Wahai penuntut ilmu, betapa mulianya dirimu
Oleh Abdullah 4A Takhasus
Penuntut ilmu merupakan salah satu manusia termulia. Terlebih di zaman yang kian jauh dengan kenabian. Zaman demi zaman yang semakin bermunculan fitnah dan ujian. Rasulullah bersabda,
لاَ يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ
“Tidaklah datang suatu zaman melainkan zaman yang setelahnya lebih buruk daripada zaman sebelumnya.” (HR. al-Bukhari di dalam Sahihnya no. 7068, dari sahabat Anas bin Malik)
Benar, mereka adalah manusia termulia. Betapa tidak, tujuan mereka adalah tujuan termulia dibandingkan tujuan kebanyakan orang selain mereka.
Tekad mereka amat kuat. Hadits Baginda Nabi berikut ini selalu tercamkan di dalam sanubari terdalamnya, sebagai tujuan hidup demi terus melangkah di tengah badai fitnah,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menempuh suatu jalan demi menuntut ilmu niscaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju al-Jannah.” (HR. Muslim di dalam Sahihnya no. 2699)
Thalibul ilmi, penuntut ilmu, Betapa agung kedudukannya!
Penuntut ilmu yang jujur dan ikhlas, mereka tidak menginginkan agar dilihat manusia, dipuji, diberi, dan seterusnya. Tidak pula menginginkan dunia dan seisinya. Tujuannya adalah cita-cita mulia, menegakkan di muka bumi kalimat Allah Yang Maha Esa.
Ia senantiasa berharap bahwa perjuangan besarnya tidaklah sia-sia. Keikhlasan senantiasa ia koreksi pada niat-niatnya. Pertolongan senantiasa ia minta hanya kepada-Nya semata. Karena ia yakin bahwa hanya Dialah yang menuntunnya dan membantunya dalam perjuangan besarnya ini. Ia tidak melemah, patah semangat ataupun patah arang.
Seandainya hasilnya tidak sesuai harapannya maka ia hanya bersyukur dan mengatakan,
قدر الله وما شاء فعل
“Ini adalah takdir Allah.”
Maka kita katakan kepadanya, “Semoga perjuanganmu merupakan pertanda kebaikan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagimu. Semoga shalawat Allah dan seluruh hamba-Nya atasmu. Semoga engkau menjadi manusia terbaik.”