Muhadharah Santri, Momen berbagi Faedah di Masa Pandemi

 

Oleh Tim Reportase Santri

 

Mentari masih malu menampakkan sinar hangatnya. Kelopak mata pun berat menahan rasa kantuknya. Meski demikian, di subuh buta hari Jumat itu (13/8), para santri terlihat antusias menghadiri majelis muhadharah yang disampaikan oleh teman mereka sendiri.

Ini adalah silsilah (rangkaian) muhadharah yang kelima selama tahun ajaran ini (1442-1443H). Setiap pekannya, para santri kelas 2 dan 3 Takhasus yang terpilih akan menyampaikan muhadharah secara bergantian di masjid ma’had.

 

Jalannya Kegiatan

Terlihat sesosok santri bertubuh kekar maju membuka muhadharah.  Dia adalah MC pada kesempatan muhadharah kali itu. Setelah membuka kegiatan dengan menyebutkan berbagai keutamaan ilmu syar’i , ia mempersilahkan dua santri yang terpilih pada pekan itu untuk maju.

“Pagi ini kita akan mendengarkan wejangan yang InsyaAllah akan menggugah semangat baru kita dalam thalabul ilmi. Pemateri pertama yaitu Akhuna Ikhwan Faqih dari Cirebon dengan tema Pentingnya Keikhlasan. Sedangkan pemateri kedua adalah al-Akh Nur Hidayat Bone dengan tema Sabar, Kunci Kebahagiaan. Kepada pemateri pertama dan kedua falyatafadhal (kami persilahkan)..” Sejenak kemudian, MC turun dari kursinya dan duduk di lantai untuk turut mendengarkan muhadharah.

 

Poster Silsilah Muhadharah Santri Ke-5

Pandemi Tak Membuat Kami Berhenti

 

Demikianlah kurang lebih gambaran rutinitas santri Takhasus setiap subuh hari Jumat. Baik sebelum maupun ketika pandemi.

Adanya pandemi sebagai musibah bukan berarti menghentikan ibadah. Justru itu mengingatkan kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Taala. Ragam amalan bisa kita kerjakan, tentunya semua itu dengan pertolongan Allah semata. Di antara amalan tersebut adalah saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, yang dibingkai dalam program muhadharah santri. Itulah amalan yang Allah sebutkan dalam kitab-Nya,

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang yan beriman, beramal saleh, serta yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. (QS. Al-Ashr: 1-3)

 

Muhadharah, Salah Satu Cara Nabi Berdakwah.

Muhadharah  atau menyampaikan ceramah di depan umum merupakan salah satu cara untuk berdakwah kepada masyarakat. Dengan cara ini, ternyata para Nabi alaihimussalam menyampaikan ajaran Ilahi kepada kaumnya. Di antaranya adalah Nuh alaihissalam ketika beliau menyampaikan dakwah di hadapan kaumnya,

 

قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِينٌ. أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاتَّقُوهُ وَأَطِيعُونِ. يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُؤَخِّرْكُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى إِنَّ أَجَلَ اللَّهِ إِذَا جَاءَ لَا يُؤَخَّرُ لَوْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Nuh berkata, Wahai kaumku, aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian. Sembahlah Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah. Niscaya Ia akan mengampuni dosa-dosa kalian dan menangguhkan ajal kalian sampai batas waktu yang telah Ia tentukan. Sungguh ketetapan Allah jika telah menjemput, maka tidak mungkin dapat diundur lagi sekiranya kalian mengetahui.” (QS. Nuh: 2-4)

 

Hal ini juga dicontohkan oleh Ayah para Nabi, Ibrahim alaihissalam ketika mengajak kaumnya menauhidkan Allah dan meninggalkan segala sesembahan mereka selain-Nya:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْوَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ

Telah ada tauladan yang baik bagi kalian pada diri Ibrahim dan pengikutnya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, ‘Kami berlepas diri dari kalian dan segala yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari kalian dan telah timbul permusuhan serta kebencian antara kami dan kalian selamanya, hingga kalian beriman kepada Allah semata.” (QS. Al-Mumtahanah: 4)

Berdakwah dengan metode ceramah di depan khalayak terus dilestarikan oleh para Nabi, hingga Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau menyeru bangsa Quraisy.

يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ، لَا أَغْنِيْ عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيئًا، يَا بَنِيْ عَبْدِ مَنَافٍ لَا أَغْنِيْ عَنْكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئًا

“Wahai sekalian kabilah Quraisy, jagalah diri-diri kalian. Aku tidak mampu berbuat apa-apa kepada kalian di hadapan Allah nanti. Wahai anak cucu Abdu Manaf, aku juga tidak mampu berbuat apa-apa untuk kalian di hadapan Allah.” (HR. Bukhari)

 

Tujuan diadakannya Muhadharah Santri

Maka dalam rangka meniti jejak para Nabi dalam menyampaikan dakwah, lembaga Takhasus Ma’had Minhajul Atsar Jember, mengadakan program muhadharah mingguan bagi para santri. Di samping itu, program ini juga memiliki beberapa tujuan, di antaranya;

  1. Menyibukkan santri dengan kegiatan yang bermanfaat.
  2. Melatih mental dan kecakapan para santri untuk menyampaikan ilmu yang telah mereka ketahui di khalayak umum.

 

Walaupun demikian, tetap saja kecakapan dalam menyampaikan bukanlah tolok ukur keberhasilan seseorang dalam belajar. Yang terpenting adalah pembuktian dengan amalannya.

 

Manfaat Muhadharah  Santri

 

Dengan adanya muhadharah santri, para hadirin dapat mengambil faedah darinya. Tak jarang mereka mendapat beberapa faedah tambahan yang belum pernah didengar sebelumnya.

Muhadharah ini juga menanamkan sifat tawadhu’ (rendah hati), dan sikap mau mendengarkan faedah walaupun dari orang yang sepantaran atau bahkan lebih muda dari kita.

 

Tidak ingatkah kita, tatkala Nabiyullah Musa rela berjalan jauh, mengarungi lembah pasir dan lautan untuk belajar dari Khidir? Padahal kita tahu, kedudukan beliau di sisi Allah. Beliau, seorang Nabi yang Allah ajak bicara, juga seorang Nabi yang paling banyak pengikutnya setelah Nabi Muhammad. Cukuplah ini menjadi teladan bagi kita semuanya untuk bersifat tawadhu’.

Selain manfaat untuk hadirin, para pemateri pun mendapat manfaat berupa masukan yang diberikan kakak kelas mereka, santri kelas 4 Takhasus. Mereka memberikan kritik dan saran yang membangun kepada para pemateri sebagai bahan evaluasi. Harapannya dengan itu para pemateri bisa menigkatkan yang sudah baik dan memperbaiki kekurangan yang ada.

Format Lembar Penilaian Kegiatan Muhadharah Santri

Penutup

Kami sangat menanti saran dan masukan yang membangun dari para pembaca tentang kegiatan ini.  Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kami untuk meningkatkan kualitas kegiatan ini dan memperbaiki kekurangan yang masih ada. Semoga kegiatan ini terhitung sebagai upaya jihad fi sabilillah dengan cara menyampaikan ilmu yang bermanfaat bagi umat, amin. Wallahu ‘alam.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.