Keutamaan tobat dari maksiat
Oleh Dawud Malang Takhasus
Taubat adalah penyesalan dalam hati, sehingga ia kembali kepada Allah Ta`ala dan berhenti dari kemaksiatan. Ketahuilah, bahwa pintu taubat itu terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin memperbaiki diri dari hal-hal yang terjadi di masa lalu. Allah Subhanahu wa Ta`ala menyeru kepada orang-orang yang beriman agar bertaubat kepada-Nya. Sebab, keutamaannya sangat besar dan mulia.
Dalil al-Qur’an dan sunnah
Orang-orang yang bertaubat dari maksiat akan mendapat keberuntungan, Allah Ta`ala berkata,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman agar kalian beruntung.” (QS. An-Nur: 31)
Begitu pula Allah akan ampuni dosa-dosanya dan menerima taubatya, sebagaimana dalam hadits Nabi shallallahu `alaihi wa sallam,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا، تَابَ اللهُ عَلَيْه
Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu `anhu berkata, Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa bertaubat sebelum terbitnya matahari dari arah barat, niscaya Allah Ta`ala akan terima taubatnya.” (HR. Muslim no. 2703)
Mengenal perawi hadits
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu `anhu wafat pada tahun 57 H. Beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau meriwayatkan hadits sebanyak 5.374 hadits.
Abu Hurairah memeluk Islam pada tahun 7 H, tahun terjadinya perang Khaibar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendirilah yang memberi julukan ’’Abu Hurairah’’. Ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan ini bentuk kecintaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepadanya.
Allah Subhanahu Wa Ta`ala mengabulkan doa Rasulullah agar Abu Hurairah dianugrahi hafalan yang kuat. Ia memang paling banyak hafalannya di antara para sahabat yang lain.
Penjelasan tentang batas akhir taubat
Taubat seorang hamba akan terus diterima oleh Allah Ta`ala selama pintu taubat itu terbuka. Namun ketika pintu tersebut telah tertutup, taubat tidak akan diterima oleh Allah Ta`ala. Sebagaimana dalam firmanNya,
يَوْمَ يَأْتِي بَعْضُ آيَاتِ رَبِّكَ لا يَنفَعُ نَفْساً إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِن قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْراً…
“Pada hari datangnya ayat dari Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu. Atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya.” (QS. Al-An`am: 158)
Yang dimaksud ayat di atas ialah jika telah terbit matahari dari arah barat, maka tidak akan bermanfaat lagi keimanan seorang yang kafir, tidak pula pelaku maksiat yang bertaubat.
Mutiara faedah
- Bahwa keberuntungan itu dapat diraih oleh orang-orang yang selalu bertaubat kepada Allah Ta`ala.
- Taubat mengharuskan pelakunya untuk jujur dalam taubatnya, serta menyesali dosa yang telah ia lakukan.
- Wajibnya bertaubat kepada Allah Ta`ala. Sebagaimana Allah Ta`ala berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nasuha (taubat yang semurni-murninya).” (QS. at-Tahrim: 8)
- Jika seorang bertaubat kepada Allah Ta`ala, maka ia telah mengerjakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
- Hadits diatas menunjukkan bahwa jika telah terbit matahari dari arah barat, maka tidak ada lagi pintu taubat bagi manusia.
- Hendaknya bersegera dalam taubat, sebab seorang tidak mengetahui kapan ajal akan menjemputnya. Sehingga dikhawatirkan ia wafat dalam kondisi belum bertaubat kepada Allah Ta`ala.
Referensi:
- Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi rahimahullah.
- Jamiul Ulum wal Hikam karya Imam Ibnu Rajab rahimahullah.