Menggapai Cinta Ilahi
Cinta Allah adalah dambaan kita semua. Setiap hamba pasti ingin mendapatkan kecintaan-Nya. Kecintaan Allah itu bisa diraih dengan sebab-sebabnya. Di antara sebab tersebut adalah apa yang tertuang dalam dalam as-Sunnah berikut ini,
عن عبدالله بن عمر قال قيل : يا رسول الله من أحبُّ الناسِ إلى اللهِ؟ أحبُّ الناسِ إلى اللهِ أنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، و أحبُّ الأعمالِ إلى اللهِ عزَّ وجلَّ سُرُورٌ يدْخِلُهُ على مسلمٍ ، أوْ يكْشِفُ عنهُ كُرْبَةً ، أوْ يقْضِي عنهُ دَيْنًا، أوْ تَطْرُدُ عنهُ جُوعًا ، و لأنْ أَمْشِي مع أَخٍ لي في حاجَةٍ أحبُّ إِلَيَّ من أنْ اعْتَكِفَ في هذا المسجدِ ، يعني مسجدَ المدينةِ شهرًا ، و مَنْ كَفَّ غضبَهُ سترَ اللهُ عَوْرَتَهُ ، و مَنْ كَظَمَ غَيْظَهُ ، و لَوْ شاءَ أنْ يُمْضِيَهُ أَمْضَاهُ مَلأَ اللهُ قلبَهُ رَجَاءً يومَ القيامةِ ، و مَنْ مَشَى مع أَخِيهِ في حاجَةٍ حتى تتَهَيَّأَ لهُ أَثْبَتَ اللهُ قَدَمَهُ يومَ تَزُولُ الأَقْدَامِ، و إِنَّ سُوءَ الخُلُقِ يُفْسِدُ العَمَلَ ، كما يُفْسِدُ الخَلُّ العَسَلَ
[السلسلة الصحيحة رقم ٩٠٦]
Dari sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata, Ada seseorang yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai oleh Allah?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Orang yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla adalah
- Membuat seorang muslim bergembira.
- Membantu menyelesaikan masalahnya.
- Melunasi hutangnya.
- Menghilangkan rasa laparnya.
Sungguh seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk membantu kebutuhannya lebih aku sukai dari pada beri’tikaf di masjid ini, yakni masjid Nabawi selama satu bulan.
Barangsiapa yang menahan amarahnya maka Allah akan menutup aibnya. Barangsiapa yang meredam emosinya, padahal kalau mau ia bisa melampiaskannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan rasa harap di hari kiamat nanti.
Barangsiapa yang berupaya meringankan beban saudaranya hingga terpenuhi untuknya, niscaya Allah akan kokohkan kakinya di hari kiamat di mana kaki-kaki manusia tergelincir.
Sungguh akhlak yang buruk akan merusak amalan, sebagaimana cuka akan merusak madu.”
[Dinukil dari Silsilah as-Shahihah no.906]