Sehelai Petuah di Masa Wabah
Oleh Abu Abdillah Jabir bin Abu Taqiyan Solo Takmili 1A
Untukmu wahai saudaraku…
Di saat dunia digoncangkan oleh suatu ketetapan Ilahi..
Di kala arus gelombang fitnah kian dahsyat dan meninggi…
Seakan-akan tak akan ada yang selamat dari apa yang akan terjadi..
Tatkala kesedihan demi kesedihan menerpa jiwa yang lemah ini..
Melihat makin banyak para pejuang yang berguguran dari medan laga thalabul ilmi..
Ketika kekhawatiran menyelimuti jiwa penuh dosa ini..
Akankah kaki ini tetap istiqomah dan kokoh di medan thalabul ilmi..
Ataukah goyah dan tak mampu lagi tuk berdiri hingga gugur dan akhirnya perjuangannya pun berhenti…
Di saat itulah hatiku terketuk dan jiwaku terdororng tuk mengobarkan semangat juang para pejuang ilmi..
Tuk memotivasi agar derap langkah kaki mereka tak terhenti…
Dalam sebuah goresan tinta yang semoga diberkahi…
Yang jiwa ini sangat berharap tuk menjadi bekal menghadap sang Ilahi…
Dan bernilai di sisi-Nya pada pertemuan nanti..
Dalam keadaan dosa-dosa terampuni…
Kemudian goresan ini tak akan tertuang melainkan atas izin dan kehendak Ilahi…
Wahai Saudaraku yang semoga selalu diberi taufik oleh Allah Ta’ala…Masa muda adalah masa-masa terberat dalam kehidupan. Karena pada masa itu, seorang pemuda harus berjihad didalam mengendalikan hawa nafsu dan mengekang diri. Dia harus bersungguh-sungguh dalam mempertahankan diri dari gempuran tipu daya syaithan. Terlebih seorang thalibul ilmi yang hidup di lingkungan pesantren. Dia harus berjuang lebih gigih, karena rintangan dan cobaan yang dihadapi lebih berat dan sulit.
Masa muda adalah masa-masa aktif dan produktif untuk menimba dan menyerap ilmu dengan sebaik-baiknya. Sehingga seorang thalabul ilmi harus rela mengorbankan jiwa raganya untuk mengumpulkan butiran-butiran mutiara ilmu yang bertaburan dari para ulama dan asatidzah.
Oleh karenanya wahai saudaraku…
Selagi penyakit futur dan malas belum menimpa jiwamu, bersemangatlah dalam beribadah kepada Rabbmu dan menimba ilmu. Sungguh semangat ibadah dan menimba ilmu di usia muda adalah tantangan kuat bagimu, juga bagi seluruh kaum muda sepertimu. Karena pada dasarnya semangat muda itu labil. Naik turunnya tak menentu.
Wahai pemuda….
Masa muda itu sangat cepat berlalu, sebagaimana yang dinyatakan Imam Ahmad rahimahullah: “Tidaklah aku menyamakan masa muda itu kecuali dengan sebuah benda yang berada dilengan bajuku, lalu benda itu terjatuh.”
Wahai pemuda…
Masa depanmu adalah sangat berharga, terlebih masa depan akhiratmu. Masa depan akhiratmu tidak akan didapatkan selain dengan kelulusan di dunia ini. Maka manfaatkanlah masa itu sebelum berahkhir.
Yakinlah! Bila engkau menyianyiakan masa mudamu dalam kelalaian, permainan, dan senda gurau, pasti engkau akan menyesal. Engkau pasti akan berandai-andai di masa tua nanti sebagaimana seorang penyair melantunkan sebuah syairnya,
ألا ليت الشباب يعود يوما
فأخبره بما فعل المشيب
“Duhai kiranya masa muda itu bisa kembali barang satu hari,
maka akan aku kabarkan kepadanya tentang sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang yang telah beruban (tua).”
Namun, itu hanya angan-angan belaka yang mustahil terjadi. Sungguh terlalu banyak anak yang sebaya denganmu telah hancur masa depannya, rusak moral dan akhlaknya. Terjatuh dalam jurang kehancuran dan kehinaan. Sekarang masihkah engkau membuang sisa-sisa masa mudamu dengan sia-sia tak bermanfaat? Apakah engkau ingin seperti mereka? Tidaklah mereka mendapati melainkan hanya dengan penyesalan.
