Khutbah Jumat: Nasehat di masa pandemi untuk bertobat dari maksiat

 

Oleh Syaikh Abdullah bin Shalfiq azh-Zhafiri hafizhahullah

 

KEWAJIBAN MELAKSANAKAN BIMBINGAN SYARIAT MAUPUN PEMERINTAH UNTUK MENOLAK WABAH

TOBAT DAN ISTIGHFAR TERMASUK SEBAB TERBESAR UNTUK MENJAGA DARI WABAH

 

Khutbah Pertama:

Segala puji bagi Allah, Dzat yang maha bijak lagi maha mengetahui, yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang mengatur urusan dari langit ke bumi, yang berfirman di dalam kitab-Nya (artinya), “Tidaklah musibah yang menimpa bumi maupun diri kalian melainkan telah ditentukan di dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakan bumi. Sesungguhnya hal tersebut amatlah mudah bagi Allah.”

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada utusan Allah yang telah bersabda (artinya), “Tidaklah seorang ditimpa kecapaian, kepayahan, kesedihan, kegundahan, gangguan, atau kegalauan, hingga duri yang menusuk dirinya melainkan dengannya Allah akan menghapus sebagian kesalahannya.” Semoga shalawat, salam dan keberkahan tercurah kepada beliau, keluarga dan seluruh sahabatnya.

Amma ba’du,

Wahai hamba-hamba Allah, bertakwalah kepada Allah! Mintalah keselamatan kepada-Nya. Berlindunglah kalian kepada-Nya dari berbagai kejelekan dan wabah, demikian pula dari murka dan hukuman Allah.  Jauhilah oleh kalian sebab-sebab kemurkaan maupun hukuman-Nya. Berbaik sangkalah kepada Allah. Percayakanlah rasa harapmu kepada Dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Wahai hamba Allah, sesungguhnya wabah Corona kembali datang, semakin bertambah dan mengganas. Pemerintah kita-semoga Allah membalas mereka dengan kebaikan-memulai dan menambah langkah kehati-hatian pada protokol kesehatan melebihi langkah yang sebelumnya sudah diambil. Hal ini disebabkan karena permasalahan ini (Virus Covid-19) tidak boleh dianggap sepele. Penyakit ini sudah menyerang manusia.

Wahai hamba Allah, berlarilah menuju Allah! berlarilah menuju Allah! Kembalilah kepada pencipta  dan Rabb kalian! Bertobatlah dan memohonlah ampun kepada-Nya! Lakukan protokol kesehatan dan pencegahan. Janganlah kalian bermudah-mudahan dalam melaksanakannya. Melakukan berbagai sebab keselamatan dan pencegahan wabah merupakan perkara yang disyariatkan. Bahkan hal ini merupakan bagian dari agama dan kewajiban yang diperintahkan untuk dikerjakan.

Hal ini seperti yang disebutkan oleh Allah yang artinya, “Janganlah kalian melemparkan diri-diri kalian kepada kebinasaan.” Demikian pula seperti yang Allah tegaskan (artinya), “Janganlah kalian membunuh diri-diri kalian. Sesungguhnya Allah maha kasih dan sayang kepada kalian.”

Waspadalah dari berbagai perbuatan maksiat, waspadalah dari perbuatan keji dan yang diharamkan, baik yang tampak maupun yang tesembunyi. Waspadalah dari perbuatan zina dan penyeba-penyebabnya, demikian pula dari perilaku riba. Telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan al-Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma. Beliau berkisah, Rasulullah mendatangi kami lalu bersabda, “Wahai sekalian Muhajirin, ada lima hal yang jika kalian diuji dengannya-dan aku berlindung kepada Allah agar kalian tidak menjumpainya-yaitu perbuatan keji dilakukan secara terang-terangan pada suatu kaum tanpa adanya pengingkaran melainkan akan tersebar di tengah-tengah mereka wabah thaun dan berbagai penyakit yang belum pernah menimpa kaum-kaum sebelum mereka.”

Diriwayatkan oleh Imam al-Hakim dalam kitab Mustadrak, dari sahabat Buraidah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah bersabda, “Tidaklah perbuatan keji tersebar di suatu kaum melainkan Allah akan menimpakan kematian kepada mereka.”

