Memupuk kesabaran dalam menghadapi ujian

 

Oleh Muhammad Hanafi Jember Takmili

 

Allah Ta’ala mengatakan di dalam ayat-Nya yang mulia,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: ‘Kami telah beriman.’ sedang mereka tidak diuji lagi? Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-‘Ankabut: 2-3)

 

Ujian, sebuah kepastian

Ketahuilah, setiap manusia tidak lepas dari yang namanya ujian. Allah Ta’ala akan memberikan cobaan dan ujian kepada hamba-hamba-Nya, dengan itulah, Allah mengetahui mana orang-orang yang jujur dan orang-orang yang dusta di dalam keimanannya.

Terlebih lagi di saat kondisi dan situasi seperti ini, di mana Allah menguji kita semua, bahkan seluruh penjuru dunia dengan wabah corona yang mana seseorang sangat membutuhkan kesabaran dalam menghadapinya.

Dengan ujian inilah Allah Ta’ala mengetahui orang-orang yang dahulunya berakhlak mulia, akan tetapi dengan bergilirnya waktu dia berubah menjadi seorang yang berakhlak buruk dikarenakan ketidaksabarannya dalam menghadapi ujian yang menimpa ini.

 

Para pembaca yang semoga selalu dijaga oleh Alah Subhanahu wa Ta’ala

Sesungguhnya sabar itu memiliki keutamaan yang sangat besar, maka sudah sepantasnya bagi kita untuk berhias dengan sifat tersebut. Ketika kita diberi cobaan oleh Allah berupa wabah ini, maka harus bagi kita untuk bersabar menghadapi cobaan ini, dan kita juga berusaha untuk bersabar di dalam menaati pemerintah kita.

Sabar dalam menjalankan protokol

Pemerintah kita telah membimbing kita selama ini, terlebih lagi pada masa-masa pandemi, sampai-sampai pemerintah membuat protokol kesehatan demi kemaslahatan bersama. Oleh karena itu, apakah kita mau untuk bersabar menjalani perintah-perintahnya?

Sungguh tidak sepantasnya bagi seorang muslim menyelisihi perintahnya apalagi seorang yang memiliki gelar ahlus sunnhah. Kita berusaha untuk selalu mematuhi perintah-perintahnya yang makruf walaupun hawa nafsu ini tidak mencocokinya, kita wajib untuk menaatinya sebagaimana Allah Ta’ala berkata:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisa’: 59)

 

Akhir kata

Wahai saudaraku! Perbanyaklah doa kepada Allah agar kita diistikamahkan di atas agama-Nya, meminta kepada Allah agar dituangkan kesabaran untuk kita, dan meminta agar pemerintah kita diberi hidayah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semoga Allah memberi kemudahan kepada kita semua untuk bisa menempuh jalann-Nya yang lurus. Amiin ya Robbal ‘alamiin.

 

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.