Waspadai virus jahat: Hasad!

Oleh Abdurrahman Jumardin 2 Tahfizh
Saudaraku yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hasad adalah dosa klasik yang nyatanya selalu ada di tengah-tengah manusia. Berbagai kisah telah muncul dan akhirnya adalah kejelekan, karena di antara salah satu figur atau tokohnya ada yang terjangkiti virus hasad ini.
Hasad ibarat suatu penyakit mematikan yang jika telah menyakiti hati maka ia akan menimbulkan efek negatif yang sangat banyak lagi berbahaya. Jika pemiliknya tidak lekas mengobati dan menghilangkannya, maka hanya kejelekanlah yang akan terus membayangi dan mengiringi hidupnya.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam di dalam banyak haditsnya telah memperingatkan kaum muslimin agar jangan sampai menyimpan dan memelihara hasad di dalam hatinya, beliau bersabda:
لاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا
” Janganlah kalian saling membenci, saling hasad, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Pada hadits di atas Nabi Muhammad shalallahu ’alahi wa sallam melarang kaum muslimin bersifat dengan beberapa sifat buruk, di antaranya adalah hasad. Dalam hadits di atas juga terdapat isyarat bahwa kaum muslimin akan terjalin persaudaraan mereka apabila mereka meninggalkan sifat-sifat di atas.
Belliau juga mengingatkan bahwa hasad adalah perkara yang menimpa umat terdahulu yang mengantarkan mereka kepada kebinasaan:
دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمُ الْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ
“Telah menimpa kalian penyakit umat-umat terdahulu, hasad dan kebencian” [HR. Al-Bazzar dan Al-Baihaqi, disahihkan oleh al-imam al-Albani di dalam as-Sahihah]
Beliau shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:
لا يجتمعان في قلب عبد الإيمان والحسد.
“Tidak akan terkumpul di hati seorang hamba, keimanan dan hasad” [HR. an-Nasai, dihasankan oleh al-Imam al-Albani]
Pada hadits di atas Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wassalam mengisyaratkan bahwa seorang mukmin tidak akan hasad kepada orang lain sementara ia tahu dan yakin apa yang telah didapatkan oleh saudaranya itu sesuai keputusan dan takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Seorang yang hasad kepada orang lain atas apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kepadanya, sadar atau tidak ia sadari maka ia mencela takdir dan keputusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ia menganggap bahwa saudaranya tidak pantas meraih apa didapatkannya dan seharusnya dirinyalah yang berhak meraih hal tersebut.
Maka ketika konsekuensi hasad adalah hal yang menentang keimanan, tidak mungkin seorang yang beriman akan muncul di hatinya rasa hasad seperti yang disampaikan oleh Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam, “Tidak akan berkumpul iman dan hasad di hati seorang mukmin.”
Rasulullah shalallahu ’alaihi wa sallam juga menyatakan:
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا لَمْ يَتَحَاسَدُوا
”Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka tidak saling hasad” [HR. ath-Thabarani, disahihkan oleh al-Imam al-Albani di dalam as-Sahihah]
Tentunya masih banyak hadits yang berbicara mengenai virus hasad ini. Jika suatu perangai diperingatkan oleh Nabi shalallahu ’alaihi wa sallam dalam banyak hadisnya, maka ini menunjukkan bahwa perangai itu adalah perangai yang jelek lagi berbahaya. Di mana seorang muslim wajib untuk menghindari dan menghilangkan sifat tersebut dari dalam hati dan tindak-tanduknya.
Saudaraku yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Perlu kita ketahui juga bahwa hasad adalah sumber malapetaka, jika manusia satu sama lain saling hasad maka pasti akan muncul berbagai kejelekan. Masing-masing akan melakukan apa pun yang bisa memuluskan ambisinya, masing-masing akan saling menjatuhkan lawannya, membuat berbagai tipu daya untuk melemahkan kedudukan lawannya, saling membunuh pun akan terjadi jka hasad sudah memenuhi ubun-ubunnya.
Maka benar sekali apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa manusia pasti akan berada dalam kebaikan selama mereka tidak saling hasad. Sebaliknya, manusia akan hancur dan keadaan mereka dipenuhi dengan kejahatan serta bencana apabila hasad ada di hati-hati mereka.
Lalu adakah obat atau formula tepat yang dapat mengobati dan menghilangkan virus ganas ini?
