Baktiku kepada Kedua Orang Tua

Lodadi

Sebuah Wasiat tentang birrul walidain..

Telah diketahui bersama bahwa berbakti pada kedua orang tua merupakan seutama amalan. Bahkan hak kedua orang tua berada setelah hak Allah. Allah mengiringi hak orang tua dengan hak-Nya. Allah juga memerintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua setelah memerintahkan untuk mengesakan-Nya dalam peribadahan. Sebagaimana firman Allah,

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

 “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan suatu pun dan berbaktilah kepada orang tua.” (QS. An-Nisa’: 36)

Dan juga berfirman

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selai Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. al-Isra’ 23)

Pada dua ayat di atas Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk berbakti pada kedua orang tua. Hal ini menunjukkan wajibnya berbakti kepada kedua orang tua.

Bentuk berbakti kepada orang tua

           Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban kita semua, lalu bagaimana bentuknya?

Berbakti kepada orang tua adalah berbuat baik kepada keduanya dari sisi ucapan, perbuatan, maupun harta yang diberikan sesuai kemampuan.

Berbuat baik dari sisi ucapan mencakup ucapan yang santun, lemah lembut dalam berucap, tidak mengangkat suara, tidak mengatakan “ah” ketika diperintah. Bahkan jangan sampai kita membentak keduanya. Allah berfirman membimbing para hamba-Nya untuk tidak berkata buruk kepada orang tua sampai pun ucapan buruk yang paling ringan.

فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

“Sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya ucapan “ah!” Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka ucapan yang mulia.” (QS. al-Isra’ 23)

Adapun perbuatan baik dari sisi perbuatan sebagaimana yang Allah firmankan,

وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

“Rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, “Wahai tuhanku kasihilah mereka keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidikku diwaktu kecil.” (QS. al-Isra’ 24)

Pada ayat ini Allah membimbing para hamba-Nya untuk berbuat sopan, santun, dan merendahkan diri saat bergaul bersama orang tua.

Dan kita melakukan ini semua semata-mata mengharap wajah Allah. Jangan sampai kita melakukan sekedar karna takut kepada keduanya atau mengharap duniawi yang mereka miliki.

Hasungan untuk senantiasa berbakti kepada keduanya

Allah membimbing kita para hamba-Nya untuk berbakti kepada orang tua dan mengingatkan kita akan beratnya apa yang mereka alami sebelum dan sesudah kita terlahir di bumi ini. Allah berfirman

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ

“Dan kami perintakan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tuanya ; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya setelah dua tahun.” (QS. Luqman 14)

Betapa besar perjuangan yang mereka korbankan untuk kita dari berbagai sisinya, maka apakah pantas bagi kita untuk melupakan perjuangan mereka begitu saja hanya karna urusan pribadi dan kesibukan duniawi?

Sebuah hadits dari sahabat Anas bin Malik beliau bercerita bahwa suatu ketika Nabi naik mimbar. Beliau kemudian mengucapkan Aamiin  tiga kali. Maka para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasullullah atas dasar apa Anda mengucapkan amin?” Beliau menjawab, “Jibril mendatangiku kemudian berkata, “Wahai Muhammad sungguh celaka seorang yang masih mendapati salah satu orang tuanya namun ia tidak masuk surga dengan sebab keduanya.” Katakanlah ‘Aamiin!’ maka aku mengucapkan ‘Aamiin.’ (HR. al-Bukhari 1898 dan Muslim 1079)

Dan juga sabda Rasullullah pada riwayat lain dari sahabat Abu Hurairah, “Sungguh celaka (beliau menyebutkannya tiga kali) orang yang masih mendapati salah satu atau kedua orang tuanya ketika berusia senja, tapi ia tidak menyebabkannya masuk surga.” (HR. Muslim 2551)

               Keridhaan orang tua menjadi sebab keridhaan Allah

Sebuah hadis dari sahabat Abdullah bin Amr bin al-Ash bahwa Nabi bersabda, “Keridhaan Allah ada pada keridhaan orang tua dan murkaan Allah ada pada kemurkaan orang  tua.” (HR. at-Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa keridaan dua orang tua bisa menjadi sebab keridaan Allah dan juga murka keduanya bisa menjadi sebab murkanya Allah. Namun, apakah hal ini mutlak begitu saja? Jawabannya tidak. Islam memberikan batasan dalam menaati makhluk termasuk kedua orang tua, sebagaimana firman Allah, “Jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmu tentang itu, maka janganlah kamu menaati keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.”

Dan juga hadits dari sahabat Ali bahwa Rasullullah bersabda,

لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةِ اللهِ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ

              “Tidak ada keta’atan dalam bermaksiat kepada Allah hanyalah keta’atan padahal yang baik.” (HR. Imam Ahmad No. 724)

Wallahu A’alam

Wahidin

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.