Jihad yang Paling Utama

JIhad yang Paling Utama

 

Oleh Khalid Abdul Khalik Bengkulu, Takhasus

 

Ikhwani fillah rahimani wa rahimakumullah…

Ilmu itu cahaya, berjalan di atas ilmu berarti berjalan diterangi kemilau cahaya. Sungguh berbeda antara berjalan di kegelapan nan pekat dengan berjalan di jalur nan bertabur cahaya. Dengan lentera ilmu, seseorang dapat mengenal mana yang hak dan mana yang batil. Mana yang tauhid dan mana yang syirik. Mana yang bermanfaat baginya dan mana yang justru bermudarat baginya. Bahkan, menuntut ilmu termasuk jihad yang paling utama.

 

Jihad yang Paling Utama

Dalam kitab Al-Ilmi, Syaikh Muhammad bin Salih Al-‘Utsaimin rahimahullah menyebutkan secara panjang lebar tentang keutamaan ilmu. Di antaranya adalah bahwa menuntut ilmu termasuk ibadah yang paling mulia. Ilmu juga merupakan bagian dari jihad di jalan Allah. Bahkan ia merupakan jihad yang paling utama di zaman sekarang ini. Zaman di mana fitnah dan kejahilan merebak di muka bumi.

Beliau rahimahullah juga menjelaskan bahwa jihad ada dua. Yang pertama adalah jihad dengan pena dan ilmu dan yang kedua adalah jihad dengan pedang dan tombak.

Diakui atau pun tidak, berjihad dengan pena dan semakin hari semakin melemah, semangat ke arah sana semakin memudar. Padahal jihad dengan pena dan ilmu merupakan salah satu jalan hidup mulia yang telah ditempuh oleh para ulama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَو آيَةً

“Sampaikan dariku walau hanya satu ayat.”  (HR. Al-Bukhari)


Baca Juga: Mana yang Lebih Dahulu, Belajar Atau Berdakwah?


Mencuatnya Semangat Tulis Adz-Dzahabi

Imam Muhammad bin Ahmad bin Utsman atau yang masyhur dengan sebutan adz-Dzahabi mulai bersemangat dalam menulis adalah ketika mendengar kata-kata motivasi dari Imam al-Barzali, “Bentuk tulisanmu sangat mirip dengan tulisan ahli hadis.”

Mendengarnya, Imam adz-Dzahabi langsung merasa tersanjung dan termotivasi. Kata-kata tersebut ibarat benih unggul yang mengakar kuat di hati beliau. Kata-kata tersebut menggugah semangatnya, membangkitkan cita-cita luhurnya. Benarlah! Seorang ulama penulis Siyar A’lamin Nubala terlahir melalui kata-kata motivasi.

 

Di Balik Sebuah Kisah

Muncul secercah harapan, semoga dengan kisah di atas dapat menggerakan jiwa kita untuk turut menggores tinta hitam di atas kertas putih. Bisa jadi dengan tulisan kita, menjadi sebab seseorang mendapatkan hidayah. Mungkin dengan sebab karya tulis kita, menjadi awal keseriusan seseorang mendalami agama Islam. Bisa jadi kelak akan terlahir seorang ulama yang akan meneruskan tongkat estafet dakwah Salafiyah di Indonesia, karena catatan ringan yang kita tulis.

 

Akhir Kata

Ibarat bintang gemintang yang terangnya hanya di area terbatas. Bagai bintang yang cahayanya tak begitu luas. Namun bintang tetaplah indah di tengah kegelapan. Cahayanya tak seterang matahari dan bulan. Tetapi cahaya bintang tetaplah banyak manfaatnya.

Harapannya, tulisan yang ringan ini pun demikian. Berharap menjadi inspirasi bagi generasi muda Islam yang berjuang di jalan Allah melalui karya tulis. Potensi dan bakat para pemuda dalam bidang karya tulis sangatlah besar. Sayangnya, potensi itu belum maksimal digali. Bakat itu masih harus terus diasah.

Semoga tulisan ini bisa menjadi pelecut semangat generasi-generasi muda Islam untuk rajin menulis.

اجْعَلْ مَا تَكْتُب بَيْتَ مَالٍ وَمَا فِي صَدْرِكَ للنَفَقَةً

“Jadikanlah apa yang engkau tulis sebagai simpanan harta yang akan berguna kelak, dan apa yang ada di dadamu itu sebagai nafkahnya.” (Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi dalam kitab Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi karya Imam Ibnu Abdil Barr)

Mari kita berjihad fii sabiilillah dengan semangat membuat karya tulis. Barakallahu fiikum.


Artikel Kami: Kewajiban Dakwah kepada Jalan Agama Allah


 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.