Al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi rahimahullah dalam “Mukhtashar Minhajul Qadshidin” mengungkapkan bahawa ada tiga cara mengobati hasad:
Pertama: Dengan berusaha ridha dan menerima takdir Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Segala yang didapatkan oleh anak Adam ialah berasal dari takadir dan keputusan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menetapkan dan membagi-bagi bagian anak Adam masing-masingnya, ada yang bagiannya besar, ada pula yang hanya mendapatkan bagian yang kecil.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Dzat Yang Maha Bijaksana. Sehingga ketika Dia menetapkan dan memutuskan sebuah ketetapan, mesti penuh dengan kebijaksanaan dan keadilan-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala sama sekali tidak pernah menzalimi hambanya-Nya, segala keputusan yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala putuskan dan berhak didapatkan oleh hamba-Nya pastilah disesuaikan dengan keadaan tersebut.
Ketetapan itu selalu mengandung hikmah besar yang terkadang diketahui atau tidak diketahui oleh kita.
Seorang yang mendapatkan bagian yang besar bisa jadi adalah buah dari kesalehan dan ketaatan yang ia lakuakan, atau bisa jadi sebagai bentuk istidraj atau penguluran waktu kebinasaan atas apa yang dilakukan oleh orang-orang yang zalim.
Seorang yang mendapatkan bagian yang kecil, bisa jadi itu sebagai hukuman atas kemaksiatan yang ia lakukan, jika dia seorang yang shalih, barangkali Allah Subhanahu Wa Ta’ala sengaja simpan balasan ketaatannya di akhirat kelak.
Jika semua yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala takdirkan pastilah mengandung kebijakan dan keadilan. Maka apa perlunya kita hasad dan iri dengan apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikan kepada hamba-Nya, yang semestinya ia selalu ridha dengan apa yang Allah Subhanahu Wa Ta’ala tetapkan untuk menjadi bagiaannya seraya berprasangka baik bahwa itulah yang tepat dan pas untuk ia dapatkan.
Kedua: Dengan berusaha zuhud terhadap dunia.
Zuhud artinya tidak mengambil bagian dunia melainkan secukupnya yang semata-mata bisa menegakkkan punggungnya untuk beribadah dan berbekal untuk menjalani perjalanan panjang yang melelahkan di alam dunia dan akhirat kelak.
Seorang yang zuhud tidak akan pernah merasa iri dan hasad dengan apapun yang didapatkan oleh orang lain. Selama apa yang dibutuhkan dirasa cukup, maka dia tidak peduli dengan bagian manusia lainnya, toh semuanya akan dimintai pertangggungjawaban sesuai dengan bagiannya masing-masing.
Yang ada, jika ia merasa bahwa bagian dunianya sudah lebih dari cukup, maka dia akan lari menghindari harta dunia, ia sadar betul bahwa harta dunia itu menyilaukan.
Jika dia tidak awas dan berhati-hati karenanya, maka silauan harta dunia mampu membutakan mata hatinya. Dengan sebab telah mati mata hatinya, maka hal itu dapat merubah arah haluan hidupnya.
Ketiga: Dengan melihat konsekuensi yang didapatkan oleh orang yang dihasadi (objek hasad) untuk meraih apa yang ia raih, baik konsekuensi yang harus ia alami dan ia dapatkan di alam dunia ataupun konsekuensi yang harus ia dapatkan di alam akhirat.
Saudaraku yang semoga dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Intinya, hasad adalah perangai yang semestinya dijauhi oleh setiap muslim.
Seorang yang hidup di bawah kungkungan rasa hasad kepada orang lain, akan selalu gelisah. Ia akan terus dalam kesedihan jika ia dapati orang lain memiliki kelebihan yang tidak ia miliki. Seringnya orang yang semcam ini hanya akan menghabiskan waktunya dalam berbagai perencanaan yang ia anggap besar untuk mengalahkan orang yang ia hasadi.
Ketika ia berusaha menjalankan angan-angannya tersebut dan ia tidak mampu melakukannya karena keterbatasan modal, maka hal tersebut pun makin membuatnya sakit, kecewa, dan pilu hatinya. Dunia yang ia kejar pun terluput, yang ada kini hanya sakit yang sangat menusuk, dia sendiri terjerambab, sementara orang yang ia hasadi terbang tinggi meraih dunia yang memang menjadi bagiannya.
Maka kita belindung kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar ia menyelamatkan diri kita dari virus hasad ini, dan semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosa kita, serta memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar Ia hilangkan virus hasad dari diri kita, sampai tidak tersisa sedikitpun darinya. Amin.