Kami berkirim rindu untukmu, dan kami tahan dulu, untuk ilmu

Oleh Abu Mukhtar Rifai 3B Takhasus

 

Tergerak mata ini, memejam lalu terbuka untuk kemudian memejam dan terbuka lagi. Sedari tadi mencoba untuk mengistirahatkan raga sejenak, namun perasaan di dada resah. Pikiranpun berlarian, ia berlari maju ke depan (maju ya tentunya ke depan), lalu tiba-tiba pikiran itu membanting arah dan berlari ke belakang. Mengintip masa lalu, yang kata orang, “Masa lalu biarlah masa lalu.”

Berbalik lagi ia berlari ke depan, mencoba menerawang membayangkan sesuatu, ada apa di hari esok? Semoga di hari esok aku, kamu, dan kita semua masih istiqamah, mempertahankan manhaj dan sunnah yang dari hari ke hari kian punah, Amin.

Kepala yang penuh harapan, inilah faktor yang membuat aku susah tidur. Padahal teman-teman di sekelilingku sudah ‘melayang’ semua, menyisakan aku dan beberapa teman yang masih asyik murajaah mempersiapkan Ujian Akhir Semester. Padahal suasana seperti ini, sangat cocok dan nyaman untuk tidur merebahkan badan.

Banyak hal yang membuat pagi ini menjadi waktu yang sangat tepat untuk tidur. Yang pertama, karena baru saja semalam aku mengikuti acara makan-makan, setiap orang yang hadir mendapat dua potong paha ayam bakar, jika ditimbang mungkin berat paha itu mencapai setengah kilogram. Tentu sangat memuaskan, disamping juga melelahkan karena harus mengikuti acara sampai malam.

Kedua: Hawa yang mendukung. Gerimis turun tipis-tipis, ditambah kipas kencang membuat suasana menjadi adem dan sejuk. Hari ini juga merupakan hari libur KBM. Ya anggap saja hari tenang, untuk persiapan menghadapi kenyataan hidup di esok harinya, Ujian Akhir Semester, ujian di atas ujian yang sedang melanda dunia.

Ya, inilah keadaan kami di sini, Kawan. Besok hari Selasa kami akan menjalani Ujian Akhir Semester Ganjil. Kami di sini masih berjuang seperti dulu, saat kamu, aku dan kita semua masih atap, satu mahad, dan satu tekad.

Kawan, kami di sini masih melanjutkan dars-dars ilmiyah (pelajaran), yang diampu oleh para asatidzah. Kawan, kami di sini alhamdulillah masih bisa murajaah, walaupun terkadang ada sedikit jenuh. Kawan, kami di sini masih bisa menyalakan kompor, untuk sekedar memasak air yang akan digunakan untuk menyeduh minuman, dinikmati bersama teman-teman kamu dahulu, yang sampai sekarang masih berjuang.

Kawan, kami di sini masih bisa pergi ke lapangan untuk sekedar mencari keringat. Kawan, permainan sepak bola di hari Senin sore (jadwal bermain kelas 3) menjadi ramai, seru dan panas.

Esok, jika kami melakukan kegiatan aman Covid setelah ujian (insya Allah) sudah cukup mengobati penat kami. Walaupun sebenarnya, jika rihlah kami hanya sekedar ke Mahad Dua, itu sudah cukup membahagiakan.

Kawan, esok setelah ujian ada liburan. Dan setelah liburan masih ada hari untuk kembali berjuang. Kawan, apa antum tidak ingin ikut berjuang lagi? Perjuangan yang kata ulama merupakan jihad paling utama di zaman-zaman ini. Perjuangan yang kata nabi n, Allah dan para malaikat bahkan semut yang ada di sarangnya serta milyaran ikan yang ada di samudra, semuanya memberikan shalawat kepada mereka yang ikut berjuang di dalamnya, berjuang melawan kebodohan, pejuang yang mencoba mengumpulkan warisan para nabi.

Kawan, kalau rindu itu bisa kami packing (kemas), mungkin akan kami kirim via JNE, atau J&T, atau Sicepat, supaya cepat sampai ke tujuan. Agar semua tahu, bahwa kami di sini sebenarnya juga rindu, dan yang butuh pulang untuk berjumpa dengan orang-orang yang dirindukan bukan hanya antum, kawan! Kami semua di sini butuh yang namanya pulang, bertemu orang tua. Bahkan para asatidzah, mereka juga rindu, bahkan rindu mereka lebih besar, karena orang tua mereka telah senja usianya, dan lebih berhak untuk dikunjungi. Ya, kalau rindu itu bisa di-packing, akan kami pulangkan saja agar dada itu tidak sesak olehnya.

Kami juga rindu, tapi itu berusaha diredam, dengan bimbingan ilmu yang kami dapatkan, demi maslahat yang amat besar. Bersabar dan saling menyabarkan,  mengharapkan pahala yang menunggu di depan.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.