WAJAH SUMRINGAH MENERIMA HADIAH

Sore itu, salah seorang ikhwah dengan ditemani dokter jalan-jalan di tengah perkampungan sekitar ma’had. Keduanya membelah sekumpulan rumah yang padat. Rumah-rumah yang mayoritasnya terbuat dari gedhek/bilik bambu dengan tinggi tak lebih dari 2,5 m. Rumah yang terbilang pendek.
Keduanya memang sengaja berjalan untuk menjenguk warga yang sakit. Mungkin ada 3 atau 4 warga yang sakit. Stroke, lumpuh, katarak hampir buta diidap oleh 3 warga tersebut. Kondisinya memprihatinkan. Sebab, mereka bisa dianggap hidup sebatang kara. Kebiasaan di sini, orang tua yang sudah jompo ditinggal pergi anaknya.
Salah satu nenek yang sakit, hidup dari mengais sampah. Biasanya si nenek mengambil rongsokan seadanya untuk ditukar dengan beras atau nasi. Hampir tiap hari nenek tua itu masuk ke komplek pondok.
Tapi, untuk beberapa minggu terakhir, si nenek tidak lagi terlihat. Karung putih yang biasa mangkal di pojok gang pondok kali ini tidak ada. Kami sendiri tidak berpikir ke mana si nenek. Memang, peraturan di komplek kami, pemulung dilarang masuk.
Ternyata, sebab raibnya si nenek karena dia sakit. Badannya yang sudah bungkuk, rambut putih total, gigi tinggal beberapa, diperparah dengan sakitnya. Kondisinya semakin memprihatinkan.
Alhamdulillah, tim dokter dengan ditemani ikhwah bisa memeriksanya. Sembari menerima bingkisan, wajah-wajah mereka sumringah. Kebahagiaan terpancar dari wajah yang sudah sayu.
Semoga Allah memberi kekuatan kepada tiga warga yang sakit tersebut sehingga bisa lebih dekat dengan-Nya di akhir-akhir usia. Amiin.