Sambut Ramadan, PP. Minhajul Atsar Gelar Telekonferensi Bersama Syaikh Dr. Arafat al-Muhammadi
Oleh Tim Jurnalistik Santri
Jumat, 8 Sya’ban 1443 H, suara azan magrib terdengar lantang. Sebagai seorang muslim, tentulah hati ini segera bangkit dan berangkat menuju panggilan Ilahi. Setelah langkah ini tiba di masjid, pandangan mata langsung tertuju kepada dua meja yang berada tepat di bagian depan.
Ya, bukan hal yang asing bagi kami para santri jika melihat dua meja yang tersusun rapi dan berhias taplak indah itu. Iya seolah menjadi ikon kegiatan yang diselenggarakan oleh ma’had kami tercinta ini, kegiatan muhadharah bersama masyaikh ahlus sunnah wal jama’ah.
Hingga kini, kegiatan ini telah diselenggarakan sebanyak 8 kali. Dan pada kesempatan kali ini yang berkesempatan untuk menyampaikan muhadharah telekonferensi adalah asy-Syaikh DR. Arafat bin Hasan al-Muhammadi hafizhahullahu Ta’ala dengan membawakan tema: Ramadan, Hikmah dan Ragam Hukumnya.
Lagi-lagi rasa bahagia dan haru tak bisa terbendung kala kami pertama mendengar akan diselenggarakannya muhadharah tersebut. Terlebih, tema yang diangkat adalah untuk menyambut tamu mulai nan agung, bulan suci Ramadan yang sebentar lagi akan tiba.
Pra Muhadharah
Muhadharah tentang Ramadan ini tidak jauh berbeda dengan silsilah muhadharah sebelumnya, persiapan demi persiapan digalakkan jauh-jauh hari sebelum hari H dan dimatangkan di hari H sesuai jadwal yang tertera.
Baca Juga: Mengenal Tim Solid (Panitia) Telekonferensi di Ma’had Minhajul Atsar
Meja Penerjemah
Siang hari sebelum muhadharah, Ma’had Minhajul Atsar diguyur hujan lebat. Meski hanya sesaat, namun cukup untuk meninggalkan beberapa genangan air di area lapangan.
Di tengah-tengah keadaan yang seperti itu, melintaslah dua santri anggota Qismul Maktabah sembari mengangkat sebuah meja kayu. Mereka berdua memindahkan meja tersebut ke masjid untuk digunakan sebagai meja penerjemah. Sementara meja yang memang sudah tersedia di Masjid Ali bin Abi Thalib akan digunakan oleh ustadz yang memberi kata sambutan.
Tak hanya mendatangkan meja tambahan, anggota Qismul Maktabah juga memasang taplak penutup meja yang telah mereka setrika sebelumnya. Taplak berwarna hijau dengan lis putih ini memang biasa digunakan untuk kegiatan-kegiatan resmi semacam ini.
Speaker Penerjemah
Di siang yang sama pula, Tim Tasjilat sibuk menyiapkan tempat dan menyusun perangkat-perangkat yang dibutuhkan, termasuk dua speaker tambahan dengan tiang penyangga yang diletakkan di antara meja penerjemah dan meja ustadz pemberi kata sambutan.
Sebenarnya, di masjid sendiri sudah ada speaker yang berjumlah sekitar 10 buah, namun penambahan 2 speaker ini sangatlah membantu para thalabah dalam mendengarkan muhadharah, terlebih bagi Ustadz Ruwaifi’ hafizhahullahu Ta’ala sang penerjemah.
Situasi Dapur Produksi
Seperti biasa, Tim Tamu menjalankan tugas untuk melayani konsumsi panitia muhadharah. Bedanya, kali ini mereka memasak sendiri menu makanan yang akan disajikan untuk lebih menghemat biaya. Tidak seperti biasanya, memesan kepada ikhwah yang melayani katering untuk membantu maisyah mereka.
“Iki Mas, Ana ada ide baru bikin ayam bumbu hijau.” Tutur seorang anggota Tim Tamu asal Sidoarjo kepada ketua timnya. Bahasa Indonesianya tercampur dengan logat medok Jawa Timuran. Walaupun beliau adalah seorang penuntut ilmu syar’i yang tidak pernah menyelami dunia koki, tapi masakannya tak kalah dengan mereka. Olahan tangannya tak bisa dipandang sebelah mata.
Sedari pagi, dapur Tim Tamu sudah mulai terlihat aktivitasnya. Santri asal Sidoarjo tersebut yang mengawal pemasakan konsumsi hingga penyajiannya kepada panitia muhadharah di malam hari.
Wal hamdulillah hidangan untuk panitia muhadharah bisa disuguhkan tepat waktu.
Artikel Kami: Jangan Berpuasa Sya’ban dalam Kondisi Ini
Muhadharah pun Mulai
Selepas salat rawatib bakda magrib kami menunggu kedatangan Ustadz Luqman Baabduh hafizhahullahu Ta’ala untuk memberi kata sambutan. Namun ternyata beliau berhalangan hadir, akhirnya al-Ustadz Alfian hafizhahullahu Ta’ala menggantikan beliau untuk menghubungi asy-Syaikh Arafat al-Muhammadi hafizhahullahu Ta’ala.
Alhamdulillah, di kesempatan muhadharah seperti ini, kami para thalabah Ma’had Minhajul Atsar bisa berkumpul seluruhnya di Masjid Ali bin Abi Thalib. Mulai dari jenjang Tahfizh, Takmili sampai Takhasus. Masjid terlihat sangat ramai, saf salat berjamaah mencapai 9 saf. Alhamdulillahil ladzi bi ni’matihi tatimmus shalihat.
Pasca Muhadharah
Seusai sesi terjemah, perlahan Masjid Ali bin Abi Thalib mulai lengang. Satu persatu para thalabah mulai kembali ke asrama masing-masing. Tersisa beberapa thullab yang masih bercengkrama dengan kawannya.
Keadaan masjid yang sepi dimanfaatkan oleh Tim Dokumentasi untuk mengambil gambar dan video.
Semuanya Lancar, Walhamdulillah
Tak ada sepatah kata yang pantas untuk mengakhiri tulisan ini selain rasa syukur yang senantiasa kita curahkan kepada Allah Taala, karena dengan karunia dan nikmat-Nyalah, muhadharah ini bisa berjalan dengan lancar dari sesi pertama hingga sesi terjemah. Alhamdulillah tidak ada gangguan sinyal ataupun kendala lainnya, semua berjalan dengan lancar.
Kemudian ucapan syukur kepada para asatidzah, murabbiyin dan mudarrisin yang terbungkus dalam bingkai mahabbah fillah wa lillah. Semoga Allah Taala membalas seluruh jerih payah, perjuangan dan pengorbanan yang mereka kerahkan dalam dakwah dan tarbiah dengan balasan yang terbaik di dunia dan di akhirat.
Terkhusus kepada Syaikh yang telah memberikan bekal kepada kita sebelum menjalani puasa di bulan Ramadan yang akan datang ini.
Semoga pula Allah memudahkan kita untuk bisa berjumpa dengan bulan Ramadan dan memanfaatkannya sebaik mungkin, untuk meraih keutamaan sebagaimana yang termaktub dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا، وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan penuh iman dan rasa harap, niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun Alaihi)
Link untuk Mendengarkan Audio Muhadharah: Ramadan Hikam wa Ahkam
Penulis: Mudzakkir Muhammad Arif Padang dan Abdullah al-Atsari, Takhasus