Hati-Hati dari Fanatik – Mengenal Karakter Jahiliah (Bag. 1)
Oleh Farhan Burhanudin Bali, Takmili
Sesungguhnya fanatik terhadap kelompok atau individu tertentu merupakan sifat yang dibenci dan tercela. Sikap fanatik ini merupakan sifat kaum Jahiliah.
Fanatik atau ta’ashub yang tercela adalah keras kepala berpegang dengan suatu perkara, padahal dia mengetahui kebatilannya.
Sikap fanatik ini juga melekat pada kaum Yahudi, sebagaimana yang Allah Taala beritakan tentang ucapan mereka di dalam al-Qur’an:
وَلَا تُؤْمِنُوا إِلَّا لِمَنْ تَبِعَ دِينَكُمْ
“Janganlah kalian percaya kecuali kepada orang yang mengikuti agama kalian.” (QS. Ali Imran: 73)
Di ayat yang lainnya, Yahudi berkata:
نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا
“Kami hanya beriman dengan apa yang telah diturunkan kepada kami.” (QS. al-Baqarah: 91)
Yang dimaksud dengan ucapan Yahudi di atas adalah, kepada para nabinya saja. Padahal hakikatnya, mereka juga tidak beriman dengan apa yang telah Allah turunkan kepada nabi-nabi mereka.
Oleh karena itu, Allah Taala berfirman:
فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ
“Mengapa kalian membunuh para nabi Allah?!” (QS. al-Baqarah: 91)
Ini adalah bantahan terhadap kaum Yahudi atas klaim bahwa mereka beriman dengan apa yang Allah turunkan kepada Nabi mereka. Mengapa Nabi-Nabi yang Allah utus kepada kalian, kalian justru membunuhnya? Apakah perbuatan ini Allah perintahkan kepada kalian melalui Nabi kalian?
Baca Juga: Adab Saat Berbeda Pendapat
Fanatik Terhadap Mazhab
Telah kita ketahui bahwa sikap fanatik termasuk salah satu sifat Jahiliah. Termasuk sikap fanatik yang tercela adalah fanatik kepada mazhab-mazhab tertentu tanpa dalil dan dasar ilmu. Maka wajib bagi setiap muslim dan para penuntut ilmu untuk mengikuti kebenaran, sama saja kebenaran itu ada pada mazhabnya atau selainnya.
Kita tidaklah mengikuti mazhab tertentu secara keseluruhan, yang benar maupun yang salahnya. Justru kita mengambil kebenaran dan meninggalkan kejelekan.
Apabila kita bermazhab Hanbali dan ternyata kebenaran pada suatu permasalahan ada pada mazhab Syafii atau Maliki atau Hanafi, maka ikutilah mazhab tersebut meski menyelisihi mazhabmu.
Inilah sikap yang benar, jika kita memang memiliki ilmu dan bisa mengetahui mana yang benar. Adapun jika kita belum memiliki ilmu, maka wajib bagi kita untuk bertanya kepada yang berilmu lagi terpercaya. Apa yang ia fatwakan kepada kita, itu yang kita terima. Inilah jalan yang benar.
Adapun fanatik pada mazhab tertentu, sama saja baik dalam kebenaran atau kebatilan, maka ini termasuk perkara Jahiliah, sebagaimana yang Allah sebutkan tentang akhlak Yahudi.
Semoga Allah melindungi kami dan pembaca sekalian dari akhlak Jahiliah, di antaranya adalah sifat fanatik atau ta’ashub.
Semoga bermanfaat, amiin.
Sumber: Syarh Masail al-Jahiliyah karya Syaikh Shalih al-Fauzan hafidzahullah.
Artikel Kami: Hati-Hati dari Penghalang-Penghalang Taubat