Kenangan Tahun Lalu dalam Momen Musabaqah Al-Hafizh Ibnul Mulaqqin Satu

 

Oleh: Azkiya Maulaya Ribbi, 2A Takmili

 

Segala puji hanya milik Allah atas limpahan nikmat-Nya, yang lahir maupun yang batin. Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Nabi dan Rasul-Nya Muhammad, keluarga, dan juga para sahabatnya yang telah berjuang membela agama Allah. Amma ba’du,

Dalam rangka memenuhi permintaan beberapa ikhwah untuk menulis sepatah kata dua patah kata yang saya jalani saat mengikuti Musabaqah Al-Hafzih Ibnul Mulaqqin Satu sejak awal hingga akhir, maka saya meminta tolong kepada Allah dalam merealisasikan permintaan tersebut. Semoga apa yang saya tulis dapat memberikan faedah dan manfaat oleh semua yang membacanya.

 

Sesi Pendaftaran

Semua berlangsung pasca Daurah Imam Al-Muzani II. Masih di bulan Muharram, hari Kamis tanggal 16, thullab Takmili dikejutkan dengan sebuah poster Musabaqah Ilmiyyah. Poster tersebut dibawa oleh salah seorang thullab senior Takmili. Tak hanya itu, ia juga membawa lima formulir pendaftaran. Tak lama setelah itu, masya Allah, lima formulir tersebut langsung terisi di hari itu juga.

Pada awalnya, musabaqah ini sebagaimana yang tertera dalam poster akan dimulai pada hari Jum’at, 24 Muharram 1445 H, namun diundur hingga hingga 8 Shafar 1445 H. Akhirnya kami mendapat tambahan teman yang masih dalam satu Lembaga sejumlah empat orang.

 

Menuju Hari Perlombaan

Hari Ahad, 3 Shafar 1445 H, sembilan thullab yang mendaftar dari Takmili diundang oleh panitia Musabaqah Al-Hafizh Ibnul Mulaqqin Satu untuk mengikuti pengarahan terkait alur perlombaan secara global, pembagian kelompok dan materi yang akan digunakan dalam lomba.

Kesembilan thullab Takmili itu akan digabung bersama thullab Takhassus ke dalam Sembilan kelompok. Masing-masing kelompok akan terdiri dari tiga peserta ditemani satu ustadz pembimbing.

Materi yang akan dilombakan adalah pelajaran yang disampaikan oleh tiga masyaikh ahlus sunnah dalam Daurah Imam Al-Muzani ll. Acara ini juga sebagai sarana untuk membantu para peserta memurajaah pelajarannya. Panitia memberikan transkip pelajaran tujuh hari bersama masyaikh selam Daurah Imam Muzani ll yang tercetak dalam bentuk buku. Setiap kelompok mendapatkannya tanpa dipungut biaya sepeser pun.

Sejak saat itu, bahkan sebelumnya, hiduplah suasana ilmu di Ma’had Minhajul Atsar Jember dengan mengulang pelajaran sesuai harapan panitia musabaqah.

 

Kelompok Imam Al-Alusi

Itulah nama kelompok kami, yang mana seluruh anggotanya berasal dari thullab Takmili dan tidak bercampur dengan thullab Takassus. Pembimbingnya adalah ustadz Abu Thalhah Ubay Magetan hafizhahullah. Beliau memberi nasihat agar mengikuti musabaqah ini dengan niat mengulang pelajaran yang telah didapat dari masyaikh, mencontoh para salaf dalam memurajaah ilmu, dan tidak meniatkan perlombaan ini dalam rangka meraih kemenangan.

 

Babak Penyisihan

Setelah penantian yang melelahkan karena mempersiapkan materi, hari yang dinanti pun tiba. Jum’at, 8 Shafar 1445 H adalah hari dimulainya Musabaqah Al-Hafizh Ibnul Mulaqqin l. Musabaqah ini dimulai dengan babak penyisihan. Dibuka dengan kata sambutan dari panitia dan diikuti dengan pembacaan dua syair Imam Asy-Syafi’i rahimahullah sebagai tanda dimulainya babak penyisihan.

Tema materi untuk babak penyisihan adalah pelajaran akidah, mengambil dari kitab Wajibuna Nahwa Maa Amaranallahu Bihi karya Syaikhul Islam Muhammad bin Abdil Wahhab serta Aqidatur Razian yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim. Dua kitab tersebut disyarah oleh Syaikh Abdul Ghani Ausat hafizahullah.

