Jangan Mengalah dalam Kebaikan
Oleh Farid Wates, Takhasus
Seorang mukmin pasti ingin masuk surga. Dia akan menempuh segala cara dan upaya untuk bisa menjadi penghuni surga. Tak mau mengalah dalam kebaikan yang dapat mengantarkannya ke surga.
Bagaimana tidak? Surga tempat abadi sarat kenikmatan yang tak bisa dibayangkan oleh manusia. Kenikmatannya tiada tara dan bandingan, mengetuk jiwa setiap orang beriman untuk rindu dan terus berharap kepada Allah supaya Dia menggolongkannya sebagai hamba berpredikat ahli surga.
Tidak Mengalah Karena Surga urusannya
Ada sebuah kisah menarik, disadur dari kitab monumental terkait sejarah yang merekam jejak para cendekiawan Islam. Ya, kitab milik Imam Muhammad bin Utsman adz-Dzahabi yang sangat makruf di tengah kita, Siyar A’lamin Nubala. Kisah ini bercerita tentang bagaimana para sahabat dahulu tidak pernah mau mengalah dalam melakukan kebaikan.
Dahulu ada seorang yang bernama Sa’ad bin Khaitsamah. Sa’ad dan ayahanya (Khaitsamah) keduanya adalah sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tatkala seruan (jihad) Perang Badar sampai di tengah-tengah sahabat. Sa’ad dan ayahnya termasuk yang menyambut seruan tersebut dengan antusias dan keyakinan kuat. Namun, sang ayah melarang putranya untuk ikut dalam kancah perang, agar dia bisa menemani ibu dan menjaga keluarganya di rumah. Katanya:
آثِرْنِي بِالخُرُوْجِ، وَأَقِمْ مَعَ نِسَائِكَ
‘’Biarkan aku yang ikut perang. Sedangkan engkau di rumah saja menemani para wanita”.
Sa’ad enggan mengiyakan perintah ayahnya. Ia tidak mau begitu saja, bukan karena durhaka. Tetapi dia juga ingin terjun langsung berperang di bawah naungan Rasulullah. Membela agama dan Rasul yang dia cintai.
Baca Juga: Kisah Penggugah Kesabaran dalam Menuntut Ilmu
Lalu, Khaitsamah juga tidak mau ketinggalan perang bersama Nabi. Kedua-duanya sama-sama ingin perang. Kuat sekali keteguhan mereka, subhanallah. Akhirnya sang ayah dan putranya mengambil jalan tengah, yaitu melakukan qur’ah (undian). Siapa yang keluar namanya maka dia yang akan ikut perang.
Segera undian dilakukan. Keluarlah nama Sa’ad. Akhirnya dengan senang hati, kini harapannya terwujud. Ia berujar:
لَوْ كَانَ غَيْرَ الجَنَّةِ آثَرْتُكَ بِهِ
“Kalau bukan karena surga urusannya aku pasti akan mengalah.”
Bagaimana dengan Kita
Subhanallah! Allah Akbar! Ucapan yang indah dan kokoh. Menunjukkan tebalnya iman dalam hati beliau. Padahal berperang bukanlah hal yang ringan, enak dan penuh kelezatan. Bahkan jiwa raga menjadi ancaman. Ratusan anak panah berjatuhan laksana hujan. Tombak panjang dan lancip siap menusuk badan. Pedang-pedang yang tajam berayunan, menebas ke arah kiri dan kanan. Pilihannya hanya dua dalam peperangan, kalau tidak hidup ya meninggal dalam keadaan mendapat gelar syahid.
Tetapi inilah realita yang diaktori oleh seorang sahabat Nabi. Memang kalau sudah surga urusannya berat mau mengalah. Tetapi itu hanya bagi orang-orang beriman sejati saja akhi fillah. Sekarang giliran kita, seberapa besar keimanan yang ada dalam dada.
Sadar atau tidak sadar, apa yang kita lakukan yaitu thalabul ilmi itu juga bagian dari jihad. Walau berbeda dengan berperang tetapi sebagian ulama berpendapat bahwa menuntut ilmu syar’i lebih utama dari jihad (perang).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan thalabul ilmi, bahwa itu sebuah amalan yang dapat mengantarkan pelakunya ke dalam surga,
” مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ “
‘’Siapa saja yang menempuh sebuah jalan untuk mereguk ilmu, tentu Allah akan memudahkan dia meniti jalan ke surga”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya dari Sahabat Abu Hurairah, sanadnya sahih berdasarkan syarat Bukhari)
Oleh karenanya jangan kita mengalah dengan saudara kita dalam hal kebaikan. Sepatutnya kita berloma-lomba menjadi yang pertama, kata Allah:
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
‘’Berlomba-lombalah kalian dalam berbagai kebaikan’’. (QS. al-Baqarah: 148)
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Artikel Kami: Kisah Penggugah Semangat Bersedekah