Menjadi santri mandiri
Oleh Tim Reportase Santri
Di hari yang sejuk itu, Senin 19 Syawal 1442 H/31 Mei 2021 M, Allah Ta’ala bangunkan para pejuangnya di jalan-Nya. Mereka menunaikan shalat malam, berdo’a kepada-Nya, dan melakukan berbagai amal kebaikan. Di saat kebanyakan anak-anak muda tidak tahu jalan dan arah hidupnya, namun Allah Ta’ala pilih hamba-hamba-Nya yang khusus untuk berada di lingkungan sunnah dan mempelajarinya.
Tak hanya beribadah, belajar, dan ta’awun. Kemandirian para santri di pondok pesantrenpun perlu diacungi jempol. Di usia yang masih muda, dari umur 13 tahun ke atas, mereka sudah berpisah dari orang tuanya untuk menimba ilmu agama. Ilmu yang akan mengangkat kebodohan dan sebab memperoleh kemudahan menuju surga-Nya.
Pemandangan yang jarang terlihat
Para santri yang menimba ilmu di Pondok, mereka mulai belajar arti kemandirian dan tidak mudah mengeluh. Meski badan mereka ada yang tinggi dan kecil, namun tidak menghalanginya untuk mandiri. Sebut saja Muhammad santri baru, di umur menginak 13 tahun dengan badan yang belum tumbuh besar seperti teman yang lain, namun dia tidak manja.
Tatkala dia melewati kami dengan membawa ember cuciannya, dia membawa ember tersebut dengan kedua tangannya. Karena dia belum kuat untuk membawanya dengan satu tangan. Tinggi badan dengan embernya tidak sampai 2 kali lipatnya, sehingga terlihat memberi kesan tatkala yang meliatnya.
Ada pula Abdullah, misalnya. Dengan tubuh yang hampir sama dengan Muhammad, dia membawa embernya dengan satu tangan, namun diletakkan di pundaknya agar bisa dibawa. Wajah mereka ceria, tidak merasa membawa beban yang berarti lagi memberatkan laju mereka. Hal ini mengingatkan kami dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ
“Mukmin yang kuat, lebih baik dan lebih Allah cintai dibandingkan mukmin yang lemah. Namun pada keduanya memiliki kebaikan.” (HR. Muslim no. 2664)
Tujuan mulia
Sepertinya mereka mengetahui arti perjuangan ini, berpisah dengan orang tua dan berusaha mandiri untuk belajar ilmu agama adalah tujuan mereka. Semoga Allah kokohkan hati-hati kami dan kalian di atas al-Haq dan senantiasa menggelorakan semangat untuk beramal di atas al-Qur’an dan as-Sunnah. Amin