Sudahkah Kamu Balas Jasa Mereka?

 

Oleh Umar bin Hamzah Tahfizh Mutawassith

 

Saya yakin anda yang membaca tulisan berikut adalah anak-anak dari para orang tua, putra-putri dari para bapak dan ibu. Coba kita renungkan bersama, betapa besar peran dan jasa orang tua kepada kita. Keduanya adalah sebab terwujudnya kita di dunia. Keduanya yang memperhatikan dan merawat kita sejak dalam kandungan hingga kita tumbuh dewasa.

***

Selama sembilan bulan, ibu mengandung kita di dalam perutnya. Ibu merasakan sakit, letih, lagi berat, kemudian ibu melahirkan kita. Disaat itu anda wahai ibu memantang kematian dan merasakan sakit yang sangat. Kemudian ibu menyusui kita secara sempurna selama dua tahun.

Saya yakin ibu merasakan kesusahan sejak awal mengandung hingga saat ini. Seluruh anggota badan ibu merasakan kelemahan sejak sebelum melahirkan. Lemah dan berat tersebut ibu rasakan ketika melahirkan maupun setelahnya.

Setelah itu, ibu rela merasakan lapar disaat kenyangnya kita. Rela bangun malam demi menidurkan kita, padahal saat itu ibu sangat lelah dan butuh istirahat. Ibu juga rela meninggalkan makanan yang ibu sukai karena akan menyebabkan perubahan pada asi sehingga membahayakan kita. Betapa lelahnya ibu ketika menyapih kami.

Dialah ibu yang begitu pengasih dan penyayang. Dia adalah yang paling berhak mendapatkan bakti dari seorang anak. Ia lebih memilih mati demi hidupnya kita. Sungguh benar surga itu terletak di sisi kedua kaki ibu

***

Adapun ayah, beliaulah yang bekerja dalam memenuhi kebutuhan hidup kita,seolah-olah malam di jadikan siang dan siang dijadikan malam. Ayah membantu ibu dalam mendidik kami, menghibur kami ketika kita kecil dahulu. Menenangkan kita ketika kita menangis, menghindarkan kami dari segala gangguan sekalipun berupa serangga yang meganggu kami, ayah khawatir kalau kami terganggu dengan gangguan sekecil apapun.

***

Oh bapak ibu, seakan anda berdua berkata:

Sungguh, anak anak dimata kami,

adalah belahan jiwa yang berjalan di muka bumi…

Kalau seandainya angin menerpa sebagian mereka,

niscaya mata kami tiada terpejam karenanya…

***

Sekarang, ingatkah kita…apa balasan kita kepada mereka? Sekalipun orang tua tidak memintanya, bukankah kebaikan itu balasannya kebaikan pula? Ternyata, terlalu sering ucapan “Ah” terlontar kepada mereka berdua. Padahal Allah melarangnya. Ucapan muliatampaknya belum begitu terbiasa bagi kami kepada kedua orang tua.

Menyedihkan, semestinya anak anak itu bertambah sayang kepada kedua orang tuanya, bertambah bakti dan kebaikannya terhadap mereka baik berupa ucapan maupun perbuatan, dengan harta maupun anggota badan, yang dapat diindra maupun secara makna. Justru kita mendapati sebaliknya, sebagian mereka malah didapati angkat tangan dari kedua orang tuanya. Terutama ketika mereka sudah menginjak usia senja. Mencela, menyakiti keduanya dengan gerak gerik atau lisan sudah biasa bagi mereka. Lupakah dia akan kebaikan kedua orang tuanya? Lupakah dia akan susah payang mereka demi sang belahan jiwa?

Oh, jangan biarkan ayah bunda kita berkata:

Apa yang kau harap dari kami hari ini?

Di hari hari sisa usiamu dan kakimu di dalam kubur

Sungguh waktu yang panjang telah membuatmu jemu

Dan engkau merasa bosan dengan buruknya diakhir umurmu

                Sebelum saya akhiri tulisan ini, saya akan membacakan do’a untuk mereka:

ربنا اغفرلي و لوالدي و للمسلمين يوم يقوم الحساب

رب اغفرلي ولولدي وارحمهما كما ربياني صغيرا

“ ya Allah ampunilah aku dan kedua orangtuaku serta kaum muslimin dan kmpulkanlah kami di dalam Jannah-Mu.”

Amin yaa rabbal alamin

 

 

 

Mungkin Anda juga menyukai

2 Respon

  1. Sabit berkata:

    Semangat bertholabu ilmi dAn bramal dg ikhlash selagi kt diberi ksempatan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.