Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah Berakidah Khawarij…?
DARS USTADZ LUQMAN BA’ABDUH HAFIZHAHULLAH 13 MUHARRAM 1438 H/13 OKTOBER 2016 M (MAGHRIB-ISYA’) DI MASJID MA’HAD AS SALAFY
Syaikh Muhammad bin Abdil wahhab rahimahullah benar-benar sangat terzalimi. Selain dituduh dengan sangat keji dengan tuduhan takfiri (suka mengkafirkan umat muslim), tuduhan dusta berikutnya ialah tuduhan bahwa Syaikh rahimahullah adalah seorang khoriji (yang berpaham khawarij) mereka menyebutkan bahwa hal ini diketahui dengan melihat tempat dimana beliau dilahirkan dan tempat dimana beliau memulai dakwahnya, yaitu kota Nejd. Ini merupakan bukti beliau berada di atas kesesatan. (Hal ini disebabkan kesalahan mereka dalam memahami hadits Nabi shallallahualaihi wasallam tentang kota Nejd yang akan dijelaskan nanti)
Tuduhan tersebut, bisa jadi muncul dari orang jahil yang tidak belajar tentang akidah khawarij, bersamaan dengan itu ia tidak mengetahui bagaimana akidah Syaikh rahimahullah.
Untuk yang semisal ini, kita berdo’a kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar memberi hidayah kepadanya, dan kita pun harus sabar dalam menasehatinya dengan penuh hikmah. Kita jelaskan kepadanya akidah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah yang sesungguhnya.
Kemungkinan kedua, tuduhan ini muncul dari orang yang mengikuti hawa nafsunya, mereka itulah ahlu bid’ah yang sebenarnya mengetahui, bahwa Syaikh rahimahullah di atas kebenaran, akan tetapi ketika ia merasa manusia akan meninggalkannya jika ia membenarkan prinsip Syaikh rahimahullah , ia pun enggan untuk menerima kebenaran tersebut. Ia takut jikalau manusia mengetahui kebenaran, mengetahui bahwa meminta barakah hanya kepad Allah subhanahu wa ta’ala saja, dan tidak boleh kepada selainnya. Begitu juga dalam permasalahan do’a, ia khawatir jika manusia tahu bahwa berdo’a kepada orang-orang saleh tidak diperbolehkan, kemudian ia akan ditinggalkan pengikutnya. Dengan dasar itu ia rela menutup-nutupi kebenaran hanya demi memenuhi keinginan hawa nafsunya belaka.
Orang inilah yang Allah subhanahu wa ta’ala katakan dalam firmannya (artinya), “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?” (QS. al Furqan: 43).
Juga firman Allah subhanahu wa ta’ala (artinya), “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya (dalam kesesatan) diatas ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS. Al Jatsiyah: 23)
Berkata ahlu tafsir bahwa yang dimaksud dengan “ilmu” pada ayat diatas adalah ilmu Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala tahu dengan ilmu-Nya bahwa orang tersebut tidak akan menerima al haq. Pendapat ke dua yaitu, maknanya adalah orang yang tersesat itu adalah orang yang berilmu/mengetahui al haq, akan tetapi ia mengikuti hawa nafsunya dan tidak mau menerima al haq, sehingga ia pun sesat dengan kesesatan yang jauh.
Jika tuduhan tersebut muncul dari jenis yang pertama (orang jahil), maka kita katakan padanya: “Ketahuilah wahai saudaraku semuslim, tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim, yang dengannya kita tidak bisa ditipu oleh ahlu bid’ah. Tinggalkanlah sikap fanatik golongan, hal itu tidaklah bermanfaat bagimu. Dengarlah duhai saudaraku, al imam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah tidak berakidah dengan akidah khawarij.”
Berikut diantara perbedaan akidah khawarij dan akidah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah:
1. Khawarij mengkafirkan sebagian besar sahabat Nabi shallallahualaihi wasllam, diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abi Sufyan dan siapa saja yang bersama mereka radhiyallahu anhum.
Adapun Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah, beliau adalah orang yang begitu tinggi penghargaannya terhadap para sahabat, memposisikan mereka sesuai dengan posisinya yang mulia. Dan hal ini bisa dilihat pada kitab-kitab karya anak cucu dan murid-murid beliau rahimahumullah.
2. Khawarij mengingkari syafaat. Baik syafaat Nabi shallallahualaihi wasallam di padang mahsyar, syafaat bagi pelaku dosa besar dan syafaat-syafaat yang lainnya.
Adapun Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah dan anak-anaknya, mereka mengimani tetapnya syafaat.
Bahkan tidak didapati di pondok-pondok ahlussunnah atau yang mereka istilahkan dengan pondok-pondok wahhabi yang mengajarkan santrinya untuk mengingkari syafaat.
3. Khawarij mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan dosa besar.
Adapun Syaikh rahimahullah tidak demikian. Bahkan beliau tidak mengkafirkan seseorang yang meninggalkan rukun islam yang empat (selain 2 kalimat syahadat), jika mereka melakukan hal itu karena malas. Meskipun di sana ada sebagian ulama’ sunnah yang mengkafirkannya.
4. Dalam bidang fikih, Khawarij mengingkari syariat mengusaf khuf (sepatu/sejenisnya yang menutupi mata kaki). Yaitu syariat untuk mencukupkan diri dengan mengusap khuf sebagai pengganti membasuh kaki dengan air ketika berwudhu dalam suatu kondisi tertentu.
Adapun mayoritas ulama’ ahlus sunnah meyakini bahwa mengusap khuf bagian dari sunnah.
Demikianlah kondisi manusia sekarang ini, mereka sibuk dengan urusan dunianya. Pagi, siang, sore dan malam, sibuk memikirkan dunia mereka dan lupa atau bahkan tidak mau memikirkan urusan agamanya. Sehingga mereka pun tidak tahu menahu mana al haq dan mana al batil.