Kedudukan Nabi Isa di dalam Islam (Bag. 3)
Kemudian Allah sebutkan kisah Maryam yang suci, kisah putranya Nabi ‘Isa hamba dan utusan Allah –semoga shalawat serta salam yang banyak senantiasa tercurah kepada beliau, kepada Nabi kita, dan kepada seluruh nabi-.
- Allah menyebutkan:
إِذۡ قَالَتِ ٱلۡمَلَـٰٓئِكَةُ يَٰمَرۡيَمُ إِنَّ ٱللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٖ مِّنۡهُ ٱسۡمُهُ ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ وَجِيهٗا فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِ وَمِنَ ٱلۡمُقَرَّبِينَ ٤٥ وَيُكَلِّمُ ٱلنَّاسَ فِي ٱلۡمَهۡدِ وَكَهۡلٗا وَمِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ ٤٦ قَالَتۡ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي وَلَدٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞۖ قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٤٧ وَيُعَلِّمُهُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَٱلتَّوۡرَىٰةَ وَٱلۡإِنجِيلَ ٤٨ وَرَسُولًا إِلَىٰ بَنِيٓ إِسۡرَـٰٓءِيلَ أَنِّي قَدۡ جِئۡتُكُم بِـَٔايَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ أَنِّيٓ أَخۡلُقُ لَكُم مِّنَ ٱلطِّينِ كَهَيۡـَٔةِ ٱلطَّيۡرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيۡرَۢا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُبۡرِئُ ٱلۡأَكۡمَهَ وَٱلۡأَبۡرَصَ وَأُحۡيِ ٱلۡمَوۡتَىٰ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۖ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأۡكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمۡۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗ لَّكُمۡ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ٤٩ وَمُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَلِأُحِلَّ لَكُم بَعۡضَ ٱلَّذِي حُرِّمَ عَلَيۡكُمۡۚ وَجِئۡتُكُم بِـَٔايَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُونِ ٥٠ إِنَّ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمۡ فَٱعۡبُدُوهُۚ هَٰذَا صِرَٰطٞ مُّسۡتَقِيمٞ
“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: ‘Hai Maryam, sesungguhnya Allah mememberikan kepadamu sebuah kabar gembira (kelahiran seorang putra) dengan kalimat (yang datang) dari sisi-Nya, namanya al-Masih ‘Isa putra Maryam, seorang yang akan memimpin di dunia dan di akhirat, dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah). Dia berbicara dengan manusia sejak dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk orang-orang yang saleh.’ Maryam berkata: ‘Ya Rabb-ku, apakah mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.’ Jibril berkata: ‘Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: ‘Jadilah’, lalu jadilah dia. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan dia adalah seorang Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): ‘Sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan kalian, yaitu aku bisa buatkan untuk kalian bentuk burung dari tanah; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku bisa mengabarkan kepada kalian apa yang kalian makan dan simpan di rumah-rumah. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada suatu tanda (kebenaran risalahku) bagi kalian, jika kalian benar-benar beriman. Dan (aku datang) membenarkan kitab Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang telah diharamkan, dan aku datang kepada kalian dengan membawa suatu tanda (mukjizat) dari Rabb kalian. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan-ku dan Tuhan kalian, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.’.” (Ali ‘Imran: 45-51)
Ini adalah kisah awal perjalanan Nabi ‘Isa, serta jalan yang Allah tentukan untuk beliau, dan tentang kerasulan beliau yang diutus kepada Bani Israil, Juga pemuliaan yang Allah berikan kepada beliau berupa mukjizat-mukjizat agung yang menunjukkan kebenaran risalah kerasulan yang beliau bawa, dan bahwasannya beliau serta sang bunda bersih dari segala tuduhan keji kaum Yahudi.
Sudah menjadi ketentuan Allah terhadap para makhluk, mulai dari manusia sampai hewan, bahwa berkembang biak harus melalui proses hubungan sepasang jenis kelamin pria dan wanita. Namun ternyata ada yang diluar itu semua, jauh kebelakang Allah telah menciptakan Nabi Adam, ayah seluruh umat manusia dari tanah, bukan dari sepasang orang tua. Demikian pula ibunda umat manusia Hawwa’, Allah menciptakannya dari seorang ayah tanpa ibu, lebih tepatnya dari tulang rusuk Nabi Adam. Semua itu termasuk tanda kebesaran Allah yang agung, tidak ada satu pun di bumi dan langit yang bisa melemahkan Allah.
Demikian pula sejarah umat manusia telah mencatat, dimana Allah hendak memperlihatkan kepada mereka salah satu tanda lainnya yang menunjukkan betapa agung kekuasaan-Nya. Yaitu penciptaan Nabi ‘Isa, beliau berasal dari seorang ibu tanpa ayah. Awalnya Maryam merasa sangat tidak masuk akal berita kelahiran seorang putra ini, malaikat Jibril berkata kepadanya:
“Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: ‘Jadilah’, lalu jadilah dia.” (Ali ‘Imran: 47)
Seluruh makhluk, baik yang besar maupun yang kecil, mulai dari ‘Arsy, Kursi Allah, langit dan bumi, gunung-gunung serta lautan dan semua yang ada di dalamnya, angkasa raya dan yang di dalamnya seperti matahari, bulan, dan bintang, seluruhnya ada berkat kehendak dan keinginan Allah melalui ucapan-Nya “Kun” (jadilah). Dia lah Rabb Yang Maha Agung, Maha Mampu, lagi Maha Kuasa, tidak ada yang melemahkan-Nya, tidak ada yang bisa mematahkan kekuasaan-Nya, dan tidak ada yang keluar dari kehendak-Nya. Apa pun yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, dan yang tidak diinginkan-Nya niscaya tidak akan terjadi.
