Jagalah Agama dan Kehormatanmu!
Oleh al-Harits al-Maidany hafidzahullah
Dari hadits sahabat yang mulia an-Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ، وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ، وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ
“Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas dan perkara yang haram itu jelas, adapun di antara keduanya (halal dan haram) adalah perkara samar yang banyak dari manusia tidak mengetahuinya. Barang siapa yang berhati-hati/menjaga diri dari perkara syubhat (samar), maka sungguh dia telah menjaga agama dan kehormatannya. Dan barang siapa yang terjatuh dalam syubhat (perkara yang samar) berarti dia terjatuh dalam keharaman.” (HR. al-Bukhari no. 522051 dan Muslim no. 1599)
Takhrij hadits:
Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh dua Imam ahli hadits yang terkenal, yaitu:
- Imam al-Bukhari dalam shahihnya pada bab man istabroa lidinihi wa ‘irdhihi, hadits no. 522051.
- Imam Muslim dalam shahihnya pada bab akhdzu halal wa taroka syubhat, hadits no. 1599.
Makna hadits secara global:
Rasulullah shallahu ‘alihi wa sallam dalam hadits yang mulia ini memerintahkan kepada kita untuk menjauh dari perkara yang meragukan, baik berupa ucapan maupun amalan, baik yang dilarang ataupun yang tidak dilarang. Dan kita diperintahkan untuk mengambil perkara yang menyakinkan.
Dengan demikian, ketika kita dihadapkan dengan syubhat (perkara yang samar), sebagai suatu perkara yang meragukan maka kita hendaknya menjauhinya dalam rangka menjaga agama dan kehormatan kita. Sementara perkara yang jelas halalnya tidak akan membuat keraguan, kebimbangan, kegoncangan, dan kegelisahan pada diri seorang yang beriman, bahkan jiwa akan tenang menjalaninya.
Sebaliknya perkara yang syubhat (perkara yang samar), apabila diamalkan akan menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan pada hati seseorang.
Sebagai permisalan, apabila seorang ragu terhadap suatu masalah, apakah hal itu halal ataukah haram, maka hendaknya dia tinggalkan keraguan itu kepada apa yang diyakini atau pada apa yang jelas kehalalannya. Yang demikian ini berarti dia telah menjaga agama dan kehormatannya.
Demikian pula dalam perkara ibadah, ia kerjakan yang ia yakini itu benar datangnya dari Allah dan Rasul-Nya dan tidak ada keraguan dalam hati ketika mengerjakannya.
Faedah dan kesimpulan hadits:
- Perkara yang jelas kehalalannya akan menenangkan hati dan tidak menggelisahkan seseorang.
- Perkara yang syubhat (perkara yang samar) akan membekaskan keraguan di hati dan akan menggelisahkannya, demikan pula perkara dosa.
- Dengan mengetahui syubhat (perkara yang samar), seseorang akan menjaga agama dan kehormatannya.
- Jika seseorang hamba terjatuh dalam perkara syubhat (perkara yang samar), maka dia terjatuh dalam perkara yang haram sebagaimana yang disebutkan dalam hadits.
Para pembaca yang semoga dirahmati Allah Ta’ala, kita memohon kepada Allah taufiq untuk menjaga agama dan kehormatan kita. Semoga kita dimudahkan untuk mengetahui kemudian mengamalkan hal-hal yang telah jelas dari Allah Ta’ala. Wallahu ‘alam
Referensi:
- Jami’ al-‘Ulum wal Hikam, 1/280.
- Kaset durus Al-Arba’in oleh Asy-Syaikh Shalih Alu S
- Kaset durus Al-Arba’in oleh Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin.