Bahan interospeksi diri

 

Oleh Muhammad Arifin Takhasus

 

Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal rahimahullah, seorang imam besar dari kalangan ahlus sunnah. Siapa di antara kita yang tidak mengenal nama besar ini? Beliau pernah menangis karena sebuah sya’ir yang terkenang hingga kini, sya’ir itu adalah:

إِذَا مَا قَالَ لِيْ رَبِيْ أَمَا اسْتَحْيَيْتَ تَعْصِيْنِيْ

وَتُخْفِيْ الذَّنْبَ عَنْ خَلْقِيْ وَبِالعِصْيَانِ تَأْتِيْنِيْ

“Apabila Rabbku mengatakan kepadaku, ”Tidakkah kau malu bermaksiat kepada-Ku?

Kamu berusaha menutupi dosa dari hamba-hamba-Ku ,namun justru kamu malah mendatangi-Ku dengan kemaksiatanmu.”

Ya, siang dan malam terus dilalui. Hari berganti hari, kemaksiatan seolah tiada henti diarungi. Engkau siaga dari sorotan mata manusia, lalu dengan polosnya kau lakukan kenistaan. Apakah engkau tak sadar bahwa di atas sana ada Rabbul ‘Izzah yang selalu mengawasi? Apakah telah lupa bahwa Dia akan meminta pertanggungjawaban atasmu?

 

Jangan terlena!

فَكَيْفَ أُجِيْبُ يَا وَيْحِيْ وَمَنْ ذَاْ سَوْفَ يَحْمِيْنِيْ

أُسَلِّيْ النَفْسَ بِالآمَالِ مِنْ حِيْنٍ إِلَى حِيْنِ

“Lalu bagaimana aku akan menjawabnya? Duhai celaka aku, siapakah yang akan melindungiku?

Aku terus menghibur diri dengan angan-angan dari waktu ke waktu.”

Di saat itu rasa takut menjalar di sekujur tubuh, alasan apapun tiada manfaatnya untuk diutarakan. Di hari kiamat, masing-masing mempertanggung jawabkan dirinya. Engkau masih terlena, terhibur jiwamu dengan sejuta angan-angan yang terus dikejar. Entah kapan berakhir, engkau kira hidup ini masih lama.

 

Cepatlah beramal!

وأنسى ما وراء الموت ماذا بعد تكفيني

كأني قد ضمنت العيش ليس الموت يأتيني

“Dalam keadaan aku lalai dengan sebuah bekal dalam menghadapi peristiwa setelah kematian, bekal yang bisa mencukupiku di saat itu

Seolah-olah aku merasa akan hidup selamanya dan kematian tidak akan pernah menghampiriku.”

Aku telah tertipu oleh gemerlapnya dunia, segala permainan dan hal yang sia-sia. Semua itu melalaikanku dari berbekal. Ya, berbekal dengan amal sholih, dan bersungguh-sungguh dalam ibadah serta menuntut ilmu. Padahal aku sadar semua itulah yang akan menjadi sebab keselamatanku setelah kematian nanti.

Tapi, diri ini masih tertipu. Buat apa beramal? Nanti saja lah, Toh kehidupan masih panjang? Bukankah kematian itu hanya untuk orang-orang tua? Biar saja, aku masih ingin menikmati hidup ini.

 

Kematian pasti datang

وجاءت سكرت الموت الشديدة من سيحميني

نظرت إلى الوجوه أليس منهم من سيفديني

 

“Padahal jika dahsyatnya sakaratul maut benar-benar datang, siapakah yang akan menolongku?

Aku hanya memandang wajah-wajah di sekitarku, adakah di antara mereka yang bisa menebusku?”

Di saat itu diriku benar-benar ketakutan, tiba-tiba keringat dingin mengucur di sekujur tubuh. Apakah ini yang namanya kematian? Tidak! Aku belum siap! bukankah aku masih muda? Ayah.. ibu.. dan semua yang ada di sisiku!! Tidakkah kalian berbuat untukku?! Mengapa kalian hanya terdiam dan menangis?!

 

Semua akan dimintai pertanggungjawaban

سأسئل ما الذي قدمت في دنياي ينجيني

فكيف إجابتي من بعد مافرطت في ديني

“Aku akan ditanya, lalu apa yang telah aku lakukan di dunia? Yang kelak akan menyelamatkanku?

Bagaimana aku akan menjawabnya? setelah ternyata aku telah menyia-nyiakan agamaku.”

Bagaimana aku akan menjawabnya?! Aku hanya terdiam membisu, sebab di dunia aku hanya bermain-main, ketaatan begitu jarang kulakukan, aku hanya mementingkan duniaku.

 

Sadarlah!

ويا ويحي ألم أسمع كلام الله يدعوني

ألم أسمع بما قد جاء في قاف وياسيني

 

“Duhai celaka aku, tidakkah aku mendengar firman Allah memanggilku?

Tidakkah aku mendengar apa yang telah datang pada surat Qaf dan Yasin.”

Tidakkah aku membaca al-Quran, memahami, dan mentadabburinya?!

Tidakkah aku sadar dengan segala peringatan yang ada dalam al-Quran?!

Sungguh celaka aku, aku telah terlena dan tertipu.

 

Cepatlah sadar!

ألم أسمع بيوم الحشر يوم الجمع والديني

ألم أسمع منادى الموت يدغوني يناديني

 

“Tidakkah aku mendengar tentang Yaumul Hasyr, hari ketika manusia dikumpulkan dan dibalas

Tidakkah aku mendengar panggilan kematian, yang akan terus menyeru dan memanggilku.”

Apakah aku belum sadar juga bahwa yaumul hasyr itu benar-benar ada? Saat semua manusia berkumpul dalam satu tempat, dan yang ada hanya rasa cemas dan kengerian yang menghantui mereka. Aku mengkhawatirkan diriku, apakah aku akan selamat? Kematian benar-benar akan menantiku. Dia akan menyambutku dengan segala kengeriannya dalam keadaan aku masih lalai dan tak sadarkan diri dalam menghadapinya.

 

Ampuni kami Ya Rabb!

فيا رباه عبد تائب من ذا سيؤديني

سوى رب غفور واسع للخلق يهديني

 

“Wahai Rabbku! Inilah aku, hamba-Mu yang bertaubat. Siapa lagi yang akan melindungiku?

Selain Rabb yang Maha Pengampun dan luas karunia-Nya terhadap makhluk, yang akan memberi hidayah kepadaku.”

Wahai Rabbku ampunilah aku, dengan dosa yang banyak, aku serahkan diri ini, kepada Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Pemaaf. Aku tak tau lagi apa yang harus kuperbuat, diri ini seolah onggokan sampah yang tak berguna. Mengharapkan secercah cahaya hidayah yang begitu indah, yang akan menyinari kosongnya relung hati ini.

 

أتيت إليك فارحمني وثقل في موازيني

وخفف في جزاءي أنت أرجى من يجازيني

“Kini aku datang kepada-Mu, maka kasihanilah aku, dan beratkanlah timbangan kebaikanku

Ringankanlah hukumanku, karna Engkaulah harapan terbesarku yang akan membalasku.”

Wahai Rabbku, terimalah amalanku dengan segala kekurangan yang ada padaku dan beratnya dosa yang aku pikul. Tiada lagi harapanku selain Engkau Ya Allah Dzat Yang Membalas dengan kebaikan.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.