Di antara bentuk kemungkaran yang menjadi salah satu sebab wabah dan musibah maupun bencana adalah bercampurnya kaum wanita dan perempuan di sebuah tempat tanpa pembatas (ikhtilath). Ikhtilath merupakan sebab yang akan mengantarkan kepada hubungan terlarang, berbagai perbuatan haram maupun keji, yang merupakan sebab thaun maupun wabah.

Di dalam kitab ath-Thuruq al-Hukmiyyah, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Tidak diragukan lagi bahwa munculnya penguasaan dari pihak wanita yang disebabkan karena mereka bercampur dengan kaum laki-laki (emansipasi wanita) merupakan asal setiap bencana dan kejelekan. Ini merupakan sebab turunnya hukuman secara hukum. Demikian pula penguasaan wanita merupakan sebab kerusakan komunitas kecil maupun umum. Ikhtilath antara kaum laki-laki dan wanita merupakan sebab banyaknya perbuatan keji dan zina. Dan ini merupakan sebab kematian yang merajalelanya kematian dan wabah thaun yang berkepanjangan.”

Maka, bertakwalah kepada Allah, wahai hamba Allah! Waspadalah dari hukuman dan murka Allah. Bertobatlah kepada ar-Rahman, dzat yang maha penyayang. Mohonlah ampun dan beristighfarlah kepada-Nya. Allah berfirman (artinya), “Sungguh, Kami telah mengirim utusan kepada umat sebelum kalian, lalu Kami hukum mereka dengan azab yang penyakit dan bencana agar mereka tunduk kepada Kami.” Yaitu, agar mereka bertobat dari kemaksiatan mereka, tunduk dan khusyuk serta merendahkan diri kepada Rabb mereka, dan agar mereka takut terhadap azab maupun siksa-Nya.

Semoga Allah memberikan taufik kepadaku dan kepada kalian untuk bisa bertobat dengan tobat nasuha. Semoga Allah menjadikan diriku dan kalian termasuh hamba-hamba yang bertobat. Semoga Allah menerima tobat kita semua. Dan semoga Allah melindungiku dan kalian dari azab maupun jeleknya berbagai penyakit.

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات وذكر الحكيم، أقول ما تسمعون وأستغفر الله لي ولكم. فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

Khutbah Kedua:

Segala puji bagi Allah, dzat yang berfirman (artinya), “Tidaklah Allah mengazab mereka dalam keadaan kamu (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka. Dan tidaklah Allah mengazab mereka selama mereka beristighfar dan meminta ampun kepada-Nya.”

Semoga shalawat dan salam tercurah kepada nabi kita yang bersabda (artinya), “Wahai manusia, bertobatlah kepada Rabb kalian! Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” Dalam riwayat lain, beliau bersabda (artinya), “Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.”

Semoga shalawat dan salam semoga tercurah kepada beliau, keluarga dan para sahabat serta pengikut beliau hingga hari Kiamat.

Amma ba’du,

Wahai hamba Allah, Wahai hamba Allah, jauhilah dan renungilah hukuman dunia yang Allah timpakan, dari sisi bahwa hukuman tersebut pada hakikatnya adalah rahmat dari-Nya. Yaitu, agar para hamba tidak terus-menerus di atas kemaksiatan dan penyimpangan mereka. Hukuman tersebut merupakan penghapus dan pelebur kesalahan orang-orang yang beriman. Di sisi lain, hukuman Allah adalah azab dan siksa bagi orang-orang kafir, sekaligus pengingat bagi para hamba terhadap azab akhirat yang jauh lebih dahsyat dibandingkan azab dunia.

Allah berfirman (artinya), “Sungguh, Kami akan menimpakan kepada mereka azab yang lebih ringan bukan azab yang besar agar mereka kembali kepada Kami.”

Wahai hamba Allah, sungguh Nabi berlindung diri kepada Allah dari berbagai penyakit. Doa merupakan sebab terbesar dalam perlindungan dan penjagaan dari berbagai penyakit. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah biasa berdoa dengan membaca,

(اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبَرَسِ وَالْجُنُوْنِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ)

Allahumma inni a’udzu bika minal-baras wal-junun wal judzam wa min sayyi-il-asqaam [“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari penyakit baras (belang), kegilaan, lepra, dan kejelekan berbagai penyakit.”]

