Mana Yang Lebih Utama: Sering Mengkhatamkan Al-Qur’an atau Sekali Khatam Tapi Dengan Belajar Tafsirnya?
Manakah yang lebih utama, seseorang membaca Al-Qur’an dan mengkhatamkannya beberapa kali ataukah membacanya dengan tenang disertai tafsirnya sekali atau dua kali saja selama Ramadhan?
Asy-Syaikh Ahmad An-Najmi rahimahullah menjawab:
Demi Allah, jika seseorang membaca Al-Qur’an sekali saja disertai dengan tafsir serta memahaminya, hal itu lebih baik daripada membacanya dengan cepat. Abdullah bin Mas’ud, ketika ada orang yang berkata kepadanya, “Sesungguhnya aku membaca Al-Qur’an tadi malam surat-surat Al-Mufashshal -yakni sebanyak 4 juz, dari surat Qaf dan seterusnya-.” Maka Abdullah bin Mas’ud mengatakan, “Demikian cepatnya seperti cepatnya membaca syair.”
Maka sudah semestinya bagi seseorang untuk membaca Al-Qur’an dengan tenang, penuh penghayatan, dan mengulang-ulang tafsir ayat yang dibacanya dengan ingatannya.
Ada penanya via internet dari Perancis, “Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada Anda wahai Fadhilatusy Syaikh, apakah kita berhenti dari pelajaran pada bulan Ramadhan dan mengkonsentrasikan untuk menghafal Al-Qur’anul Karim?”
Asy-Syaikh Muhammad bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah menjawab:
Ini adalah pertanyaan penting dan senantiasa berulang. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang diturunkan padanya Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) sebagaimana yang Allah tabaraka wata’ala firmankan.
Namun sebagian manusia menyangka bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang diisi dengan kemalasan, ini tidak benar. Bulan Ramadhan merupakan bulan yang hendaknya diisi dengan penuh semangat dan kesungguhan dalam beribadah dan berbuat kebajikan. Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seorang yang paling dermawan, dan kedermawanan beliau yang paling besar adalah ketika di bulan Ramadhan, tatkala Jibril menjumpai beliau dan membacakan untuk beliau Al-Qur’an. Rasulullah adalah orang yang paling dermawan untuk segera berbuat kebaikan dengan memberi melebihi kencangnya angin yang berhembus, dan kedermawanan beliau ini yang peling besar adalah ketika Ramadhan.
Ramadhan adalan bulan kedermawanan, bulan sedekah dan pengorbanan. Betapa banyak peperangan dalam Islam terjadi pada bulan Ramadhan. Yang pertama adalah Yaumul Furqan yaitu perang Badar yang padanya Allah muliakan Islam dan kaum muslimin serta menghinakan kekufuran dan orang-orang kafir. Demikian pula Fathu Makkah dan masuknya manusia ke dalam agama Islam dengan berbondong-bondong terjadi pada bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan bukanlah bulan kemalasan dan bulan untuk memperbanyak tidur, ini tidak benar.
Sebagaimana pula sebagian orang menyangka bahwa di bulan Ramadhan mencukupkan diri dengan membaca Al-Qur’an. Kita katakan benar bahwa membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan merupakan amalan yang lebih baik dan lebih mulia (jika dibandingkan dengan bulan lain). Ini benar, namun hal itu janganlah menghalangimu dari ilmu.
Adapun yang diriwayatkan dari Al-Imam Malik bahwa ketika memasuki bulan Ramadhan, beliau menutup kitab Al-Muwaththa’ dan menggantungkannya, lalu memfokuskan dirinya kepada Al-Qur’an, maka ini adalah riwayat yang tidak shahih dari Al-Imam Malik. Betapa banyak para muhadditsin dan ulama tetap beramal di bulan Ramadhan. Namun terkadang seseorang mengurangi aktivitas seperti ini (mengajarkan ilmu kepada orang lain) karena ia ingin lebih menyibukkan dengan bentuk ketaatan untuk dirinya sendiri, sehingga ia pun tetap tidak melalaikan amal ketaatan.
Akan tetapi hendaknya ia tidak meninggalkan upaya untuk memberikan kebaikan kepada yang lain, mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagi perkara agama dan dunia mereka. Bahkan mengajarkan ilmu kepada orang lain menjadi sesuatu yang wajib jika di negerinya tidak ada yang bisa kecuali dia. Sehingga tidak boleh baginya untuk meninggalkan pengajaran dan pemberian faedah kepada orang lain serta memenuhi kebutuhan mereka. Jika ada seseorang yang memang dibutuhkan oleh orang lain, maka hendaknya ia bersabar untuk melayaninya, ia mendapatkan pahala sebagaimana dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga demikian.
Lebih memfokuskan pada Al-Qur’an merupakan sesuatu yang memiliki kelebihan (keutamaan) di bulan yang penuh barakah ini. Minimalnya seorang penuntut ilmu hendaknya banyak membaca Al-Qur’an pada bulan ini. Kalau ia mau berpaling dari (tidak menyibukkan) dengan ilmu-ilmu yang lain (selain Al-Qur’an), minimalnya ia mengkhatamkan Al-Qur’an disertai dengan tafsirnya, sehingga ketika bulan Ramadhan telah usai, ia telah mengkhatamkan Al-Qur’an dan memahami maknanya serta tafsirnya, seperti tafsir Ibnu Katsir atau ringkasannya, maupun tafsir Al-Baghawi. Pada saat ini, di kalangan kita para penuntut ilmu banyak terjadi kelalaian untuk membaca tafsir. Kita masih lemah dalam hal ini (mempelajari tafsir).
Maka sudah sepatutnya bagi kita untuk banyak membaca Al-Qur’an di bulan ini. Jika menghendaki untuk tetap mempelajari ilmu-ilmu yang lain (selain membaca Al-Qur’an), maka minimalnya ia tetap mengiringi ilmu-ilmu tersebut dengan mempelajari tafsir Al-Qur’an, sehingga ketika selesainya Ramadhan ia telah menyelesaikan bacaan kitab yang penuh berkah ini dengan sempurna. Wallahu a’lam.
Sumber http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=144670