebih-lebihan dan tidak meremehkan). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Demikianlah umat ini Kami jadikan sebagai umat pertengahan.” (al-Baqarah: 143)
Demikian pula ketika Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam melihat sahabat melempar jumrah ketika haji. Sebagian mereka melampaui batas dengan melempar bebatuan besar (bukan dengan kerikil kecil). Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kepada para sahabat, “Hati-hatilah kalian terhadap ghuluw, karena sesungguhnya yang menghancurkan umat sebelum kalian adalah sikap melampaui batas dalam urusan agama.”
Dalil tentang hal ini sangatlah banyak.
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umat ini dari suatu kaum yang melampaui batas dan memberatkan diri dalam urusan agama padahal tidak ada perintah beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam. Ada pula suatu kelompok yang tidak ridha dengan hukum Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, manusia yang paling adil; tidak ridha terhadap para sahabat sehingga memerangi dan mengafirkan mereka. Tentu saja, kelompok ini lebih tidak ridha dengan hukum kaum muslimin dan pemerintahnya.
Mereka (orang yang melampaui batas) ada di tengah-tengah umat ini. Kelompok tersebut disebut Khawarij. Inilah nama yang sesuai dengan syariat bagi kelompok tersebut yang semestinya kita sematkan. Mereka memiliki nama yang banyak sepanjang sejarah, di antaranya al-Azariqah, ash-Shufariyah, an-Najdat. Ini adalah kelompok pecahan khawarij.
Mereka memiliki pemikiran dan pengikut yang masih muncul pada masa kini dengan nama/sebutan yang lain, seperti, Quthbiyyun (pengikut Sayyid Quthb yang memiliki paham takfir), al-Qaedah/Daulah Islamiyah/ISIS—yang bersikap ghuluw, keras, dan melakukan kekerasan di tengah-tengah umat; Islam berlepas diri dari tindakan semacam itu)—dan Jabhatun Nushrah. Semua itu adalah bagian kelompok sesat dan politik yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Cikal bakal mereka ketika muncul pada masa Rasulullah adalah orang yang bernama Dzul Khuwaishirah, seorang munafik. Dia datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam saat membagi harta rampasan perang Hunain. Yang dikatakannya kepada Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Muhammad, berbuatlah adil! Aku melihatmu tidak berbuat adil.”
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya, “Celaka engkau! Siapa yang bisa berbuat adil jika aku tidak bisa berbuat adil.”
Orang ini tidak ridha dengan pembagian Rasulullah, tidak ridha dengan ketentuan beliau; bagaimana bisa orang ini ridha terhadap kita dan para pimpinan kita?
Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata dan menunjuk orang ini,
“Suatu kaum akan keluar dari orang ini (keturunan dan para pengikutnya) yang kalian merasa shalat kalian lebih sedikit dibandingkan dengan shalat mereka, puasa kalian lebih sedikit dibandingan dengan puasa mereka. Mereka akan banyak membaca al-Qur’an.”
Maknanya, para sahabat g yang ahli ibadah akan merasa bahwa ibadahnya masih sedikit dibandingkan ibadah mereka. Sebab, orang Khawarij gemar beribadah, shalat, dan membaca al-Qur’an. Akan tetapi, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa bacaan mereka tidak melampaui tenggorokan mereka; yakni hanya sampai lisan mereka, tidak sampai kepada kalbu mereka. Mereka tidak memahami dan mengamalkannya dengan benar. Karena itu, walaupun ibadah mereka seperti itu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa mereka keluar dari agama ini seperti anak panah yang melesat cepat dari sasarannya. Perbuatan mereka ini bukan dari Islam dan tidak boleh disandarkan pada Islam.
Di antara sifat lain yang disebutkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah mereka (Khawarij) dari kalangan anak-anak muda. Inilah mayoritas yang ada pada Khawarij pada masa ini. Mereka merekrut anak-anak muda, lalu mereka gunakan untuk melakukan operasi bom bunuh diri, membunuh muslimin yang tidak berdosa, dan semacamnya.
Sifat berikutnya adalah orang yang bodoh akalnya. Mereka tidak punya hikmah dan ilmu, yang ada hanya kebodohan.