Panitia membutanya menjadi lima puluh soal pilihan ganda yang dikerjakan oleh semua kelompok secara online di laptop yang disediakan oleh panitia. Waktu mengerjakan soal adalah lima puluh menit. Selama waktu lima puluh menit itu, para peserta ditemani oleh syair-syair Arab yang diputar secara lirih guna memberikan semangat.

Singkat cerita, terpilihlah enam kelompok dengan nilai tertinggi untuk lanjut ke babak selanjutnya.

Di antara tiga kelompok yang gugur saat itu adalah kelompok Al-Alusi. Mereka tidak mendapati nama mereka di layar proyektor. Mereka pun saling menyebar satu sama lain dan bersiap menunaikan salat maghrib.

 

Kesalahan Teknis?

Seusai salat maghrib, ada salah satu panitia yang mendatangi salah satu anggota Kelompok Al-Alusi. Panitia tersebut memberitahu bahwa terjadi kesalahan teknis dalam pengoreksian soal. Beliau meminta maaf atas hal tersebut. Kemudian beliau mengucapkan selamat kepada salah satu anggota kami tersebut dan mengatakan bahwa kelompok Al-Alusi lolos ke tahapan selanjutnya. Terakhir, beliau berpesan agar mempersiapkan diri.

Tidak ingin terburu-buru, teman kami tersebut mengajak teman-temannya untuk memastikan lagi berita tersebut.

Tak lama kemudian, keduanya kembali dengan gembira. Ya! Kelompok Al-Alusi benar-benar lolos ke babak semifinal. Segera saja mereka bertiga mempersiapkan diri. Mereka bermudzakarah dengan penuh semangat memanfaatkan waktu yang tersisa. Mereka juga mendapat dukungan dari teman-teman Takmili lainnya, begitu juga dari tim lain yang sudah gugur.

Panitia memberi tawaran untuk menambah anggota, khusus bagi tim Al-Alusi. Kenapa? Sebab, mereka Takmili, bukan Takhassus, yang secara keilmuan thullab Takmili lebih minim ilmu dibanding Takhassus. Dengan syarat, anggota tambahan juga dari Takmili dan jumlah maksimalnya adalah dua orang. Dari sana, mereka memilih satu thalib yang dinilai punya kelebihan dari segi hafalan untuk membantu.

 

Memasuki Babak Semifinal

Masih di hari yang sama, sesi semifinal dimulai setelah salat Isya langsung. Bertempat di lapangan serbaguna Ma’had Minhajul Atsar Jember. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kepenatan para peserta sekaligus menambah keseruan lomba yang sebelumnya dilaksanakan di dalam masjid.

Pada babak ini ada tiga level; soal bergilir, soal rebutan mudah, dan soal rebutan sulit.

Semua kelompok memperkenalkan diri dan menyampaikan slogan untuk memberikan semangat. Semua slogan diambil dari dari ucapan ulama salaf.

Tema yang diangkat kali ini adalah pelajaran ushul fikih diambil dari kitab Risalah Lathifah Jami’ah fii Ushulil Fiqhil Muhimmah karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Si’di rahimahullah, kitab ini disyarah oleh Syaikh Abbas Al-Jaunah hafizhahullah.

Perlombaan ini berjalan dengan seru hingga larut malam. Sampai kelurlah empat kelompok sebagai finalis untuk hari Ahad, dua hari ke depan. Dari keempat finalis itu, ada satu yang membuat panitia terkejut, yaitu kelompok Al-Alusi yang hanya terdiri dari empat thullab Takmili.

Tentu! Mereka belum pernah belajar ilmu ushul fikih kecuali pada saat bermajelis bersama Syaikh Abbas Al-Jaunah hafizhahullah. Kemudian bisa menjadi juara dua pada saat semifinal yang bertemakan ushul fikih. Masya Allah.

سُبْحَانَكَ لا عِلْمَ لَنَا إِلا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

“Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah: 32)

 

Memasuki Babak Final

Ahad 10 Shafar 1445 H setelah salat Isya. Berlokasi di masjid Ali bin Abi Thalib, bertemakan pelajaran fikih dengan pembasan Kitabun Nikah min At-Tadzkirah fil Fikhis Syafi’i karya Al-Hafizh Ibnul Mulaqqin, salah seorang ulama mazhab Syafi’I, yang mana nama lomba ini diambil dari nama beliau. Kitab ini dikaji dan disyarah oleh Syaikh Doktor Arafat hafizhahullah.

