Asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah Mengingkari Klaim Kenabian setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dan Mengajarkan Murid-Muridnya untuk Tidak Taklid kepada Siapapun
DARS USTADZ LUQMAN BA’ABDUH HAFIZHAHULLAH 17 SHAFAR 1438 H/16 NOVEMBER 2016 M (MAGHRIB-ISYA’) DI MASJID MA’HAD AS SALAFY
asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah dalam kitabnya Kitabut Tauhid pada bab Ma Ja’a Anna Ba’dha Hadzihil Ummah Ya’budul Autsan menyebutkan hadits Tsauban radhiyallahu anhu (… وإنه سيكون من أمة ثلاثون كذابون) yang panjang. Kemudian beliau menyebutkan beberapa permasalahan yang diambil pada bab ini, di antaranya;
“Termasuk perkara aneh yang paling aneh, yaitu munculnya orang yang mengklaim kenabian seperti al-Mukhtar bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi, padahal ia mengucapkan 2 kalimat syahadat, ia juga menyatakan bahwa dirinya bagian dari umat Muhammad shallallahu alaihi wasallam, dan bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam haq (benar), al-Qur’an pun haq, yang di dalamnya diterangkan bahwa Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah penutup para Nabi. Namun, meskipun demikian ia masih dipercayai banyak orang”.
Dengan ini kita mengetahui bahwa asy-Syaikh Muhammad rahimahullah mengingkari siapa saja yang mengaku nabi setelah nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah dalam kitabnya Fathul Majid syarh Kitabut Tauhid menjelaskan makna hadits Tsauban radhiyallahu anhu tersebut.
Perlu diketahui bahwa dalam kitab tersebut asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menukilkan pendapat-pendapat para ulama’ dari semua mazhab, termasuk ulama-ulama madzhab asy-Syafi’i, semisal al-Qadhi Iyadh, al-Hafizh Ibnu Hajar, al-Imam an-Nawawi dan al-Imam al-Baghawi rahimahumullah. Didapati pula beliau juga menukilkan ucapan ulama’ dari mazhab Hanbali seperti Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim rahimahumallah, begitu juga ulama’ mazhab Maliki seperti al-Imam al-Qurthubi rahimahullah dan lain-lain.
Inilah contoh hasil didikan asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah, beliau tidak mengajarkan pada murid-muridnya untuk taklid pada suatu mazhab tertentu atau ulama’ tertentu, terlebih kepada dirinya sendiri.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah menukilkan ucapan al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Majid (artinya), “Sungguh telah nampak peristiwa ini (klaim nubuwwah) di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, muncul Musailamah al-Kadzab dari Yamamah, juga al-Aswad al-Ansi dari Yaman. Muncul juga pada masa khilafah Abu Bakr radhiyallahu anhu, Thulaihah din Khuwailid dari Bani Asad bin Khuzaimah, dan Sujah dari Bani Tamim.
Al-Aswad terbunuh sebelum Nabi shallallahu alaihi wasallam wafat. Musailamah terbunuh pada masa khilafah Abu Bakr radhiyallahu anhu, ia dibunuh oleh Wahsyi si pembunuh Hamzah pada perang Uhud, dan yang juga ikut andil dalam membunuh Musailamah di perang Yamamah adalah seseorang dari kaum Anshor. Adapun Thulaihah maka ia bertaubat dan mati di atas islam pada zaman Umar bin al-Khattab radhiyallahu anhu. Dinukilkan juga bahwa Sujah pun bertaubat. Kemudian muncullah al-Mukhtar bin Abi Ubaid ats-Tsaqafi yang juga mengaku sebaagai nabi…”
Kemudian asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah menjelaskan maksud ucapan (و أنا خاتم النبيين). Beliau menyebutkan (artinya), “Berkata al-Hasan al Bashri rahimahullah “al-Khatam” (penutup), maknanya sebagai penutup, yakni Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah nabi terakhir. Hal ini seperti yang Allah sebutkan dalam firman-Nya “Tidaklah Muhammad itu ayah salah seorang dari kalian, akan tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para nabi”. (Al-Ahzab: 40).
(lihat Fathul Majid bab Ma Ja’a Anna Ba’dha hadzihil Ummah Ya’budul Autsan).
Demikianlah, pintu kenabian telah ditutup oleh kenabian Muhammad shallallahu alaihi wasallam, inilah yang diajarkan oleh para ulama’ salaf kita baik mazhab Hanafi, Maliki, Hanbali ataupun Syafi’i. Inilah juga yang diajarkan oleh asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah dan murid-murid beliau.