Meninggalkan majelis kesia-siaan

 

Oleh Dawud Imam Taufiq Malang Takhasus

 

Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan akhlak yang mulia . Termasuk dari akhlak yang mulia adalah berpaling dari orang-orang bodoh. Siapakah yang dimaksud dengan orang bodoh yang Allah perintahkan untuk berpaling darinya?

Allah Ta’ala berfirman:

وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Berpaliglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-‘A’raf: 199)

 

Penjelasan ayat

Bukanlah yang dimaksud dalam ayat ini orang awam yang tidak memiliki ilmu tentang agama, adapun hak mereka adalah diajari, dibimbing terkait perkara-perkara yang akan memberikan manfaat pada dunia dan akhiratnya. Namun yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah orang-orang bodoh, pandir yang bertindak lalim terhadap orang lain.

Baik dengan ucapan yang keji atau perbuatan yang tidak dibenarkan oleh syariat, kepada merekalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintakan kita untuk berpaling dan meninggalkan perbuatan mereka.

 

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata:

الْحَضُّ عَلَى التَّعَلُّقِ بِالْعِلْمِ، وَالْإِعْرَاضُ عَنْ أَهْلِ الظُّلْمِ، وَالتَّنَزُّهُ عَنْ مُنَازَعَةِ السُّفَهَاءِ، وَمُسَاوَاةِ الْجَهَلَةِ الْأَغْبِيَاءِ

“Hasungan untuk terikat dengan ilmu, berpaling dari pelaku kedholiman, menjauhi pertikaian dengan orang-orang dungu dan menjauhi keserupaan dengan mereka.” (Tafsir al-Qurthubi)

 

Bimbingan al-Qur’an

Allah ta’ala berfirman:

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Penyayang itu adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati. Apabila orang-orang jahil mendebat mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (QS. Al-Furqon: 63)

 

Imam as-Sa’dy rahimahullah berkata:

خاطبوهم خطابا يسلمون فيه من الإثم ويسلمون من مقابلة الجاهل بجهله. وهذا مدح لهم، بالحلم الكثير ومقابلة المسيء بالإحسان والعفو عن الجاهل

“Apabila orang-orang jahil mendebat mereka dengan suatu perdebatan, (mereka membalasnya dengan ucapan baik) sehingga mereka selamat dari dosa dan selamat dari membalas orang bodoh karena kebodohannya. Ini merupakan sifat terpuji bagi mereka, dengan sifat tenang, membalas kejelekan dengan kebaikan, dan memaafkan orang yang bodoh.” (Tafsir as-Sa’dy)

 

Teladan dari Nabi

Suatu hari datang seorang arab badui kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu  menarik selendang beliau sampai membekas pada leher Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Badui tersebut mengatakan: “Berikan  kepadaku harta Allah yang diberikan kepadamu! Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh kepadanya sambil tersenyum dan memerintahkan sahabatnya agar memberikan harta kepadanya.”

 

Teladan dari sahabat

Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu adalah sahabat yang dikenal dengan kebaikan akhlaknya dan budi pekertinya yang luhur. Di antara akhlak mulia yang beliau miliki adalah sikap berpaling dari orang-orang bodoh. Dikisahkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Uyainah bin Hism datang menuju rumah keponakannya yang bernama al-Huri bin Qais termasuk dari golongan yang dijadikan oleh Umar bin al-Khattab sebagai kawan dekatnya.

Dahulu di sekiling Umar terdapat para pemuda dan orang-orang senior. Lalu Uyainah bertanya kepada ponakannya: “Wahai ponakanku! Apakah engkau memiliki kedudukan di sisi penguasa ini (Umar bin al-Khattab) sehingga engkau bisa memintakan izin untukku agar aku bisa bertemu dengannya?” Sang ponakan menjawab: “Ya, akan aku mintakan izin kepadanya.” Ibnu Abbas berkata: “Lalu al-Hury memintaka izin dan disetujui oleh Umar.”

Uyainah pun masuk seraya mengatakan: “Wahai Ibnul Khattab! Demi Allah! engkau tidak memberikan kepada kami pemberian yang melimpah dan engkau tidak mengadili kami dengan cara yang adil.”

Lalu seketika itu Umar marah dan hampir memukulnya. Sang ponakan mengatakan: “Wahai amirul mukminin, Allah Ta`ala berfirman dalam ayatnya:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

“Maafkanlah, perintahkan yang baik, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.” (QS. Al-‘A’raf: 199)

 

Al-Huri bin Qais berkata: “Dan pamanku ini adalah orang yang bodoh.”

Ibnu Abbas mengomentari: “Demi Allah! sahabat Umar tidak melampui ayat tersebut setelah dibacakan kepadanya. Beliau memahami kandungan ayat tersebut dan beliau mengikuti bimbingan yang datang dari Al Quran.”

 

Penutup

Demikianlah di antara bimbingan dalam menyikapi orang-orang jahil. Begitu pula bagaimana kesabaran Nabi dan para sahabat dalam menghadapinya. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kepada kita taufik-Nya untuk berakhlak mulia, sebagaimana yang diajarkan dalam Al Qur`an ataupun yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Amin

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.