Sifat berikutnya, mereka membunuh orang-orang Islam dan membiarkan para penyembah berhala (nonmuslim). Oleh karena itu, jika diperhatikan tempat perkumpulan dan aksi mereka, baik pada masa lampau maupun masa kini, mereka melakukannya di tengah-tengah kaum muslimin, di negeri Islam. Mereka melakukan pengeboman dan pembunuhan, termasuk terhadap wanita dan anak-anak. Fokus mereka adalah terhadap Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Perhatikanlah, kelompok sempalan ISIS mengancam akan masuk dan menyerang negara Saudi Arabia dengan pasukannya. Lihatlah apa yang mereka lakukan. Sementara itu, Yahudi dan Masjidil Aqsa yang demikian keadaannya, yang berada di sebelah mereka, tidak pernah mereka lemparkan satu peluru pun terhadapnya.
Oleh karena itu, saya peringatkan kalian dengan sebenar-benarnya, siapa pun yang berbaik sangka terhadap mereka dan Khawarij secara umum, baik ISIS atau selainnya. Saya peringatkan umat ini agar tidak bergabung dengan mereka dan kekhalifahan mereka yang menyelisihi syariat.
Mereka yang bergabung dengan Khawarij, apakah kalian kira akan berjihad? Mereka justru menggunakan anak muda yang bergabung dengan mereka sebagai pelaku bom bunuh diri. Ketika seorang anak muda datang, mereka beri beberapa latihan. Setelah itu, bahan peledak dipasangkan pada tubuh mereka dan diperintahkan untuk melakukan bom bunuh diri ke tempat tertentu. Yang pasti, anak muda tersebut akan mati. Dengan perbuatan itu, bukankah dia memasukkan dirinya pada hal yang haram, yaitu bunuh diri?
Lebih jauh lagi, perbuatan yang dilakukannya bisa jadi membahayakan orang lain, bisa jadi pula tidak. Terbunuhnya pelaku adalah hal yang pasti. Sangat disayangkan, kebanyakan aksi bom bunuh diri mereka dilakukan di dalam komunitas kaum muslimin. Oleh karena itu, berhati-hatilah dari mereka dengan sebenar-benarnya.
Lihatlah sejarah mereka dahulu bagaimana Khawarij membunuh Utsman radhiyallahu ‘anhu. Mereka memberontak terhadap Utsman radhiyallahu ‘anhu, mengepung, dan membunuh beliau di rumahnya. Utsman radhiyallahu ‘anhu terbunuh sebagai syahid. Mereka juga membunuh Ali radhiyallahu ‘anhu. Beliau radhiyallahu ‘anhu pernah meriwayatkan hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang Khawarij, di antaranya, “Kalau sempat menjumpai mereka, aku akan memerangi mereka dan menghancurkan mereka seperti dihancurkannya kaum ‘Ad.”
Nabi juga mengatakan bahwa orang yang terbunuh oleh kaum Khawarij adalah orang yang mati syahid dan orang yang berhasil membunuh mereka akan mendapatkan surga. Oleh karena itu, Ali radhiyallahu ‘anhu menyambut seruan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan memerangi Khawarij. Namun, perlu diketahui bahwa peperangan melawan Khawarij tidak dilakukan oleh perorangan, tetapi oleh pemerintah kaum muslimin.
Pada peristiwa perang Nahrawan, orang Khawarij berlomba menyeberangi jembatan sungai Nahrawan untuk membunuh para sahabat. Bahkan, sebagian mereka jatuh dari jembatan itu karena berlomba-lomba membunuh kaum muslimin. Lihatlah perbuatan Khawarij terhadap para sahabat. Mereka berusaha melakukan makar pembunuhan terhadap Utsman, Muawiyah, dan Amr bin al-Ash. Mereka juga memberontak terhadap Daulah Umawiyah dan Daulah Abbasiyah.
Mereka terus melakukan hal itu sampai disebutkan dalam hadits bahwa Dajjal akan muncul di tengah-tengah mereka. Artinya, Khawarij akan terus ada, sampai munculnya Dajjal, sang pendusta. Ini menjadi bukti bahwa Khawarij itu sesat.
