Korelasi Hati, Setan, dan Hawa Nafsu
Oleh Nashr Makassar, Takhasus
Hal termulia yang ada pada diri seorang insan adalah hati yang bersih. Dengan hati inilah, ia dapat mengenal Allah Taala dan Rasul-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya serta mengikuti sunah-sunah Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam. Adapun anggota badan hanyalah sebagai pengikut dan pelayan hati. Kedudukan hati dan anggota badan lainnya seperti raja yang mempekerjakan budak-budaknya.
Bisikan Hati
Bisikan hati selalu mengarahkan kepada perkara yang jelek. Barang siapa yang meninggalkannya karena takut kepada Allah, maka akan dicatat baginya satu kebaikan.
Barang siapa yang mampu mengenali hatinya, dia akan mengenal Rabbnya. Akan tetapi, mayoritas manusia tidak mengenal hati dan jiwa mereka sendiri. Allah Taala mengatakan:
أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ
“Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya.” (QS. al-Anfal: 24).
Pada ayat ini Allah Taala menyebutkan bahwa diri-Nya membatasi antara seseorang dengan hatinya. Yaitu, dengan menghalanginya dari mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perasaan selalu dalam pengawasan-Nya.
Pada hakikatnya hati mampu menerima petunjuk. Namun, karena adanya syahwat dan hawa nafsu yang diletakkan padanya. Sehingga, hati pun berpaling dari asal fitrahnya.
Permisalan Hati
Hati ibarat benteng pertahanan, sedangkan setan ibarat musuh yang berambisi menembus, memiliki dan menguasai benteng tersebut.
Seseorang tidak akan berhasil melawan setan melainkan dengan mengenali celah-celah masuknya setan ke dalam hati. Di antara celah dan pintu masuk setan adalah sebagai berikut;
- Kedengkian dan ambisi duniawi.
- Amarah dan syahwat yang tak terbendung.
- Kegemaran memperindah rumah, pakaian dan perabot rumah secara berlebihan.
- Rasa kenyang. Sebab, rasa kenyang akan membangkitkan syahwat dan membuat seseorang malas dari beribadah.
- Ambisi kepada sesama manusia.
- Ketergesa-gesaan dalam menghadapi berbagai permasalahan.
- Kecintaan terhadap harta dan hasrat yang besar untuk menumpuk harta.
- Prasangka buruk (curiga) kepada kaum muslimin.
Baca Juga: Kiat-Kiat Memiliki Hati yang Jernih
Setan bak Anjing
Setan itu ibarat anjing lapar yang terus berusaha mendekati kita. Jika kita tidak memiliki makanan, maka kita cukup mengusirnya dangan mengatakan, “Hush, pergi”. Namun, jika kita memiliki makanan, sementara si anjing didera rasa lapar yang sangat, dia tidak akan pergi hanya dengan ucapan atau hardikan. Bahkan, bisa saja dia akan menerkam kita ketika kita sedang lalai.
Demikian pula hati yang bersih dari makanan setan, berupa hawa nafsu dan syubhat. Setan akan dengan mudah terusir darinya dengan semata-mata zikir.
Adapun hati yang didominasi oleh hawa nafsu, zikir hanya mampu mencapai tepi-tepinya dan tidak sampai ke lubuk hati. Akibatnya, setan mampu bercokol di lubuk hati.
Jika kita ingin bukti, perhatikanlah salat-salat kita! Lihatlah bagaimana setan membisikkan ke dalam hati kita tentang urusan dunia. Sehingga, dengan itu kita dapat terpalingkan dari salat dan tidak khusyuk lagi.
Oleh sebab itu, -wahai saudaraku, pembaca yang budiman- perbanyaklah mengingat Allah. Yaitu, dengan memperbanyak zikir, dan berdoa kepada-Nya. Di antara doa yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam adalah:
يَا مُقَلِّب الْقُلُوب ثَبِّتْ قُلُوبنَا عَلَى دِينِك
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, kokohkanlah hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ibnu Majah: 199 dan Ahmad: 17667).
يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قَلُوْبَنَا إِلَى طَاعَتِكَ
“Wahai Dzat yang memalingkan hati, Arahkanlah hati kami kepada ketaatan kepada-Mu.” (HR. Muslim no: 2654)
Penutup
Ketahuilah -wahai saudaraku- bahwa hati itu ibarat bulu yang mudah terhempas oleh hembusan angin. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wasallam:
مَثَلُ القَلْبِ كَمَثَلِ رِيشَةٍ بِأَرْضِ فَلَاةٍ تُقَلِّبُهَا الرِّيَاحُ
“Hati ibarat sehelai bulu di atas tanah lapang yang mudah dihembuskan oleh angin.” (HR. Ibnu Majah: 88 dan Ahmad: 19772)
Semoga Allah selalu menjaga diri dan hati kita dari serbuan setan yang terkutuk. Amin ya Rabbal alamin.
Rujukan: Mukhtashar Minhajul Qashidin karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi.
Artikel Kami: 4 Landasan Seorang Muslim Tidak Merayakan Hari Valentine