Balada Santri di Pelosok Negeri (Bag. 1)

Oleh: Tim Reportase
Prolog
21 Rabiul Awwal 1446 H sebelum salat zuhur, saat-saat yang tanpa disadari menjadi hari pembekalan terakhir santri PKL-SPN di Ma’had Minhajul Atsar Jember, melepas kepergian mereka ke sebuah tempat yang disebut dengan “Pancoer Angkrek”.
Sebuah nama yang asing. Ya, karena ia adalah sebuah tempat di pelosok negeri yang jarang diketahui oleh orang di luar sana. Kelak, di sinilah mereka akan menggoreskan cerita, pengalaman, dan pembelajaran.
Pengarahan Sebelum Keberangkatan
“Insya Allah, kita berangkat pagi sekali sekitar pukul 05.00, dikarenakan orang-orang PTPN sangat menghargai waktu. Bagi mereka waktu adalah uang.” Kira-kira demikianlah ustadz Abu Abdillah Majdy memberikan pengarahan pada siang itu, dan berakhir dengan datangnya waktu zuhur.
Serba-serbi Sebelum Menuju Lokasi
Ba’da zuhur, suasana kamar tampak tak terlalu banyak yang berubah, hanya saja kini lantai kamar sudah dipenuhi barang-barang, tas, koper serta beberapa kotak pakaian layak pakai. Tak luput beberapa tikar alas tidur dan kotak P3K.
Beberapa santri sibuk melipat, memasukkan pakaian ke dalam tas atau koper yang akan mereka bawa. Sebagian lagi sedang tenggelam dengan kesibukkannya mengotak-atik motor guna memeriksa kerusakan dan memperbaikinya agar siap untuk dibawa ke tempat PKL-SPN. Adapula yang terlihat lebih santai, tampaknya mereka sudah mempersiapkan perlengkapan yang hendak dibawa jauh-jauh hari.
Menjelang sore, sekitar pukul 16.30, kondisi kamar semakin padat. Koper, tas, dan barang lainnya, bergeletakan di tengah-tengah ruangan berukuran ± 5×10 meter persegi tersebut. Membuat ruangan luas itu terasa sempit, penuh dan sesak. Pun barang-barang tersebut belum termasuk barang-barang tercecer yang belum sempat dirapikan seperti ember-ember dan beberapa alat makan bersih yang masih belum dikemas serta barang-barang pribadi lainnya.
Wajar saja hal tersebut terjadi karena esok mereka harus meninggalkan pondok tercinta dan menuju sebuah tempat di pelosok negeri ini demi menimba pengalaman dan mempelajari beberapa hal tentang cara bersosialisasi dan bermasyarakat serta mempraktikkannya pula secara bersamaan dengan dihiasi adab dan akhlak yang mereka pelajari selama di pondok. Membantu orang-orang yang membutuhkan semampu mereka serta peduli terhadap mereka yang membutuhkan perhatian. Bukankan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata,
«إِنَّ خَيْرَكُمْ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا»
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling bagus akhlaknya.” (Mushonnaf Ibn Abi Syaibah No. 34422)
Dan hadistnya,
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (Hadis riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdillah radhiallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah)
Perubahan Jadwal Keberangkatan
Sebuah kabar yang sangat mengejutkan sampai kepada mereka, sontak membuat mereka kaget dan terkejut, jadwal keberangkatan mereka dipercepat dari yang semula pukul 05.00 pagi menjadi pukul 02.00 dini hari. Lantas hal ini membuat mereka semakin sibuk berkemas.
Senja tenggelam di ufuk barat, berganti malam yang dihiasi bintang-gemintang. Suasana persiapan menjadi penantian, menyambut kedatangan hari esok dan 27 hari kedepan yang akan mereka habiskan di Desa Pancoer Angkrek melalui program PKL-SPN tersebut. Kendaraan yang digunakan untuk mengantarkan santri PKL adalah 2 motor dan 3 mobil; Kijang, L300, dan Land Rover. Kendaraan yang sangat mencukupi untuk mengangkut santri PKL-SPN yang hanya berjumlah 18 orang serta barang bawaan mereka.
Detik-detik Keberangkatan
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Kendaraan sudah siap sedari tadi. Beberapa teman yang kebetulan tidak tidur ikut membantu Ustadz Abu Abdillah Majdy membangunkan mereka.
Sadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 lebih. Mereka langsung segera berkemas dan menyusun barang kendaraan yang ada. Program PKL-SPN ini sendiri sebenarnya merupakan bentuk pendekatan kepada masyarakat melalui sikap, adab, dan akhlak yang kita berikan. Karena dakwah itu tidak selalu melalui lisan, terkadang juga melalui keadaan dan penampilan.
Akhir Kata
Maka bagaimana kisah mereka berikutnya dalam perjalanan PKL-SPN? Simak reportase kami berikutnya!