Mengenal 2 imam ahli nahwu

 

Oleh Kholid Bengkulu Takhasus

 

Ulama bagaikan bintang gemilang yang ada di langit. Sebagaimana dalam kegelapan malam, bintang sebagai penunjuk arah. Demikian pula dalam badai gelombang fitnah, para ulama yang memberikan pencerahan serta nasehat kepada umat, agar jelas mana jalan yang benar. Saat bintang tidak terlihat, manusia kehilangan arah. Begitu juga dengan para ulama, saat mereka dijauhi, manusia akan tersesat serta tidak tahu mana jalan yang benar dan mana yang salah.

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menjadikan para ulama pewaris ilmu para nabi. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya para ulama adalah adalah pewaris para nabi dan para nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham. Hanyalah para nabi mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambil ilmu tersebut, maka dia telah mengambil bagian yang besar.”

 

Di antara deretan para ulama yang insyaAllah pada kesempatan kali ini akan dibahas adalh dua imam ahli nahwu, mereka adalah Imam as-Sibaweh dan al-Kisa’i rahimahumallah.

Imam Sibaweh

Nama asli beliau adalah Abu Bisyr Amr bin Utsman bin Qunbur al-Farisy al-Bashri. Beliau dijuluki oleh Imam adz-Dzahabi dengan imam dalam bidang nahwu dan hujjahnya orang-orang Arab. Julukan ‘sibaweh’ ini melekat pada beliau karena aroma apel yang sangat khas darinya. Ada pula yang mengatakan bahwa beliau dijuluki dengannya karena kedua tulang pipi beliau menonjol seperti apel. Disamping keilmuan, beliau juga dikenal dengan ketampanan dan kebersihan penampilan.

 

Imam al-Kisa’i

Beliau adalah seorang ulama nahwu yang masyhur dan telah terkenal keilmuannya. Jika kita mempelajari ilmu nahwu, kita akan banyak menjumpai ucapan ataupun pendapat dari beliau[1]. Nama lengkap beliau adalah Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Bahman bin Fairuz al-Asadi al-Kufi.

Al-Kisa’i adalah nisbat (penyandaran) kepada nama tempat, yaitu sebuah desa yang terletak antara Wasith dan Baghdad yang terletak di negeri Iraq. Pendapat lain menyebutkan bahwa beliau dijuluki dengan al-Kisa’i karena beliau pernah bermajlis dengan berselimutkan kain kisa’.

 

Penutup

Demikianlah sekilas tentang 2 Imam ahli nahwu, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala merahmati keduanya dan menjadikan ilmunya bermanfaat hingga hari kiamat kelak. Amin.

 

[1] Imam asy-Syafi’i pernah memuji beliau: ”Barang siapa yang ingin mendalami ilmu nahwu, pasti ia membutuhkan ilmu al-Kisa’i.”

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.