Di Atas Kenikmatan yang Mahal (Kisah Santri)

Karya

 

Setelah lulus dari jenjang Tahfizhul Quran di Mahad Minhajul Atsar, sebagian kami diberi amanah untuk berangkat ke beberapa ma’had ahlus sunnah. Alhamdulillah ana termasuk yang dipilih untuk berangkat ke sebuah ma’had yang berada di pulau Sumatera.

Seusai liburan semester, ana bersama beberapa teman berangkat menuju pondok tersebut dengan menggunakan bus. Setelah menempuh perjalanan Jawa-Sumatera selama ± 2 hari 3 malam, kami pun sampai di salah satu ma’had salafy di Sumatera. Sebuah ma’had yang dikelilingi perkebunan sawit dan karet.

Berbagai sambutan kami dapatkan dari ustadz, pengurus, dan ikhwan di sana. Tak ketinggalan pula anak-anak, mereka dengan antusias turut menyambut kami, semoga Allah membalas mereka semua dengan kebaikan.

Pada hari-hari berikutnya, berbagai kegiatan yang ada di ma’had tersebut mulai kita jalani. Kami belajar cara mendidik anak-anak, belajar bersabar dalam menghadapi permasalahan,  dan belajar berbagai hal yang sebelumnya belum pernah kami pelajari.

Tak terasa satu semester telah berlalu, banyak kenangan telah kami lalui bersama anak-anak. Berbagai macam pengalaman kami dapatkan selama berinteraksi dengan mereka.

Pada bulan desember 2019, kami mendengar ada penyakit mematikan yang bernama covid-19. Penyakit ini muncul pertama kali di negeri Cina, tepatnya di sebuah kota yang bernama “Wuhan”. Ana saat itu tidak menyangka bahwa penyakit tersebut akan menjadi wabah yang menyebar ke seluruh penjuru negeri, termasuk negeri kita ini.

Kami pun melanjutkan kegiatan seperti biasa, KBM pada semester genap pun dimulai. Anak-anak kembali belajar seperti biasa, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada bulan-bulan berikutnya kecuali Allah Ta’ala, karena Dialah Dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

Pada bulan februari, pengurus Ma’had mengadakan acara daurah. Mereka mengundang salah satu asatidzah dari Jawa -beliau salah satu pembina pada ma’had tersebut-.

Beberapa pekan setelah acara daurah diselenggarakan, tepatnya pada awal bulan maret, pemerintah secara resmi mengumumkan bahwa Indonesia sudah ada pasien yang positif covid-19. Mendengar hal tersebut,  kami terkejut. Sebuah penyakit yang dahulu ana kira hanya menimpa negeri Cina, ternyata telah masuk ke negeri kita ini.

Menyikapi kondisi yang ada, mudir ma’had mengambil berbagai tindakan sesuai dengan arahan pemerintah. Akhirnya KBM diliburkan sapai pada waktu yang telah ditetapkan. Beliau segera memberikan berbagai nasihat untuk para ikhwan. Di antara nasihat yang beliau sampaikan adalah bersabar dalam menghadapi musibah yang menimpa. Menyakini bahwa segala sesuatu yang telah ditakdirkan menimpa seseorang, tidak akan luput dari orang tersebut.

Begitu juga sebaliknya, segala sesuatu yang tidak ditakdirkan menimpa seseorang, maka tidak akan menimpa orang tersebut dan juga berbagai nasihat yang lainnya. Beliau juga menyampaikan anjuran pemerintah terkait dengan pencegahan wabah yang tengah melanda dunia.

Tatkala KBM (kegiatan belajar mengajar) diliburkan, saat itu belum ada santri yang menginap sehingga waktu kami menjadi banyak yang kosong. Hal ini terus berlanjut hingga ramadhan, keadaan ini membuat kami sangat bosan, suntuk, dan jenuh. Bagaimana tidak? Waktu-waktu kami yang biasanya terisi dengan KBM, kini menjadi kosong karena musibah yang Allah takdirkan menimpa ummat manusia.

Hari demi hari pun berlalu, sedangkan kasus positif covid-19 terus melonjak. Pemerintahpun mengeluarkan berbagai keputusan untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19, di antaranya melakukan ibadah di rumah. Maka Ma’had meniadakan shalat jama’ah di masjid. Berat rasanya ketika mendengar lantunan adzan, namun tidak bisa melaksanakan shalat berjama’ah di masjid.

Pada bulan ramadhan, bulan suci yang penuh dengan barakah. Kasus positif covid-19 tidak mengalami penurunan, bahkan lebih meningkat daripada hari-hari sebelumnya. Di antara penyebabnya -dan ini memang merupakan ketentuan Allah- adalah abainya masyarakat dalam menerapkan protokol  pemerintah.