Sesungguhnya pemuliaan Allah kepada Nabi ‘Isa dengan anugerah berupa ilmu, hikmah, kerasulan, dan mukjizat-mukjizat yang agung, adalah sebagai bentuk pemuliaan kepada seluruh para nabi dan rasul. Dan terciptanya Nabi ‘Isa dengan kalimat Allah “Kun” (jadilah) dari seorang ibu tanpa ayah, adalah sebagai bukti yang menunjukkan kekuasaan-Nya. Yang jauh sebelumnya Allah telah menunjukkan bukti yang lebih besar, yaitu penciptaan Nabi Adam tanpa ayah tanpa ibu. Dan penciptaan Hawwa’ dari tulang rusuk Nabi Adam tanpa ibu. Seluruhnya sebagai bukti yang menunjukkan atas keagungan serta kekuasaan Allah bagi orang-orang beriman yang memiliki akal sehat, yang akan mendorong mereka untuk banyak bersyukur kepada Allah, menambah rasa cinta, pengagungan, pengkultusan, pemuliaan, dan keikhlasan dalam beribadah kepada-Nya semata.
Manusia yang paling terdepan dalam memahami, mengamalkan, serta mendakwahkan perkara ini adalah para nabi yang mulia, dimana ulul ‘azmi sebagai pemimpin merekar, termasuk diantaranya Nabi ‘Isa–atas mereka semua seutama shalawat dan sesempurna salam-. Sebagaimana hal ini dijelaskan di dalam al-Quran, dan sebelum itu telah ternaskan di kitab Injil (sebelum dirubah isinya). Dengan gamblang Nabi ‘Isa menyatakan bahwa dirinya adalah hamba Allah, seorang makluk pengabdi, yang pemilik, majikan, serta penciptanya adalah Allah, Dzat Yang Memiliki, Yang Mempertuan, lagi Yang Menguasai seluruh makhluk. Inilah hal pertama yang ditetapkan Nabi ‘Isa, kemudian beliau menyeru untuk beribadah kepada Sang Penguasa Yang Maha Agung, Maha Mempertuan, Maha Menciptakan, lagi Maha Memiliki segalanya. Beliau mengatakan:
“Sesungguhnya Allah adalah Sang Penguasa diriku dan diri kalian, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan yang lurus.” (Ali ‘Imran: 51)
Dan sebelumnya beliau mengatakan:
“Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.” (Ali ‘Imran: 50)
Beliau bertakwa dan takut hanya kepada Allah saja, para nabi termasuk Nabi ‘Isa, seluruhnya menyeru kepada perkara ini. Allah menguatkan mereka dengan mukjizat yang terang benderang, sebagai bukti kejujuran mereka. Sehingga tidak tersisa lagi bagi manusia melainkan harus memenuhi panggilan dakwah para rasul, dan taat terhadap apapun yang para rasul sampaikan kepada mereka dari Allah, berupa wahyu yang mengandung perintah untuk menauhidkan Allah serta mengikhlaskan ibadah hanya untuk-Nya semata.
Intinya, ayat- ayat ini menjelaskan bahwa Nabi ‘Isa beserta seluruh nabir memiliki kedudukan yang mulia di dalam Islam. Menjelaskan pula tentang penciptaan beliau dan ibunda beliau yang sangat bersih, dan keberasalan mereka dari keluarga yang baik lagi suci di mata Islam. Ayat-ayat tersebut juga menyebutkan tentang kerasulan, mukjizat, serta ajakan beliau untuk mengimani rububiyah Allah, serta untuk beribadah, takut, dan bertakwa hanya kepada-Nya.
Persis seperti kisah Nabi Adam, demikian pula kisah seluruh rasul, mulai dari perjalanan hidup, budi pekerti, sampai lika-liku dakwah mereka –atas mereka semua keselamatan-. Kisah-kisah yang sangat nyata, tidak mengandung khurafat dan melampaui batas. Dan Nabi Muhammad serta para pengikutnya mengimani itu semua, mereka cinta dari hati yang terdalam kepada para nabi, memuliakan serta menghormati mereka, termasuk Nabi ‘Isa. Bahkan ini tergolong pokok dasar agama mereka,
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَـٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٖ مِّن رُّسُلِهِۦۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ
“Rasul telah beriman kepada al-Quran yang diturunkan dari Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): ‘Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya’, dan mereka mengatakan: ‘Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.’.” (Al-Baqarah: 285)
=====
Diambil dari Karya Syaikh Rabi’ hafizhahullah dari Kitab Mauqiful Islam min ‘Isa bin Maryam diterjemahkan oleh Abdul Halim Perawang 4A Takhasus