Kehidupan nan Semu, Akhirnya kan Berlalu..

Kehidupan nan Semu

 

Oleh Taqwa bin Taqdir Timika, Takhasus

 

Saudara-saudaraku yang kucintai karena Allah. Ketahuilah, bahwa apa yang sedang kita rasakan dan kita nikmati di dunia, semua itu hanyalah milik Allah yang Dia titipkan kepada para hamba-Nya. Kehidupan, kesehatan, harta, serta anak keturunan, semua itu semu dan akan hilang serta lenyap dari masing-masing kita. Allah berfirman dalam salah satu ayat-Nya,

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ. وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Rabbmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. ar-Rahman: 26-27)

Allah juga berfirman dalam ayat lain,

وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. al-Hadid: 20)

 

Renungan Bagi Kita

Saudaraku, apakah nasihat-nasihat yang datang kepadamu sama sekali tidak mampu menyadarkanmu?

Apakah kabar akan kehidupan setelah kematian tidak juga menggetarkan hatimu?

Belum puaskah engkau dengan kehidupanmu selama ini?

Tidakkah kengerian maut membuat pendengaranmu terbuka?

Sungguh betapa miskin engkau wahai orang yang mengira bahwa dirinya akan terus hidup dan tidak akan hancur sirna. Demi Allah, beruntunglah mereka yang takut kepada Allah serta bertakwa kepada-Nya. Lihatlah dirimu yang justru bersuka cita dalam lumuran dosa dan maksiat.


Baca Juga: Renungan Mengingat Kematian


Para penyair bersenandung,

Tubuh ini semakin lemah menahan tangis dan ratapan…

Sungguh dosa itu meninggalkan noda yang menutupi hati nan suci…

              Aku sia-siakan masa mudaku yang kini telah berlalu…

              Yang ada tinggallah penyesalan nan mendalam di saat ubanku mulai tumbuh…

Hati ini tercabik-cabik luka dan penyesalan…

Atas dosa-dosa yang telah kuperbuat…

              Sungguh keselamatan ada pada mereka…

              Yang menghadap kepada Sang Pencipta dengan hati yang selamat…

 

Sadarlah! Dunia Itu Sementara

Saudaraku…

Allah telah menetapkan bahwa kita semua akan melalui perjalanan dunia, mengapa engkau seakan ingin tetap tinggal? Mengapa engkau ingin menetap di negeri kehidupan nan semu, di mana kita hanya tinggal sementara dan pada akhirnya akan pergi meninggalkannya juga. Negeri di mana kita harus menghabiskan berhari-hari untuk berjalan di atasnya, negeri di mana setiap langkah kita selalu beriringan dengan hembusan nafas kita.

Negeri di mana kemaksiatan akan menjadi kerugian di ujung masa, negeri di mana ketaatan di dalamnya akan berbuah surga.

Ingatlah bahwa kita tercipta untuk menuju tempat pemberhentian terakhir, ke surgakah kita pada akhirnya atau ke neraka yang penuh siksa –wal ‘iyadzubillah-?

 

Nasihatku untuk Saudara-Saudaraku

Oleh karena itu, aku nasihatkan kepadamu! Manfaatkanlah apa yang ada pada dirimu berupa kesehatan untuk beramal saleh, kekuatanmu untuk membantu orang-orang lemah, hartamu untuk engkau menginfakkannya di jalan Allah, dan waktu luangmu untuk engkau menimba ilmu agama. Karena semua itulah yang akan menjadi pemberat timbangan kebaikanmu pada Hari Kiamat nanti.

Saudaraku…

Aku tutup nasihat ini dengan ucapan sahabat Ali radhiallahu ‘anhu,

ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا مُدْبِرَةً وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ مُقْبِلَةً فَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا بَنُون فَكُونُوا مِن أَبْنَاءِ الآخِرَةِ وَلَا تَكُونُوا مِن أَبْنَاءِ الدُّنيَا فَإِنَّ اليَومَ عَمَلٌ وَلَا حِسَاب وَغَدًا حِسَابٌ وَلَا عَمَل

“Dunia itu akan semakin jauh di belakang, sedang akhirat akan datang menghampiri kita. Setiap dari keduanya memiliki anak-anak (pengikut), maka jadilah anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Karena, hari ini (kehidupan dunia) adalah waktu untuk beramal dan tidak ada perhitungan, sedangkan besok (hari akhir) adalah waktu perhitungan amal dan tak ada lagi waktu beramal.”

 

Semoga Allah menjadikan kita semua -wahai saudara-saudaraku seiman- sebagai hamba-hamba Allah yang datang kepada-Nya dengan hati yang selamat dari kekufuran dan dosa.

يَوْمَ لا يَنْفَعُ مَالٌ وَلا بَنُونَ. إِلا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“Di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak lagi berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)

Wabillahit taufiq, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallam.


Artikel Kami: Tujuan Hidup di Dunia


 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.