Banyak dari masyarakat yang keluar rumah tanpa memakai masker, keluar rumah tanpa ada kebutuhan yang mendesak, dll. Bahkan ada sebuah kelompok yang secara terang-terangan menentang pemerintah dan menyatakan bahwa covid-19 itu tidak ada. Inilah di antara penyebab tersebarnya ke penjuru Indonesia dan sebagian negara lain.

Akhirnya shalat tarawih yang merupakan ciri khas bulan ramadhan, kami lakukan di rumah sesuai dengan anjuran pemerintah. Melihat perkembangan yang ada, maka pemerintah Indonesia menghimbau masyarakatnya agar tidak melakukan mudik. Kepulangan kami menjadi tertunda, kami pun melaksanakan hari raya idul fitri dengan suasana yang bisa dibilang sepi.

Berbeda dengan hari raya yang kami laksankan di tahun sebelumnya. Kini kami melakukan shalat ‘ied di rumah, baru sekali dalam seumur hidup. Kami melakukannya di rumah, sebuah pengalaman yang tidak ingin terulang kembali.

Dikarenakan belum ada kepastian untuk pulang, kami pun mencari kegiatan yang bisa mengisi waktu-waktu kosong. Seperti: beternak, berkebun, dll. Alhamdulillah ustadz memutuskan untuk melanjutkan pelajaran kami bersama beliau yang sudah sekian lama terhenti.

Kegiatan tersebut berlanjut hingga akhir bulan Dzulqa’dah, tatkala Ma’had Minhajul Atsar Jember memutuskan untuk memulangkan kami dalam rangka melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

Sebelum kembali ke Jawa, kami digabungkan dengan teman-teman kami yang juga melakukan PKL di salah satu ma’had di Sumatera. Hal ini dilakukan dalam rangka memudahkan kepulangan dan pengawasan di masa-masa yang rawan tersebarnya covid-19.

Pada jam 10:00 WIB dini hari, kami diantar dua orang ikhwah menuju ma’had tersebut. Berat rasanya berpisah setelah sekian lama berkumpul, namun setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Sebelum berangkat, kami berpamitan kepada ikhwan dan ustadz. Ustadz pun memberikan nasihat agar selalu semangat dalam thalabul ‘ilmi terutama dalam masa-masa seperti ini.

Setelah sampai di ma’had tujuan, kami menjalani karantina selama dua pekan dalam rangka menaati pemerintah. Kami pun akhirnya melaksanakan shalat ‘ied di ruang karantina, dikarenakan masa karantina belum genap 14 hari.

Setelah selesai dari menjalani masa karantina, kami diperbolehkan memasuki area ma’had yang sedang melakukan isolasi mandiri, kami bisa bertemu dengan teman-teman kami dan juga para santri yang ada di ma’had tersebut. Ma’had tersebut merupakan salah satu ma’had yang tidak memulangkan santri yang menginap  dan tetap melanjutkan KBM bagi para santri.

Dua atau tiga hari setelah keluar dari karantina, kami harus melakukan rapid test sebelum kembali ke Jawa, dikarenakan salah satu syarat sebelum menaiki pesawat terbang.

Dikarenakan tidak ada fasilitas kesehatan di sekitar ma’had yang bisa melanyani rapid test, kami pun harus melakukannya di ibukota provinsi. Akhirnya kami yang berjumlah 9 orang (dengan tambahan teman-teman kami yang PKL di ma’had tersebut) berangkat untuk melakukan rapid test.

Di tengah-tengah perjalanan, kami menyaksikan banyak dari masyarakat yang tidak menggunakan masker. Mereka kurang mentaati protokol dari pemerintah, padahal hal tersebut adalah kebaikan bagi mereka sendiri.

Setelah selesai melakukan rapid test dengan hasil non reaktif, kami kembali ke Ma’had dan mempersiapkan kepulangan pada keesokan harinya. Dikarenakan kepulangan kami ini pada masa-masa pandemi. Kami pun melaksanakan berbagai protokol selama perjalanan, di antaranya: memakai masker medis selama perjalanan, mengganti masker ± 4 jam sekali, mendouble masker saat di atas pesawat, tidak membawa bagasi agar mempercepat proses keluar dari bandara, dan berbagai protokol lainnya. Itu semua merupakan bentuk usaha kita agar terhindar dari covid-19.

Keesokan harinya, kami diantar dua orang ikhwan menuju bandara  ke Ibukota Provinsi. Nantinya kami akan berangkat dari bandara tersebut menuju Batam untuk melakukan transit, setelah itu naik pesawat dari Batam menuju Surabaya.

