Agar ikhlas dalam belajar agama
Oleh Ahmad Papua Takhasus
Menuntut ilmu adalah ibadah. Oleh karenanya, harus terpenuhi syarat-syarat diterimanya ibadah. Yaitu, ikhlas karena Allah dan mutaba’ah (sesuai dengan bimbingan Rasulullah). Lalu bagaimanakah bentuk ikhlas dalam menuntut ilmu?
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Ikhlas dalam tholabul ilmi (menuntut ilmu) dapat terwujud dengan beberapa perkara, di antaranya:
Yang pertama
Meniatkan dalam rangka menjalankan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Ketahuilah, bahwanya tidak ada sesembahan yang berhak melainkan Allah dan mohonlah ampunan atas dosamu.” (QS. Muhammad: 19)
Pada ayat di atas, Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menjadi orang yang berilmu. Perintah Allah Ta’ala terhadap suatu amalan, menunjukkan cinta-Nya kepada amalan tersebut dan keridhoan-Nya.
Yang kedua
Meniatkan dalam rangka menjaga syari’at Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena menjaga syariat tidak dapat terwujud melainkan dengan ilmu agama.
Yang ketiga
Meniatkan dalam tholabul ‘ilminya melindungi syari’at serta membelanya.
Sebab kalau bukan karena para ulama, niscaya syari’at ini tidak akan terjaga, tidak akan terjamin, dan tidak akan ada yang membelanya.
Oleh karenanya, kita menyaksikan para ulama seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dan ulama-ulama yang lain, mereka membongkar kejelekan ahlul bid’ah (pengekor kebid’ahan) dan menjelaskan rusaknya perkara yang mereka ada-adakan.
Yang keempat
Meniatkan dalam rangka mengikuti syari’at Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena tidak mungkin engkau mengikuti syari’at, kecuali engkau mengilmui tentang syari’at Islam.
Disadur dari kitab: Syarah Hilyah Tholabul Ilmi, karya Syaikh Muhammad Bin Shaleh al-Utsaimin rahimahullah.