Waspadalah dari perbuatan bid’ah
Oleh Fakhri Hadi Jember Takhasus
Betapa banyak orang yang melakukan sesuatu yang ia tidak mengetahui hakikatnya dan akibat akhirnya, ia melakukan secara terus menerus sampai arus kebodohan dan fitnah membawanya hingga ke tepi jurang kebinasaan. Ya, seperti itulah dampak buruk kebid’ahan.
Efek negatif kebid’ahan
Berikut ini kerusakan yang ditimbulkan dari kebid’ahan. Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala menyebutkan dalam kitabnya Syarah Riyadhus-Solihin:
- Pelaku kebid’ahan diliputi berbagai ancaman, baik dari al-Qur’an maupun Sunnah, Allah Ta’ala berfirman:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ.
“Apakah mereka mempunyai sesembahan selain Allah yang menyuruh mereka beraagama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Sesungguhnya orang-orang yang lalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.” (QS. Asy-Syura: 21)
Dan juga perkataan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang lainnya:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Maka hendaknya orang-orang yang menyalahi perintah Rasul untuk takut akan ditimpa suatu cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nuur: 63)
Adapun dari hadits, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد (متفق عليه).
“Barangsiapa yang beramal denagn sebuah amalan yang tidak kami perintahkan maka ia tertolak.” (Muttafaqun ‘alaihi)
- Keluar dari mengikuti syariat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Menafikan perealisasian kalimat syahadat “Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah”. Karena siapa saja yang mengaku beriman kapadanya, maka ia dituntut untuk tidak keluar dari ajaran yang dibawa olehnya.
- Mencela agama Islam, karena pelaku kebid’ahan menimbulkan anggapan bahwasannya dengan bid’ahnyalah agama ini menjadi sempurna. Padahal Allah Subhanhu wa Ta’ala berkata:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam itu jadi agamamu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Demikianlah, dia teranggap mencela dengan perbuatannya walaupun tidak diucapkan oleh lisannya.
- Mencela Rosul shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan anggapan apa yang ia bawa dan ia munculkan lebih baik dan lebih sempurna dari apa yang dibawa Nabi, walaupun celaan tersebut secara tidak langsung.
- Sebab terpecah belahnya umat Islam, karena ketika masing-masing kelompok membuat-buat ajaran, kemudian setiap golongan saling berbangga dengan apa yang dilakukan oleh masing-masing mereka. Sebagaimana perkataan Allah Ta’ala:
كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
“Tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Al-Mu’minun: 3)
- Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadi mati dan menghilang, karena setiap pelaku bid’ah hanya fokus membuat-buat ajarannya yang baru seraya mengatakan: “Ini bid’ah yang baik” Sementara yang mulanya perhatian terhadap sunnah menjadi terlalaikan dan terlupakan.
- Tidak memiliki dasar pengamalan yang benar serta prinsip yang kokoh, karena pelakunya akan kembali kepada akal mereka saat terjadi sebuah problem. Tidak kembali kepada al-Qur’an dan sunnah.
- Sulit untuk bertaubat, karena ia meyakini apa yang sedang diempuh adalah jalan kebenaran dan sedang mendekatkan diri kepada Allah. Padahal hakekatnya, hal itu tidaklah menambah kecuali tambah serius pada kebid’ahan, dan semakin jauh dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana perkataan ulama:
ما ازداد أهل البدع اجتهادا إلا ازداد أبعد من الله
“Tidaklah ahlul bid’ah bertambah serius dalam kebid’ahan melainkan ia semakin jauh dari Allah.”
- Bahaya kebid’ahan lebih parah dari kemaksiatan dari sisi:
- Bid’ah termasuk maksiat karena pelakunya melanggar batasan dan larangan yang Allah dan Rosul-Nya tentukan.
- Mendahului Allah dan Rosul-Nya dalam berucap dan beramal, padahal setiap siapa saja yang mendahului Allah dan Rasul-Nya maka perkaranya lebih besar.
Penutup
Oleh karena itu, kita selalu diperintahkan untuk meminta hidayah pada setiap dzikir sholat Shubuh. Semoga Allah terus menerus menjaga hidayah yang ada pada kita sampai kematian menghampiri, amiin. Wallahu a’lam.