Setelah sampai di bandara Surabaya, kami dijemput dua ikhwah dari Ma’had. Seusai shalat dhuhur dan ashar, kami berangkat ke Ma’had dengan mengendarai dua mobil. Pada waktu Isya’, kami berhenti untuk melakukan shalat maghrib dan isya’ sekaligus istirahat dan makan. Setelah itu, kami kembali melakukan perjalanan.

Dikarenakan merasa letih, kami pun tertidur di mobil dan baru terbangun setelah sampai depan portal Ma’had Jember. Setelah mobil disemprot cairan desinfektan, barulah mobil diperbolehkan masuk dan berhenti di dekat wisma. Kami turun dan masuk ke wisma, setelah mandi dan menyantap hidangan dari tim tamu, kami langsung beristirahat.

Selama masa karantina, waktu-waktu kami tidak kosong. Kami diberi jadwal kegiatan dan diberi hiburan. Selama tiga pekan, berbagai kebutuhan kami  dilayani oleh tim tamu. Mulai dari konsumsi, belanja di maqshaf, dll. Semoga Allah Ta’ala membalas mereka dengan balasan yang lebih baik.

Setelah genap tiga minggu, kami pun keluar dari wisma dan menjalani serangkai testing untuk masuk program Takmili. Seusai menjalani test tersebut, alhamdulillah kami semua diterima.

Senang rasanya bisa kembali ke Ma’had Jember untuk melanjutkan menuntut ilmu, disaat banyak saudara-saudara kita terhalangi dari kenikmatan yang besar ini. Bahagia rasanya bisa kembali melaksanakan shalat lima waktu berjamaah di masjid, di mana sebagian dari kami sebelumnya tidak bisa melakukannya di masijid.
Renungilah hal ini wahai saudaraku! Di saat banyak anak-anak seusia kita terhalangi dari menuntut ilmu di Ma’had dan kita masih bisa melakukannya. Di saat banyak kaum muslimin yang tidak bisa menjalankan shalat lima waktu, shalat tarawih, dan shalat ied secara berjama’ah di Masjid, kita masih bisa menjalankannya.

Di saat banyak dari teman-teman kita tidak bisa melakukan kegiatan mereka. Kita masih bisa bermain, berolahraga, belajar, beramal shalih, dan kegiatan yang lain dengan tenang di Ma’had yang menerapkan secara ketat berbagai protokol kesehatan.

Sungguh banyak sekali kenikmatan dan kemudahan yang kita dapatkan di saat kita tidak pulang ke rumah, terkhusus di masa covid-19. Walaupun setiap dari kita merindukan keluarga, merindukan kampung halaman, namun bersabarlah wahai saudaraku! Agar Allah Ta’ala tetap memberikan kemudahan dan kenikmatan yang Allah berikan kepada kita sekarang ini.

Wajib bagi kita untuk banyak-banyak bersyukur kepada Allah, karena Dialah yang telah mencurahkan berbagai kenikmatan-Nya kepada kita. Allah Ta’ala telah memberikan kepada kita berbagai kenikmatan yang mahal, di mana tidak semua orang mendapatkannya. Pergunakanlah berbagai kenikmatan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah! Jangan sampai kita sia-siakan kenikmatan tersebut! Sehingga dengan sebab perbuatan kita sendiri, Allah cabut apa yang kita berada di atasnya saat ini. Wal’iyadzu billah.

Kemudian kita bersyukur dan berterima kasih kepada para asatidzah, satgas, dan pengurus. Kita mendoakan mereka agar Allah memberikan kekokohan dan keistiqamahan di atas agama ini. Mereka telah banyak memberikan kebaikan kepada kita, mereka berusaha agar kita tetap belajar di Ma’had dengan aman. Mereka berusaha menjaga keimanan dan ketakwaan kita kepada Alllah pada masa pandemi ini.

Dari satu rapat ke rapat yang lain, mereka membahas. Mereka memikirkan kebaikan untuk kita semua, pikiran dan tenaga dicurahkan untuk kebaikan kita. Mereka berusaha menerapkan berbagai protokol kesehatan yang itu semua tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Ya Allah, kami memohon kepada-Mu agar menjadikan kami termasuk orang-orang yang mensyukuri nikmat-Mu…

Ya Allah, angkatlah wabah ini dari muka bumi dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang bisa mengambil ibrah dari musibah ini…

Ya Allah, berilah istiqamah kepada kami dan juga para asatidzah di atas jalan-Mu yang lurus…

Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari fitnah, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi…

Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pengabul doa.

 

ditulis oleh Rifqi Andika Wijaya Takmili 2C

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.