Lima langkah dalam menghadapi godaan dunia
Oleh Zaid Banjarmasin Takmili
Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengkhawatirkan atas umatnya akan dibukakan bagi mereka dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits ‘Amr bin Auf al-Anshori radhiyallahu ‘anhu:
فَوَاللَّهِ مَا الفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ
“Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi yang aku takutkan dibukakan dunia kepada kalian sebagaimana telah dibukakan kepada orang-orang sebelum kalian. Lantas kalian berlomba-lomba untuk mendapatkannya, sebagaimana mereka berlomba-lomba untuk mendapatkannya, hingga dunia membinasakan kalian sebagaimana telah membinasakan mereka.” (Muttafaqun ‘alaih)
Tips agar selamat dari fitnah dunia
Di antara cara agar terhindar dari ambisi dunia adalah:
- Bertakwa kepada Allah Ta’ala.
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Takwa adalah takut kepada Dzat Yang Maha Mulia, beramal dengan wahyu, merasa cukup dengan yang sedikit, dan mempersiapkan diri untuk hari akhir.” Oleh karena itu, bagaimanapun sulitnya urusan kita saat kita menghadapi dengan takwa, pasti akan datang kemudahan dan jalan keluarnya. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, pasti Dia akan memberikan jalan keluar.” (QS. Ath-Tholaq: 2)
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan kemudahan dalam segala urusannya.” (QS. Ath-Tholaq: 4)
- Kesabaran di dalam menghadapi problematika kehidupan.
Allah Ta’ala dengan hikmah dan keadilan-Nya yang sempurna menjadikan dunia sebagai medan ujian dan cobaan. Allah Ta’ala berfirman:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
“Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 155)
- Zuhud dan waro’ terhadap dunia.
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah menukil ucapan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah tentang pengertian keduanya: “Zuhud adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak bermanfaat di akhirat, adapun waro’ adalah meninggalkan segala sesuatu yang engkau khawatirkan akan menyusahkan atau merugikan di akhirat.” (Madarijus salikin)
Allah Subhanhu wa Ta’ala mengabarkan tentang hakekat kehidupan dunia:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid: 20)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَتْبَعُ الْمَيِّتَ ثَلَاثَةٌ، فَيَرْجِعُ اثْنَانِ وَيَبْقَى وَاحِدٌ، يَتْبَعُهُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَعَمَلُهُ، فَيَرْجِعُ أَهْلُهُ وَمَالُهُ وَيَبْقَى عَمَلُهُ
“Ada tiga hal yang ikut mengantarkan jenazah, dua akan kembali dan yang satu akan tinggal bersamanya. Akan mengikutinya keluaga, harta, dan amalannya. Keluarga dan hartanya akan kembali, sedangkan amalannya akan menemaninya.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Sabar terhadap hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta’ala maknanya adalah menahan diri dari segala sesuatu yang telah diharamkan-Nya. Hal ini membutuhkan kesabaran, karena jiwa cenderung kepada yang buruk dan mengajak kepada hal-hal yang buruk pula. Oleh karena itu, seorang harus berusaha untuk menahan dirinya dari berdusta dan bermuamalah yang kurang baik, memakan harta dengan cara yang batil, seperti riba ataupun yang lainnya dan menahan diri dari perbuatan zina, minum khomr, mencuri dan sebagainya.” (Syarh Riyadhus Shalihin)
- Qona’ah.
Qona’ah artinya seorang hamba menerima dan merasa cukup dengan apa yang diberikan oleh Allah. Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam memuji sifat yang mulia ini:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ
“Sungguh bahagia orang yang masuk Islam dan dikaruniai rezeki yang cukup, serta Allah menjadikannya merasa cukup dengan apa yang Dia karuniakan.” (HR. Muslim dari sahabat Ibnu Umar)
- Mencari rezeki halal dengan cara yang halal pula.
Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk mencari rezeki dan keutamaan dari-Nya. Allah berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memakan harta dengan cara yang bathil.” (QS. An-Nisa: 29)
Dari Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda:
مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ، خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ، وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Tidaklah seorang memakan hidangan makanan yang paling baik kecuali yang berasal dari hasil jerih payahnya sendiri, sungguh Nabi Dawud senantiasa makan dari jerih payahnya sendiri.” (HR. Al-Bukhori no. 2072)
Penutup
Demikianlah ulasan yang dapat dipaparkan. Semoga Allah Ta’ala terus memberikan kepada kita taufik-Nya agar bisa selamat dari fitnah dunia yang sangat menipu dan menggoda jiwa. Amiin