Sebelum lomba dimulai, ada kata sambutan dan nasihat dari salah satu azatidzah Ma’had Minhajul Atsar Jember. Jika para pembaca masih ingat, beliau adalah ustadz Muhammad Baraja’ hafizhahullah. Beliau memberikan apresiasi terhadap Musabaqah ini. Beliau juga mengingatkan kita semua untuk semangat dalam muzakarah pelajaran. Beliau membawakan kisah diskusi Imam Ath-Thabari dengan seorang ulama Baghdad yang membuat takjub dan iri seorang pejabat di zaman beliau, pesang singkat namun berarti.

Dimulainya lomba ditandai dengan pembacaan syair yang disusun oleh Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam An-Nuniyyah karya beliau. Sebagaimana sudah diketahui, babak final adalah babak dengan tingkat kesulitan yang paling tinggi dari semua sisinya.

Ternyata panitia memiliki kejutan untuk para finalis. Menjelang akhir perlombaan, ada sesi misteri. Setiap tim diberi kesempatan memberi soal kepada tim lain dengan tingkat kesulitan tanpa batas. Ada yang mengatakan bahwa sesi soal misteri ini adalah ide dari salah seorang pendengar Radio Minhajul Atsar. Dan ide tersebut ditanggapi positif oleh panitia.

Intinya, secara ringkas babak terakhir ini adalah yang paling seru, menegangkan, dan penuh dengan hal yang di luar dugaan.

Demikianlah, bahkan datang juga dukungan dan salam hangat dari Takmili Ma’had Dua yang juga turut mendengarkan dari kejauhan melalui siaran langsung. Pesan itu dikirim oleh musyrif kepada panitia secara elektronik. Itu semakin menambah nuansa ukhuwwah. Juga menambah semangat para peserta, terkhusus thullab Takmili yang menjadi finalis. Jumlah mereka lima orang.

Lalu siapakah juaranya?

Al-Alusi!

Tunggu… Siapa?

Al-Alusi?

Ya! Kelompok Al-Alusi menjadi juara satu pada Musabaqah Al-Hafizh Ibnul Mulaqqin l. Dengan perolehan nilai akhir sebanyak 680 poin -kalau saya tidak salah ingat-. Sebuah hal yang di luar ekspetasi!

Setelah melalui semuanya, mulai dari penyisihan, semifinal, hingga final, dengan rasa lelah dan penuh keringat karena harus bolak-balik dari Ma’had Dua ke Ma’had Satu. Berangkat kepanasan di teriknya siang dan pulang larut malam sambil memikul rasa kantuk. Dengan sakit dan pusing di kepala karena harus membaca transkrip daurah yang jumlahnya 300 sampai 400 an halaman dengan sistem SKS.

Degan menahan rasa lapar di perut karena rela mengorbankan sarapan, makan siang, bahkan makan malam, terkhusus di hari-hari perlombaan, hanya demi memurajaah pelajaran dan bersiap untuk berlomba.

Pada akhirnya, dengan izin Allah, kehendak, ketetapan, dan takdir Allah Taala, mereka pulang membawa kemenangan sambil mengangkat piala Musabaqah Al-Hafizh Ibnul Mulaqqin l berupa zam-zam karya santri, kupon belanja kitab senilai Rp 1.000.000, dan hadiah lainnya.

Namun yang lebih penting dari itu adalah mereka telah mendapat kesempatan untuk mengulang kembali pelajaran maupun faedah yang mereka timba langsung dari para masyaikh ahlus sunnah. Mereka sudah datang ke Tanah Air kita dari negeri yang jauh di sela-sela kesibukan mereka. Sehingga, rugi rasanya bilamana itu semua hilang begitu saja. Apalah nilainya hadiah, ia bukan menjadi tujuan utama kami.

Al-Alusi, mereka tak pernah mengira akan bisa sejauh ini. Mereka hanya punya slogan ucapan Imam Malik rahimahullah,

ما كان لله سيبقى، وما كان لغيره يفنى

“Apapun yang diniatkan karena Allah, pasti akan tetap langgeng. Dan apapun yang diniatkan untuk selain Allah, maka akan sirna.”

Itu semua murni pemberian dari Allah Taala.

 

Akhir Kata

Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasul kita, Muhammad, keluarga, dan para sahabatnya.

Usai dari tulisan ringkas ini pada hari Kamis 14 Shafar 1445 H pukul 14.30 WIB, Ma’had Dua Minhajul Atsar Jember harasahullah.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.