Lamongan, Kota Tempat Kami Mengambil Pengalaman (Bag. 1)
Oleh Hanan Majid 3A Takhasus
Malam itu, di hari-hari terakhir bulan November tahun 2019 para santri dari kelas dua Program Takhasus Ma’had Minhajul Atsar Jember terlihat sangat gembira. Dengan antusias teman-teman menyiapkan barang-barang untuk melakukan perjalanan ke luar kota. Di antara mereka ada yang sedang menyiapkan pakaian, perbekalan, dan ada pula yang sedang bersantai sambil menikmati suasana pondok pesantren.
Tempat manakah yang akan mereka tuju?
Apakah mereka akan pulang berlibur?
Bukan. Mereka akan melakukan PKL (Praktek Kerja Lillah ta’ala) yang berjudul PKL Tarbiyyah ke berbagai pondok ahlus sunnah yang ada di pulau Jawa.
Namun kisah kali ini, menceritakan tentang pengalaman indah di Bumi Lamongan. Begini ceritanya.
Sesaat sebelum kami berangkat. Pondok pesantren telah memberi kami uang saku selama PKL. Dari sebagian uang saku itu kami gunakan untuk membeli pulsa agar bisa berkomunikasi dengan asatidzah di pondok. Namun setelah kami membeli pulsa, tak ada pun notifikasi gratis telepon di handphone kami. Padahal sebesar 60.000 telah kami keluarkan untuk membeli pulsa. Rasa khawatir pun menyelimuti.
Kami terpaksa harus berangkat, sementara telepon gratis belum kunjung ada. Akhirnya kami berangkat dengan berbekal pulsa sebanyak 5.000 rupiah. Tak apalah, setiap kesusahan pasti diiringi sekian kemudahan.
KETIKA DI PERJALANAN
Pagi itu juga kita diantar oleh ikhwan dengan mobil ma’had menuju terminal bus yang berjarak kurang lebih 30 menit dari ma’had.
Sesampainya di terminal, kami segera berpamitan dengan Ikhwan yang mengantar kami. Setelah itu kami segera mencari bus jurusan kota Surabaya. Walhamdulillah dengan waktu yang relatif singkat bus pun kami dapatkan.
Kami segera menaiki bus, tak berselang lama bus pun jalan. Tak lupa doa pun kami panjatkan di saat naik kendaraan. Namun sangat disayangkan, bus yang kami naiki ternyata sedang memutar sebuah musik. Ya, sang supir dan kernet sedang asyik mendengarkan lagu tersebut dengan suara keras.
Maka kami pun berusaha mencari cara yang terbaik untuk menghentikan musik tersebut. Berbagai cara kami pikirkan, namun masih belum ada hasilnya.
Di saat-saat seperti itu kami teringat dengan paketan telfon yang belum masuk ke HP kami. Akhirnya, salah seorang di antara kami berinisiatif untuk menelfon operator.
Operator kami hubungi, suara pun tersambung. Namun sayang masih belum terlalu jelas suaranya. Maka segera teman kami berbicara kepada sang supir untuk mengecilkan suara musiknya. Walhamdulillah dengan tanpa berat hati sang kernet segera mematikan suara musik yang lagi asyik didengarnya. Setelah itu teman kami diberitahu oleh operator bahwa paketan telfon akan sampai setelah tiga hari.
Memang benar sobat, di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Dan inilah kemudahan yang kami dapatkan di perjalanan kami menuju tempat PKL.
Bus maju dengan kencangnya hingga mata-mata kami pun tak kuasa menahan kantuk. Akhirnya kami pun tertidur di perjalanan sampai detik-detik mendekti terminal Bungurasih, Surabaya, dimana sang kernet mengingatkan para penumpang seraya mengatakan, “Bungurasih… Bungurasih…” Wah betapa nikmatnya nih dapat istirahat di perjalanan.
Sampailah kami di Ibukota Provinsi Jawa Timur, Surabaya, sekitar pukul 11.00 WIB. Hiruk pikuk kota tersebut sangat begitu kami rasakan saat tiba di sana. Memang demikinlah suasana kota-kota besar yang penuh dengan desakan banyak orang. Lain halnya dengan kampung dan desa yang penuh dengan keasrian dan kedamaian.
Setibanya di sana, kami beritirahat sejenak guna mengistirahatkan tubuh yang sudah duduk kurang lebih selama enam jam. Kami segera bermusyawarah apakah langsung melanjutkan perjalanan ataukah salat Zhuhur dulu. Hasil musyawarah, kami akan melakukan salat Zhuhur di Surabaya dan makan siang di sana. Setelah itu baru melanjutkan perjalanan.
Kami yang berjumlah enam orang itu, empat orang PKL di Kota Lamongan dan dua teman PKL di Kota Bojonegoro, harus berpisah di Kota Surabaya seusai melakukan salat Zhuhur. Ya, kami harus berpisah karena jalur kami berbeda. Namun tekad kami masih sama. Kami masih sama-sama harus belajar dan belajar untuk menjadi seorang dai yang sabar lagi tegar dalam menghadapi berbagai fitnah dan ujian. Demikinlah kiranya hal sering kami dengar dari para ustadz dan para pengajar di pondok.
Perpisahan dengan teman di saat itu pun harus kita relakan. Isak tangis juga harus kita tahan. Ucapan sikap tegarlah yang harus kita lontarkan.
“Semangat!”Ujar salah seorang dari kami.
Sekarang saatnya kami kokohkan langkah kaki kita menuju ‘Kota Pinggir Pantai’ itu. Tas berat itu kembali kita pikul. Koper berisi pakaian juga kami tarik hingga akhirnya kita mendapatkan bus menuju Kota Gresik.
Perjalanan yang tidak memakan waktu lama dari Surabaya-Gresik terasa begitu cepat ketika ditemani segarnya angin AC bus di terik panasnya Kota Surabaya itu. Hingga akhirnya hamba-hamba Allah yang butuh pertolongan-Nya itu sampai juga di Kota Gresik dengan aman dan nyaman. Walhamdulillah.
Tak menunggu waktu lama, kami segera mencari bus menuju kota Paciran-Lamongan. Namun sayang bus yang kami naiki sekarang bukanlah bus yang nyaman seperti sebelumnya. Bus terakhir yang kami naiki adalah bus yang tidak ber-AC, panas saat dinaiki, dan lambat saat berjalan. Namun kondisi bus yang demikian tidaklah membuat kita putus asa dari melakukan perjalanan mulia ini. Justru itulah yang membuat kami harus berlatih untuk bersabar di dalam menghadapi berbagai lika-liku dakwah.
Bus kecil itu terus berjalan mengantarkan kita ke tempat PKL dengan melewati jalan Pantura. Dua setengah jam kurang lebih kami menaiki bus tersebut hingga sampai di terminal Kota Paciran.
Sesampainya di sana kita dijemput oleh pengurus Ma’had Adhwaus Sunnah dengan menggunakan mobil salah seorang ikhwan dan langsung diantar ke ma’had.
Inilah sekelumit dari perjalan kami menuju tempat PKL yang diiringi dengan sedikit duri yang melatih kita untuk menjadi orang yang lebih bersabar dalam menghadapi ujian kecil sebelum menghadapi ujian yang lebih besar. Mudah-mudahan yang sedikit dari kisah kami dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Amiin. (Bersambung)