Ladang Amal Jariah, Membangun Musala di Ma’had 2
Tim Reportase Santri Ma’had 2
Selepas salat subuh pada hari Jumat di Ma’had 2 Minhajul Atsar Jember, salah seorang santri dipanggil oleh seorang ustadz: “Tolong panggilkan enam orang teman-teman antum.” Ujar sang ustadz.
Dengan sigap, santri tadi mencari enam orang teman-temannya. Rupa-rupanya ustadz tersebut menyampaikan sebuah busyro (kabar gembira) berupa terbukanya ladang pahala jariah; ta’awun (membantu) membangun musala.
Latar Belakang Pembangunan Musala
GOR, itu adalah sebutan untuk tempat belajar sementara santri Ma’had 2 Minhajul Atsar Jember. Fungsi aslinya memang sebagai GOR (Gelora Olah Raga) untuk cabang permainan bulu tangkis. Hal itulah yang menyebabkan istilah GOR terus melekat hingga kini, walaupun fungsinya telah beralih menjadi asrama santri.
Letaknya dari ma’had 1 (pusat) tidak terlalu jauh, hanya sekitar 500 meter. Sudah setahun lebih, para santri menempati GOR ini. Berawal dari alasan mengurangi kepadatan di ma’had satu, GOR akhirnya menjadi solusi sementara untuk tempat belajar para santri. Sambil terus melanjutkan proses pembangunan asrama santri yang sebenarnya di ma’had 2.
GOR sendiri menampung kurang lebih 60 santri jenjang Takmili. Sebagian bangunannya dipakai untuk asrama santri dan sebagian lainnya untuk musala.
Karena kebutuhan asrama santri terus meningkat, akhirnya asatidzah dan pengurus berkeputusan untuk membangun musala tersendiri di lahan kosong sebelah barat GOR.
Saat ini, musala tersebut masih dalam proses pembangunan. Setelah musala jadi, harapannya GOR dapat menampung lebih banyak santri, hingga mencapai 100 santri, atau bahkan lebih.
Proses Awal Pembangunan Musala
Musala ini akan digarap oleh dua tukang ahli dengan bantuan para santri Takmili yang tinggal di ma’had 2. Mereka akan dibagi menjadi dua tim, A dan B yang bekerja secara bergantian setiap harinya. Dalam sehari ada dua jam kerja:
- Sif pertama bekerja mulai dari jam 05.45 hingga jam 10.30 WIB.
- Sif kedua mulai setelah salat zuhur hingga menjelang asar, kemudian lanjut setelah asar sampai jam 17.00 WIB.
Enam santri yang dipanggil ustadz, mereka semua berasal dari tim A. Sehingga hari itu merupakan giliran kerja mereka. Akhirnya, dengan segera mereka memanggil teman-teman mereka agar segera turun ke medan ta’awun.
Perjuangan Dimulai
Esoknya, matahari bangkit dari peraduannya. Kala itu para santri melaluinya dengan secangkir kopi dan teh hangat. Sebagiannya masih meringkuk di empuknya kasur.
Sementara di luar gerbang area santri ma’had 2, telah tampak bersak-sak semen dengan berat 40 kg. Tugas santri adalah memindahkan semen-semen tersebut ke lokasi proyek. Satu sak diboyong oleh dua orang santri. Setelah bekerja dengan sigap, Akhirnya, alhamdulillah kelar juga pengangkutan semen-semen tersebut.
Saatnya beralih tugas, kini susunan batako yang harus dipindahkan ke lokasi proyek. Untuk menyingkat waktu, para santri memindahkan batako tersebut menggunakan gerobak. Lama kelamaan susunan batako itu mulai habis. Namun qadarullah, pekerjaan terpaksa berhenti. Pengangkutan batako berikutnya ditunda karena satu dan lain hal.
Galian Pondasi Awal untuk Musala
Di lokasi proyek musala, ada benang-benang putih yang terikat pada bambu di beberapa sudut kordinat tertentu, hingga membentuk kotak persegi. Di sekitaran benang tersebut, itulah letak penggalian pondasi.
Para santri bahu-membahu menggali pondasi. Saking semangatnya, Beberapa cangkul yang digunakan sampai terlepas gagangnya. Alhamdulillah ada tim khusus yang siap memperbaiki setiap peralatan yang rusak.
Para asatidzah, mereka tidak hanya membimbing kami di kelas, tapi juga di medan amal jariah ini. Mereka mengajari kami cara mencangkul dan menggancu yang benar. Agar tidak membuat tangan terluka, atau cepat menghabiskan tenaga.
Perjuangan Belum Berakhir
Gancu, cangkul dan sekop terus menembus dalamnya tanah. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 09.30 WIB, matahari semakin terik. Namun bukannya semangat para santri menjadi merosot, justru mereka semakin antusias.
Akhirnya waktu istirahat pun tiba, namun sebagaimana santri masih semangat bekerja sampai melampaui jam 11.00 WIB. Setelah itu, barulah mereka undur diri bukan karena semangat mereka mulai pudar. Akan tetapi, karena ada ibadah agung yang harus mereka lakukan; salat Jumat.
Demikianlah secara ringkas gambaran ta’awun pembangunan musala. Menyaksikan prosesnya secara langsung akan lebih seru daripada hanya membaca ceritanya. Bahkan ikut membantu jauh lebih utama. Baik bantuan dalam bentuk tenaga, waktu, biaya, dan lain sebagainya.
Allah Taala pasti akan membalas setiap kebaikan yang kita upayakan, Allah Taala berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
“Barang siapa yang berbuat kebajikan sekecil apapun, pasti dia akan melihat balasannya (di akhirat kelak).” )Q.S al-Zalzalah: 7)
Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda pada hadis sahabat yang mulia Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu:
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا، بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang membangun musala karena Allah, pasti Allah akan membangunkan untuknya di surga yang semisalnya.” (HR. at-Tirmidzi no. 318 dan Ibnu Majah no. 736. Disahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah)
Mudah-mudahan hasih jerih-payah para santri dan semua orang yang membantu proyek pembangunan musala ini menuai hasil di sisi-Nya, amin.
masyaAlloh terus semangat
Jazakumullahu khairan atas dukungannya.
Semoga Allah selalu memberikan kita keistiqamahan di atas jalan Thalabul Ilmi.
Semangat luar biasa , semoga kaikhlasan yg penuh semangat ditandai dg cucuran keringat menjadi salah satu pengantar menuju surga , walaupun tidak seperti khandaq yg digali oleh Rasulullah dan para sahabatnya