Mari belajar dari kisah Imam al-Bukhari
Oleh Bukhari Makasar Takhasus
Rihlah dalam rangka tholabul ‘ilmi merupakan sunnahnya para Nabi. Sunnah ini dilanjutkan oleh pewaris para Nabi dari kalangan para ulama. Di antara ulama besar dan pembaharu Islam adalah Imam al-Bukhari rahimahullah.
Lalu bagaimana biografi beliau, sehingga kita bisa meneladani dan mencontohnya? Berikut ini kami akan menjelaskan sedikit biografi dari beliau, mudah-mudahan bermanfaat.
Nama dan kelahiran
Beliau bernama Muhammad bin Ismail bin Ibrohim bin al-Mughiroh al-Ju’fi al-Bukhori. Beliau dilahirkan pada tanggal 13 Syawwal Tahun 194 H di negeri Bukhoro.
Awal kali beliau mendengar hadits pada usia 9 tahun, tepatnya pada tahun 205 H. Diusia yang sangat muda, beliau telah menghafal karya-karya tulis Imam al-Mubarok rahimahullah. Cintanya kepada ilmu yang mendalam serta kejeniusannya, sangat membantu untuk meraih ilmu.
Beliau tumbuh sebagai anak yatim. Ayah beliau bagian dari para ulama yang bersifat waro’ (sangat berhati-hati dari perkara syubhat). Ayah beliau seorang yang mendengar hadits dari Imam Malik bin Anas rahimahullah.
Awal rihlah tholabul ‘ilmi
Imam al-Bukhori rahimahullah tumbuh diasuhan sang ibunda. Pada tahun 210 H beliau mulai melakukan rihlah (perjalanan tholabul ‘ilmi). Tentunya setelah mendengar hadits dan menuntut ilmu dari sekian banyak tokoh ulama pada masa itu di negerinya, semisal Muhammad bin Salam al-Baikandi, Muhammad bin Yusuf al-Baikandi, dan beberapa ulama terkemuka lainnya. Beliau memulai awal rihlahnya untuk mencari ilmu menuju kota Balkh, tepatnya di kota Khurozan yang saat ini berada di kota Afghanistan.
Tidak sampai di sini, beliau juga mengunjungi Marwa, Naisabur, Ray, Baghdad, Basroh, Kufah, Makkah, Madinah, Wasith, Mesir, Damaskus, Qaisariyyah, Asqolan, dan Hims atau Homs. Dan telah disebutkan bahwasannya beliau mendengar (riwayat hadits) dari seribu orang –masyaAllah-.
Keluasan ilmu
Ibnu Abi Hatim rahimahullah asisten Imam al-Bukhori berkata: “Al-Bukhari berkata: ‘Suatu ketika Ishaq bin Ibrohim ditanya tentang seorang mentalak istrinya disebabkan lupa, beliau terdiam.’ Maka Imam al-Bukhari mengatakan, ‘Nabi shallallahu `alaihi wa salam bersabda: ‘Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengampuni dosa hambaku sebatas apa yang masih terlintas didalam hatinya. Asalkan belum dilakukan oleh anggota tubuhnya atau diucapakan oleh lisannya.’ Maka Ishaq berkata: ‘Engkau telah mendukungku dan berfatwa dengannya.”
Sanjungan para ulama
Imam Muhammad bin Abi Hatim rahimahullah berkata: “Aku mendengar Yahya bin Ja’far al-Baikandi rahimahullah mengatakan: ‘Seandainya aku menambah umur Muhammad bin Isma’il dengan mengambil sisa jatah umurku, niscaya akan aku lakukan hal tersebut. Karena kematian aku adalah sama seperti kematian manusia biasa, sedangkan kematian beliau mengakibatkan hilangnya ilmu.”
Agama dan kesholehannya
Musabbih bin Sa’id rahimahullah berkata: “Dahulu al-Bukhori menghatamkan al-Quran pada bulan romadhon pada setiap harinya. Beliau juga menghatamkan al-Quran setelah selesai shalat tarawih setiap tiga malam sekali. Dan aku juga mendengar beliau mengatakan: ‘Tidaklah aku ingin mengucapkan sebuah perkataan yang menyebutkan suatu terkait dengan perkara dunia, kecuali akau akan memulainya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ciri fisik
Ibnu ‘Adi rahimahullah berkata: “Aku mendengar al-Hasan bin al-Husain berkata: ‘Aku melihat Muhammad bin Isma’il sebagai sosok Syaikh yang berbadan kurus, beliau tidak terlalu tinggi, dan tidak pula terlalu pendek.”
Mudah-mudahan pembahasan ini bermanfaat dan menjadi pemberat timbangan di akhirat kelak. Semoga Allah kokohkan kami di atas al-Haq dan senantiasa belajar dari para asatidzah dan ulama sunnah. Amin