Dars Rutin Syarh Masail al-Jahiliyyah
Oleh Tim Reportase Santri
Tidak dipungkiri lagi bahwa thalabul ilmi (mencari ilmu agama) merupakan kenikmatan yang amat agung, kenikmatan yang patut untuk disyukuri oleh setiap orang. Ya, betapa nikmatnya ketika kita dapat mendengar kalamullah dan hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bisa duduk bersimpuh di hadapan para pewaris Nabi.
Sungguh, inilah kenikmatan yang hakiki, yang apabila para raja dan penguasa beserta keturunannya mengetahui manisnya thalabul ilmi, pasti mereka akan berusaha merebutnya dengan sekuat tenaga.
Realita di dalam Thalabul Ilmi
Thalabul ilmi memanglah tidak ringan. Di sana terdapat banyak sekali godaan yang siap menghadang. Walaupun di zaman ini telah banyak kemudahan (tidak seperti pada zaman dahulu), mendengarkan majelis ilmu bisa melalui radio tanpa harus duduk bersimpuh di hadapan ustadz, mencari hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa melalui kitab yang telah tercetak tanpa harus menempuh jarak yang jauh, namun amatlah sedikit orang yang Allah Taala berikan taufik untuk memanfaatkan kemudahan-kemudahan tersebut.
Ya, thalabul ilmi memang membutuhkan pengorbanan. Pengorbanan harta, perasaan, waktu dan tenaga. Namun pengorbanan-pengorbanan tersebut, penat, lelah dan letih yang senantiasa menghadang akan terasa ringan selama seseorang memiliki tekad yang kuat dan niat yang benar, ikhlas hanya mengharapkan pahala dari Allah semata. Tidak berharap pujian atau sanjungan dari manusia. Serta mengikuti metode yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan.
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Taala yang masih memberikan nikmat-Nya kepada para santri dan sebagian ikhwan untuk dapat bersimpuh di hadapan para asatidzah hafizhahumullah. Menimba ilmu syar’í, mengambil adab dan akhlak terpuji yang mereka contohkan, juga berusaha mengamalkan nasehat dan bimbingan yang mereka sampaikan.
Baca Juga: Dars ‘Am Takmili, Bentuk Kepedulian Asatidzah Terhadap Santri
Keadaan Santri
Malam itu (16 Jumadil Tsaniyah 1443 / 18 Januari 2022) udara terasa lebih dingin dari biasanya. Mayoritas santri merasa kedinginan, hawa itu menusuk tubuh melalui pori-pori saat mereka sedang duduk bersimpuh di salah satu rumah Allah dalam rangka mendengarkan kajian bakda salat magrib.
Sejak sore, mereka telah bersiap-siap untuk menghadirinya berkat pengumuman dari Tim Kantor Takhasus melalui mikrofon jauh sebelum azan magrib berkumandang, juga melalui papan pengumuman yang terpampang di kantor.
Kitab yang menjadi pembahasan pada kajian malam itu adalah Syarh Masaail al-Jahiliyyah karya asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah. Syarah dari kitab Masaail al-Jahiliyyah karya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Adapun pematerinya adalah al-Ustadz Luqman Baabduh hafizhahullah.
Faedah yang Sangat Berharga
Penyampaian beliau hafizhahullah begitu jelas dan gamblang. Apalagi beliau membawakan contoh dan permisalan di setiap permasalahan yang diterangkannya. Walaupun menggunakan bahasa Arab, tetapi para santri dapat memahaminya dengan mudah karena penyampaiannya pelan dan menggunakan bahasa yang ringan. Hal ini melatih para santri dalam memahami bahasa Arab.
Malam itu, kami sampai di permasalahan yang ketujuh. Beliau di kesempatan itu juga memberikan kesimpulan terkait isi kitab. Yang kami akan sajikan kesimpulan tersebut menjadi beberapa poin:
- Jangan sampai seorang pun mengira bahwasanya apa yang sedang kita pelajari di kitab ini adalah kisah-kisah yang hanya terjadi di masa lampau seperti asaathiiru al-awwaliin. Jangan ia menyangka bahwa kisah-kisah tersebut tidak terjadi di zaman kita. Justru, apa yang kita baca dan pelajari dari Al-Quran atau kitab para ulama itu dapat terjadi pada zaman kita sekarang ini maupun zaman yang akan datang, dan memang sudah terjadi.
- Kebanyakan pembahasan pada kitab ini adalah terkait metode dan cara orang-orang Jahiliah dalam mengambil dalil dan menganggap sesuatu sebagai kebenaran.
- Tujuan yang terpenting dari penulisan kitab ini adalah peringatan dari menyerupai atau mengikuti metode dan jalannya orang-orang Jahiliah.
Di dalam sebuah hadis, Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوهُ
“Sungguh kalian pasti akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai apabila mereka masuk ke dalam lubang dhabb (sejenis biawak), kalian pasti akan masuk untuk mengikutinya.” (HR. Ahmad)
Di dalam buku berjudul Renungan Penggugah Iman, kami juga mendapatkan faedah terkait hal ini. Amirul Mukminin Umar bin al-Khaththab radhiallahu anhu pernah mengatakan, “Ikatan Islam akan terurai sehelai demi sehelai. Yaitu apabila muncul dalam Islam orang yang tidak mengetahui hakikat Jahiliah.”
Penutup
Dengan demikian, betapa pentingnya kita mempelajari kitab yang sangat berfaedah ini supaya dapat terhindar dan terselamatkan dari perangai dan akhlak buruk kaum Jahiliah. Serta agar kita wafat dalam keadaan husnul khatimah.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala segera menghilangkan dan mengangkat pandemi serta fitnah yang sedang melanda negeri ini. Semoga kita dapat bertemu kembali dengan teman-teman, ikhwan, asatidzah dan masyaikh salafiyyin dalam keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Amin..
Artikel Kami: Apa Itu Jahiliyyah, Siapa Saja Ahlul Jahiliyyah
Penulis: Abu Khalid Haidar Surakarta, Takhasus