Kisah Santri untuk Kembali ke Pondok di Masa Pandemi

syukur

Musibah pandemi belum kunjung selesai. Hendaknya kita senantiasa bersabar dan mensyukuri berbagai nikmat yang Allah berikan kepada kita.

Wahai saudaraku, ternyata nikmat yang Allah berikan kepada kita tak ternilai harganya.

Bagaimanakah hal itu terjadi? Mari kita baca beberapa kisah saudara-saudara kita.

Ingin Kembali Lagi….

Mas Taufik Magetan kelas 4 Takhasus. Saudara kita ini telah pulang ke rumah sekitar satu minggu setelah ‘idul adha 1441 H (09/08/20). Beliau pulang ke rumahnya di Magetan karena ingin menikah.

Alhamdulillah proses yang dilakukan telah diterima oleh pihak wanita, namun akad pernikahan akan dilakukan pada bulan Desember 2020.

Ketika teman-temannya mencoba menghubungi dan menanyakan kabar, beliau sebenarnya ingin kembali lagi ke pondok. Namun dari orang tuanya menginginkan untuk tetap di rumah.

Wajar saja, wahai saudaraku…

Selain beliau mempersiapkan pernikahan, beliau adalah anak semata wayang yang dirindukan oleh kedua orang tuanya. Karena beliau telah menjalani masa belajar empat tahun di pondok.

Mudah-mudahan Allah memudahkan urusannya. Amin

Memang Beda,
Wahai Saudaraku……

Mas Rijal Kediri, kelas 4 Takhasus, saudara kita ini telah pulang dari pondok ke Kediri pada akhir bulan Februari 2020, karena ada kepentingan yang mendorongnya untuk pulang. Ketika di rumah, beliau  tinggal sendirian. Karena orang tua berada di kota Situbondo.

Bayangkan saja, wahai saudaraku, beliau menjalani sekitar satu bulan lebih dalam keadaan sendirian di rumah dan tidak bisa menghadiri majlis ilmu. Karena tempat untuk ta’lim sangat jauh dari tempat tinggalnya.

Ketika kami mengobrol lewat telfon, beliau berkata, “Sangat menjenuhkan ketika di rumah.” Setelah satu bulan lebih, akhirnya beliau baru bertemu dengan orang tua. Keadaan di rumah juga terisolasi disebabkan wabah covid-19. Ia tidak bisa beraktivitas normal dan tidak bisa menghadiri majlis ilmu.

Ketika Allah Ta’ala berikan kesempatan beliau untuk kembali ke pondok, beliau sangat bersyukur. Beliau berkata, “Hati ini lebih terasa hidup dan jauh lebih baik dibandingkan ketika di rumah.”

Alhamdulillah beliau diberikan kesempatan untuk kembali thalabul ‘ilmi, di saat banyak orang tidak bisa menikmatinya.

Nikmat  Yang Kembali

Mas Ishlah Jogja, kelas 4 Takhasus. Saudara kita ini telah pulang ke rumah yang ada di Jogja sekitar 13 Maret 2020 untuk operasi ringan pada giginya.

Qadarullah, begitu selesai operasi, pemerintah menghimbau masyarakat untuk mengurangi kegiatan di luar rumah atau karantina mandiri.

Mungkin teman-teman mengira bahwa pulang ke rumah itu sesuatu yang menyenangkan. Namun hakikatnya, kesenangan itu hanya sementara. Mungkin melepas rasa rindu dan kangen kepada keluarga hanya satu minggu atau beberapa hari saja.

Ketika berlama-lama di rumah, justru yang muncul adalah rasa jenuh dan bosan. Itulah yang dirasakan oleh saudara kita.

Suatu yang pasti, ketika hati tidak tersibukkan dengan ilmu dan amal, maka iman akan melemah.

Alhamdulillah, sekarang akh Ishlah sudah bersama teman-teman yang lainnya menjalani perjuangan thalabul ‘ilmi di pondok. Keinginan yang sudah lama untuk kembali ke pondok, akhirnya bisa terwujud.

Wahai saudaraku, syukurilah nikmat yang Allah berikan kepada kita. Di antaranya masih diberikan kesempatan untuk terus ber-thalabul ‘ilmi.

Betapa banyak saudara kita yang masih di rumah dan belum bisa menikmati apa yang sedang kita rasakan, berupa manisnya perjalanan thalabul ‘ilmi. Wallahu ‘alam.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.