Semakin sabar, cobaan semakin besar

Aku memang tak pandai merangkai kata…

Aku juga tak pintar tuk mengungkapkan rasa…

Tetapi aku hanya ingin menggoreskan pena…

Guna menyampaikan apa yang terpendam di dalam jiwa…

“Kapan pulang ?” kalimat yang selalu terucap dari seorang adik yang merindukan kakaknya di pondok.

“Ada kabar liburan di rumah nggak ? ” pertanyaan yang senantiasa terlontar untuk buah hatinya yang masih berada di pondok.

Dua pertanyaan di atas senantiasa terdengar dan terngiang di benak salah seorang santri ketika bercengkerama dengan keluarganya melalui via telefon. Mulai dari sejak awal virus Covid-19 pada bulan Maret melanda negeri ini. Sampai bulan masehi yang tak terasa sudah menginjak akhir Desember tahun 2020.

Santri tersebut berusaha untuk tetap tegar. Sambil mengelus dadanya dan mengusap tetesan air mata rindu yang terkadang mengalir dari kedua matanya. Santri tersebut selalu berusaha menutupi jeritan hati yang tak kunjung reda. Gerak-gerik, raut wajah dan suara yang keluar dari 2 bibirnya berusaha ia tahan dan kontrol agar tak terlihat  oleh teman-temannya sedih atau kangen.

Yang selalu terpatri di dalam diri dan terbetik di pikiran santri tersebut ialah “Kita berada di pondok adalah dalam rangka mentaati pemerintah dan berjihad fi sabilillah memperdalam ilmu syar’i. Tenang saja, di pondok juga ada banyak hal yang akan menghibur diri ini. Khoir insyaa Allah.”

Santri tersebut berusaha untuk tetap tegar bak karang yang selalu di terpa ombak. Ia pun berusaha membuat keluarganya tidak bersedih atas keberadaaannya di pondok.  Lambat laun akhirnya keluarganya pun bisa memaklumi. Santri tersebut kemudian menjalani suka duka dan lika-liku yang berada di pondok.

Tanpa disadari, pondasi kesabaran yang selama ini dibangun mulai terkikis. Pijakan kakinya pun ikut bergoyah. Karena maklum, sifat asal manusia adalah mudah terbawa suasana yang ada di sekitarnya. Jenuh dan futur tak luput untuk menghampirinya. Tidak jarang semangatnya redup dan menyebabkan adanya “obrolan-obrolan ringan” di  hari-hari yang ia lalui. Sampai-sampai  hatinya pun terbang melayang ke atas langit dan akhirnya sampai mengantarkannya untuk berlabuh di “alam mimpi”.

Tetapi, santri tersebut teringat sebuah petuah, “Semakin besar kesabaran seseorang, maka semakin besar pula cobaan yang akan meninmpanya.” Lagi-lagi santri tersebut harus berusaha lebih untuk tetap tegar. Ia tidak boleh serta-merta menyerah begitu saja. Ia  juga tidak ingin dirinya hanyut terseret ombak  yang datang silih berganti. Santri tersebut juga teringat firman Allah (yang artinya), “Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan.”

Allah Maha Hikmah, setiap kejadian pasti mengandung kebaikan bagi para hamba-Nya. Tetapi amatlah sedikit yang mengetahui hikmah tersebut. Selama seorang hamba selalu berhusnuzhon dengan ketetapan-Nya dan senantiasa ridho terhadap seluruh takdir-Nya, Allah pasti akan memberikan jalan keluar untuk setiap problem yang dialaminya.

Santri tersebut berusaha untuk tetap tegar. Sebab-sebab untuk menghilangkan rasa jenuh dan ingin pulang harus ditempuh. Sepak bola, voli dan tenis meja coba ia mainkan. Begitu pula menulis artikel, mencatat faidah saat dars dan memuroja’ah hafalannya juga ia lakukan. Dan tak luput kegiatan-kegiatan lain yang mampu mengusir rasa itu, ia kerjakan pula.

Alhamdulillah, itu semua dapat meringankan beban yang selama ini menghantuinya. Sekarang, tersisa satu hal yang santri tersebut tidak boleh melupakannya. Yaitu senantiasa berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dzat yang Maha Mendengar dan Mampu mengabulkan doa para hamba-Nya. Dzat yang Maha Penolong. Milik-Nyalah kerajaan langit dan bumi. Dan hanya kepada-Nyalah kita akan kembali.

“Ya Allah.. mudahkanlah kami untuk menjadi hamba yang senantiasa bersabar dan bersyukur.. masukanlah kami ke dalam orang-orang yang ikhlash, jujur dan shalih..”

“Ya Allah.. anugerahkanlah kepada kami semangat dan kekuatan untuk tholabul ilmi, mengamalkannya dan menyampaikannya..”

“Ya Allah.. karuniakanlah kami sifat khosyah dan muroqobah.. dan berikanlah kami rasa khusyuk di dalam beribadah kepada-Mu..”

“Ya Allah.. kokohkanlah pijakan kaki kami dan berikanlah kami keistiqomahan di atas al-haq sampai maut menjemput kami.. ”

“Ya Allah.. angkatlah musibah corona dan fitnah yang melanda dari muka bumi ini..”

“Ya Allah.. gantikanlah pertemuan dengan keluarga yang tertunda ini dengan pertemuan di surga-Mu kelak..”

Aamiin yaa Arhamar-raahimiin..

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.