Khawarij adalah salah satu kelompok sesat. Bahkan, sebagian ulama mengatakan bahwa Khawarij tidak termasuk kaum muslimin. Perbuatan Khawarij mencoreng muka umat Islam. Mereka menampakkan kekerasan di tengah-tengah umat, seperti menyembelih manusia, membakar manusia hidup-hidup, dan membunuh kaum wanita. Sebagian mereka memfatwakan bolehnya membelah perut wanita hamil dan membunuh janinnya sebagaimana membunuh anak-anak. Alasan mereka, orang kafir akan melahirkan orang kafir sehingga janin harus dibunuh. Semua ini menunjukkan betapa bodoh dan jauhnya mereka dari tuntunan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Khawarij telah menyempitkan keluasan kasih sayang Islam. Mereka tidak menampilkannya kepada umat. Lihatlah sebagai contoh, dalam kitab al-Imam al-Lalikai, beliau mengisahkan dua orang Khawarij ketika thawaf sekitar Ka’bah. Kita ketahui bahwa jumlah orang yang thawaf dan haji tentulah sangat banyak. Orang pertama berkata kepada yang kedua, “Engkau melihat betapa banyaknya orang yang berhaji ini?”
Orang kedua menjawab, “Ya.”
Orang pertama berkata, “Ketahuilah, dari sekian banyak orang ini, tidak ada yang akan masuk surga kecuali kita berdua.” Sebab, mereka menganggap hanya mereka yang muslim. Selain mereka, semuanya kafir.
Orang kedua pun tersadar dan berkata, “Surga yang luasnya langit dan bumi tidak akan dimasuki kecuali oleh kita berdua? Ini tidak benar. Aku tinggalkan dirimu dan mazhabmu.”
Akhirnya dia meninggalkan orang pertama yang berpemikiran Khawarij. Inilah akidah Khawarij. Bagi mereka, yang muslim hanyalah diri dan kelompoknya, muslimin di seluruh dunia adalah orang kafir. Bahkan, sesama faksi mereka sendiri saling mengafirkan dan membunuh.
Yang perlu diperhatikan, penyebab terbesar kesesatan dan penyimpangan itu adalah jauhnya mereka dari bimbingan para ulama. Mereka tidak mengikuti fatwa dan arahan para ulama. Mereka menyebut ulama Ahlus Sunnah sebagai munafik, budak penguasa, dan julukan jelek lain yang mereka sematkan.
Oleh karena itu, ketika para pemuda bergabung dengan mereka, yang pertama kali mereka lakukan adalah menanamkan syubhat ini sehingga menjauhi dan tidak merasa terikat oleh para ulama. Jika pemuda merasa tidak terikat kepada ulama Ahlus Sunnah, dia akan menyimpang.
Ketahuilah, ulama Ahlus Sunnah masa kini di antaranya asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, asy-Syaikh al-Albani, asy-Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wadi’i, asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, guru kami asy-Syaikh Rabi’ al-Madkhali, asy-Syaikh Ubaid al-Jabiri, dan selain mereka yang banyak jumlahnya. Kita semua wajib senantiasa terikat dengan mereka dan mengambil ilmu darinya.
Saya akhiri dengan suatu wasiat, hendaknya kita benar-benar mementingkan urusan ilmu dan mempelajarinya. Setiap muslim wajib mementingkan urusan ilmu, mempelajarinya di ma’had salafiyin, mempelajari al-Qur’an dan tafsirnya, fikih, dan lebih penting lagi mempelajari akidah/keyakinan/tauhid yang benar dari kitab-kitab yang sahih, kitab para ulama Ahlus Sunnah.
Sebab, umumnya mereka yang sesat itu seperti kata Ibnu Taimiyah rahimahullah, “Kebanyakan pengikut aliran takfir adalah orang bodoh. Mereka mencari dan merekrut orang yang kurang pengetahuan agamanya.”
Jika tidak mengetahui urusan agama, kita tidak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga terseret bersama orang-orang sesat tersebut.
Kami memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar mengokohkan kita semua di atas sunnah dan tauhid, menjauhkan kita dari segala keburukan dan penyimpangan, yang tampak maupun tidak.
Semoga Allah mengokohkan kita di atas as-Sunnah. Kita berlindung kepada Allah dari segala keburukan, yang tampak maupun yang tersembunyi.
Aku mohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar menjadikan negeri ini dan negeri muslimin secara umum sebagai negeri yang aman, damai, sentosa, jauh dari segala kekacauan dan keburukan.
(Dipetik dari ceramah beliau, Sabtu, 20 Syawwal 1435 H/16 Agustus 2014 M, di Masjid Shirathal Mustaqim, Komplek Jasa Marga Tangerang)
(dikutip dari Majalah Asy-Syariah edisi 103, hal. 75-78)
Sumber http://miratsul-anbiya.net/2014/10/01/bahaya-khawrij-terhadap-umat/