Suara Hati Kami, Senangnya Ikut Membangun Rumah Allah
Oleh Muawiyah Ciamis, Takmili
“Ayo…! Semangat, agar kalian mendapat rumah di surga. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,
مَنْ بَنَى لِلَّهِ مَسْجِدًا، بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang membangun masjid (tempat salat) karena Allah, pasti Allah membangunkan untuk dia yang semisal dengannya di surga.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Itulah kurang lebih motivasi yang kami dengar dari ustadz kami, ketika kami sedang ber-ta’awun membangun pondasi Musala Ma’had 2 Minhajul Atsar Jember.
Lelah dan bahagia bercampur sedih karena teringat beberapa saudara kami yang mereka sampai saat ini belum bisa salat berjemaah di rumah Allah.
Serunya Saat Itu
Ketika sinar matahari mulai terik, suasana seru ber-ta’awun semakin kami rasakan, sampai terlupakan lelah dan capek kami. Di ujung sana, tampak teman kami hendak membuat adukan semen. Material pasir, semen, dan koral telah mereka campur dan dibentuk menjadi semacam gundukan. Lengkap dengan lubang di tengahnya untuk tempat memasukkan air.
Kami pun berjalan menuju tempat tersebut untuk turut membantu. Tapi saat kami hendak menuangkan air ke lubang di tengah gundukan material cor itu, ia malah meluber keluar. Bibir lubangnya hancur membentuk jalan-jalan air. Kami panik kepayahan menahan air yang meluber keluar.
Kami memang baru belajar mengaduk semen. Sehingga wajar saja kami panik ketika melakukan kesalahan yang tak terduga seperti ini.
Ketika telah usai mengaduk, berkali-kali musyrif kami menginstruksikan tugas selanjutnya. Beliau selalu membimbing kami yang memang butuh banyak bimbingan dalam mengerjakan proyek ini. Wajar, karena memang kami tak memiliki bekal sedikitpun terkait ilmu proyek seperti ini.
Layaknya Bermain Puzzle
Berikutnya kami diminta tolong untuk membantu memasang batu pondasi. Itu pun tak kalah serunya, rasa-rasanya seperti bermain puzzle atau lego yang ukurannya besar-besar. Kami mencoba menyusun batu-batu tersebut satu persatu dan menyatukannya dengan semen.
Ketika kami sedang asyik menempelkan batu-batu kecil di bagian tepi pondasi dengan semen, tiba-tiba musyrif berkata: “Ini copot lagi! Kalau di tepi pondasi, harus pakai batu yang besar. Karena yang penting (yang harus kuat) itu di pinggir-pinggirnya. Kalau di tengahnya tidak terlalu.”
Akhirnya kami pun harus mencopotnya kembali dan menggantinya dengan batu yang lebih besar. “Aduh salah lagi.” Gumam kami.
Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 09.00 WIB. Alhamdulillah, pembuatan pondasi sudah selesai, tugas berikutnya adalah membuat besi untuk tulangan sloof yang akan diletakkan di atas pondasi.
Jiwa Santri
Begitulah kami para santri. Kami tak hanya suntuk di depan meja belajar bergelut dengan tumpukan kitab, tapi kami juga harus berbuat. Ketika datang panggilan untuk beramal, kami bergegas menyambutnya. Apalagi amalan yang insyaAllah pahalanya akan terus mengalir seperti ini. Kami berusaha mengamalkan perkatan Allah Taala:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Saling tolong-menolonglah di atas kebaikan dan ketakwaan. Jangan saling tolong–menolong di atas dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 3)
Selama itu kebaikan, maka kami akan berusaha melakukannya. Jika belum mampu, kami akan melatih diri sampai bisa. Selalu berusaha untuk saling berta’awun dan saling memerhatikan satu sama lainnya. Semoga bermanfaat. Wallahu a‘lam