Nabi juga sering berlindung kepada Allah dari berubahnya keadaan diri dan hilangnya kesehatan/keselamatan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab Shahih-nya, dari Abdullah bin Umar, ia berkata, di antara doa Rasulullah adalah,

(اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَائَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ)

 Allahumma inni a’udzu bika min zawali ni’matik, wa tahawwuli ‘afiyatik, wa fuja-ati niqmatik, wa jami’i sakhathik [Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan-Mu (dariku), berpindahnya kesehatan, datangnya hukuman secara tiba-tiba dan seluruh kemurkaan-Mu.]

Wajib bagi kalian untuk mentadabburi al-Qur’an (merenungi dan menghayatinya), membaca dan mendengarkan bacaannya. Allah berfirman (artinya), “Kami turunkan dari al-Qur’an itu sebagai sesuatu yang bisa dijadikan sebagai obat dan sebagai rahmat bagi kaum yang beriman.” Berapa banyak orang yang sakit, lalu sembuh setelah dia membaca al-Qur’an.

Wajib bagi kalian untuk memperbanyak tasbih (ucapan subhanallah). Allah berfirman (artinya), “Kalau bukan karena dulunya ia adalah orang yang suka bertasbih, tentu Yunus akan tetap berada di dalam perut ikan itu sampai hari dibangkitkan.”

Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata sebagai yang dinukil oleh Abu Nu’aim dalam Hilyah Auliya’, “Saya tidak melihat ada hal yang lebih bermanfaat untuk menghadapi wabah ini selain dengan memperbanyak tasbih.”

Wahai hamba Allah, lakukanlah bimbingan syariat dan arahan Nabi ini!

Jagalah zikir pagi dan petang, demikian pula zikir ketika keluar dari rumah. Sesungguhnya zikir ini merupakan perkara terbesar yang akan bermanfaat bagi manusia. Hal ini seperti sabda Nabi ketika menghasung seseorang yang keluar dari rumahnya untuk membaca,

بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ.

Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, laa haula wa laa quwwata illa billah [Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakal kepada-Nya. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah”]

Ikutilah protokol kesehatan dan pencegahan, patuhilah arahan dan aturan resmi dari pemerintah, niscaya kalian bisa menjaga kesehatan kalian dari penyakit dan wabah ini.

اللهم إنا نسألك العافية في الدنيا والآخرة، اللهم إنا نستعيذ بك من الأمراض والأوبئة يا رب العالمين.

اللهم ارفع الوباء عن المسلمين، اللهم ارفع الوباء عن المسلمين، اللهم إنا نستغيثك يا ربنا أن ترفع هذا الوباء عنا وعن المسلمين يا رب العالمين.

اللهم تب علينا واغفر لنا يا رب العالمين.

اللهم لا تؤاخذنا بما فعل السفهاء منا، اللهم لا تؤاخذنا بما فعل السفهاء منا.

اللهم إنا نستغفرك ونتوب إليك، اللهم إنا نستغفرك ونتوب إليك.

اللهم إنا نلجأ إليك يا رحمن الدنيا والآخرة أن ترفع هذا الوباء عن المسلمين يا رب العالمين.

اللهم اجعله واعظا وتذكيرا لنا وعودة لنا إليك يا ربنا يا ذا الجلال ولإكرام.

اللهم وفق ولاة أمرنا لما تحبه وترضاه، وأصلح لهم البطانة وأبعدهم عن بطانة الشر والفساد يا ذا الجلال ولإكرام، والحمد لله رب العالمين.

 

======

 

Khutbah Jumat yang disampaikan oleh Syaikh Abdullah bin Shalfiq azh-Zhafiri hafizhahullah

23 Jumadal Akhirah 1442 H/5 Februari 2021

 

Sumber Audio:

https://www.aldafiri.com/050221-1453/

https://t.me/abdulahaldafiri

 

 

Mungkin Anda juga menyukai

1 Respon

  1. Jum 30 Jumadil akhir 1442H

    […] Khutbah Jumat: Nasehat di masa pandemi untuk bertobat dari maksiat […]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.