Cobalah engkau bertanya kepada mereka yang telah berusia tua! Betapa pahit dan beratnya melalui masa-masa tuannya tanpa ilmu agama, disebabkan masa muda mereka terbuang sia-sia…takutlah engkau dari penyesalan mereka.
Wahai saudaraku…
Ketahuilah bahwa hidup di dunia hanya satu kali. Apa yang telah berlalu tidak mungkin terulang kembali. Yang telah luput sulit untuk diraih kembali. Ingatlah bahwa ujian hidup akan selalu ada, kian hari kian bertambah. Dan sekarang hidupmu penuh dengan ujian. Kesabaran, keyakinan, manhaj, ketaatan kepada pemerintah, kekokohanmu dan ilmumu sendiri sedang diuji.
Maka waspadalah karena dibelakang ujian ada kelulusan dan kegagalan. Namun, ingatlah kelulusan itu adalah sebuah perjuangan dan pengorbanan. Sungguh tidak sedikit orang yang kalah dalam perjuangannya dan orang yang rugi besar dalam pengorbanannya.
Korbankanlah segala hal yang engkau miliki untuk menyelamatkan diri dan manhajmu. Dan engkau tidak akan bisa berjuang dan mau berkorban apabila tidak memiliki mesin penggerak. Mesin penggerakmu tidak akan berfungsi besar apabila tidak ditopang dengan penyangga yang kokoh, kuat, dan handal. Empat penyangga itu adalah ilmu, amal, dakwah, dan sabar.
Wahai pemuda…
Engkau berani menuntut ilmu, berarti engkau berani berhadapan dengan kenyataan pahit dan manis yang akan engkau alami. Karena itu adalah kepastian yang tak akan berubah. Semua itu telah ada dalam suratan takdirmu sejak 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi.
Arus fitnah yang dahsyat, duri-duri yang menusuk, kerikil-kerikil tajam yang merintang dan luka-luka yang menyayat akan mewarnai harimu. Rintangan-rintangan yang kau hadapi terkadang membuatmu terluka, mambuatmu jatuh terseok-seok hingga engkau tak mampu bangkit.
Namun apakah langkahmu hanya berhenti sampai di sini? Sebab dilanda sedih dan gundah gulana atau perasaan yang menyakitkan dan menyedihkan? Ataukah karena terjatuh?
Tidak wahai saudaraku, jangan berhenti melangkah. Terimalah kenyataan tersebut dengan hati dan dada yang lapang. Di sinilah engkau membutuhkan pondasi hidup yang kuat dan kokoh. Sehingga tidak goyah dan bimbang saat menghadapi kenyataan pahit yang dibenci. Pondasi hidup itu adalah akidah ahlsusunnah yang kokoh dan kuat.
Maka manfaatkanlah masa mudamu untuk terus thalabul ilmi. Dengarkanlah salah satu nasehat salaf:
يا معشر الشباب اعملوا فإني رأيت العمل في الشباب
“Wahai anak-anak muda, berkaryalah! Sungguh aku yakin bahwa masa muda adalah masa-masa terbaik untuk berkarya.”
Wahai saudaraku…jangan sia-siakan harapan umat. Mereka menantimu. Langkahkan kakimu dengan yakin dan gairah. Songsonglah masa depan yang cerah nan indah. Dan percayalah…engkau insyaAllah bisa dan mampu.
Wahai Penciptaku, aku hanyalah hamba lemah yang mendatangi-Mu berharap pahala..
Aku datang mengadu sebagai hamba penuh cela dan berlumur dosa.
Bukankah musibah hanya dikeluhkan kepada-Mu?
Anugerahkanlah ampunan dan maafMu, tiada sandaranku kecuali diri-Mu…
Wahai Rabbku…
Sempurna hanyalah milik Allah, aku memohon maaf atas segala khilaf dan salah kepada-Mu. Semoga Allah mengampuniku. Amiin. Barakallahufiikum.