Misi dakwah para rasul
Oleh Saleh Jum’an al-Katiri Lampung 3B Takhasus
Allah Ta’ala Rabb semesta alam telah mengutus para rasul pada setiap umat untuk menjalankan misi-misi dakwah yang sangat agung dan mulia di jalan-Nya. Namun, misi apakah yang pertama kali mereka lakukan kepada umatnya?
Tauhid (mengesakan Allah Ta’ala) adalah misi pertama dakwah para rasul
Misi dakwah para rasul dari nabi Nuh sampai nabi Muhammad -‘alaihimushshalatu wassalam– semuanya sama, yaitu misi memperbaiki keyakinan umat terhadap Rabbnya.
Misi menyeru umatnya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta misi memahamkan bahwa tidak ada tandingan dalam rububiyah (meyakini bahwa hanya Allah Ta’ala lah yang menciptakan dan mengatur alam semesta), uluhiyah (meyakini bahwa hanya Allah Ta’ala lah yang berhak untuk diibadahi), dan asma’ was sifat (mengesakan nama dan sifat Allah Ta’ala). Karena Dialah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang menciptakan alam semesta seluruhnya.
Misi yang mulia agar umatnya meninggalkan semua sesembahan selain Allah Ta’ala. Baik itu benda mati ataupun makhluk hidup, gaib maupun terlihat, keramat maupun sakral, atau apapun selainnya.
Misi ini tidaklah dilakukan pertama kali kecuali karena ini adalah misi terpenting dalam dakwah di jalan Allah Ta’ala yang dapat menyelamatkan umatnya dari api neraka.
Misi para rasul di dalam al-Qur’an
Berikut adalah contoh-contoh yang menunjukkan bahwa misi dakwah yang pertama kali dilakukan oleh para rasul ‘alahimussalam adalah tauhid.
Dalilnya sangat banyak terdapat di dalam al-Quran, di antaranya:
- Nabi Nuh ‘alaihissalam
Dimulai dari nabi Nuh ‘alahissalam . Beliau adalah Rasul pertama yang diutus di muka bumi setelah terjadi kesyirikan di kaumnya. Allah Ta’ala mengatakan:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ إِنِّي لَكُمْ نَذِيرٌ مُبِين () أَنْ لا تَعْبُدُوا إِلا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ أَلِيمٍ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (Nuh berkata): “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kalian, agar kalian tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kalian akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan”. (QS. Hud: 25-26)
- Nabi Hud ‘alaihissalam
Kemudian, nabi Hud ‘alahissalam menjalankan misi yang sama kepada kaum ‘Ad. Allah Ta’ala mengatakan:
وَإِلَى عَادٍ أَخَاهُمْ هُودًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka Hud. Hud berkata: “Wahai kaumku, beribahlah kepada Allah semata, sekali-kali tidak ada sesembahan bagi kalian selain Dia.” (QS. Hud: 50)
- Nabi Shalih ‘alaihissalam
Nabi Shalih ‘alahissalam kepada kaum Tsamud. Allah Ta’ala mengatakan:
وَإِلَى ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. (Shalih berkata): “Wahai kaumku, beribahlah kepada Allah semata, sekali-kali tidak ada sesembahan bagi kalian selain Dia.” (QS. Hud: 61)
- Nabi Syu’aib ‘alaihissalam
Nabi Syu’aib ‘alahissalam kepada kaum Madyan. Allah Ta’ala mengatakan:
وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
“Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata: “Wahai kaumku, beribahlah kepada Allah semata, sekali-kali tidak ada sesembahan bagi kalian selain Dia.” (QS. Hud: 84)
- Nabi Yusuf ‘alaihissalam
Nabi Yusuf ‘alahissalam pun menjalankan misi yang sama kepada dua penghuni penjara. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ () مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Wahai kedua penghuni penjara, manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Tidaklah yang kalian sembah selain Allah itu melainkan hanya (menyembah) nama-nama yang kalian dan nenek moyang kalian membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kalian tidak menyembah selain-Nya. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf: 39-40)
Para pembaca semoga Allah Ta’ala merahmati kita semua. Sangat jelas dan gamblang pengabaran Allah Ta’ala tentang misi dakwah para rasul-Nya. Semuanya memulai dari tauhid., yang sebenarnya dahulu kita telah dimintai persaksiannya oleh Allah Ta’ala.
Allah ‘Azza Wa Jalla mengatakan:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya mengatakan): “Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS. al-A’raf: 172) .
Penutup para nabi dan rasul, yaitu nabi kita muhammad shalallahu a’laihi wa sallam juga menyeru hal yang sama. Allah Ta’ala mengatakan:
قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Katakanlah (muhammad): kemarilahlah kalian, aku akan bacakan kepada kalian apa yang Rabb kalian haramkan atas kalian, yaitu agar kalian tidak menyekutukan-Nya kepada sesuatu apapun.” (QS. al-An’am: 151)
Orang-orang yang mengklaim dirinya berada di atas jalan para rasul
Namun yang menjadi kontroversi sekarang adalah adanya pihak-pihak yang dijuluki sebagai pendakwah, dai, kiyai, gus, buya, atau ustadz, dan lain sebagainya. Yang mana mengklaim dirinya sebagai penyeru islam, mengaku sebagai penerus estafet misi dakwah di jalan Allah Ta’ala dan memiliki pengikut yang banyak. Namun kenyataannya mereka mengagung-agungkan kuburan, meyakini benda-benda keramat dan sakral sebagai pelindung selain Allah Ta’ala, meyakini adanya penjaga gunung, pohon keramat, penjaga laut atau penjaga tempat-tempat lainnya selain Allah Ta’ala, padahal ini semua merupakan kesyirikan yang diperangi oleh para nabi dan rasul ‘alahimussalam.
Sungguh hajar aswad adalah batu yang mulia. Kalau berbicara tentang sakral atau keramat maka hajar aswad lebih sakral dibanding semua batu yang ada di bumi. Namun demikian, Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu berucap saat beliau mencium hajar aswad :
إِنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ، مِثْلُكَ لَا يَضُرُّ وَلَا يَنْفَع، وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبَّلَكَ لَمَا قَبَّلْتُكَ
“Sesungguhnya aku mengetahuhi bahwa engkau hanyalah batu yang tidak dapat memudharatkan (menyelakai) dan tidak dapat memberikan manfaat. Jikalau bukan karena aku telah melihat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, aku tidak akan menciummu.” (HR. al-Bukhari: 1597 dan Muslim: 1270)
Lihatlah sahabat yang mulia Umar bin al-khattab beliau meyakini bahwa hajar aswad tidak dapat memberikan manfaat dan tidak dapat memudharatkan, beliau menciumnya hanya karena melihat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam melakukannya. Lalu bagaimana dengan benda lainnya yang dikatakan “sakral” dapat diyakini sebagai penolong dan pemberi manfaat?
Maka ini menjadi pertanyaan besar, bagaimana mungkin ia dijuluki sebagai da’i? Bagaimana mungkin ia mengklaim sebagai penerus misi dakwah para nabi dan rasul ‘alahimussalam? Dan yang lebih parah lagi, bagaimana bisa mereka memiliki pengikut yang sangat banyak? Sungguh benar perkataan Allah Jalla Wa ‘Ala:
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. al-An’am: 116)
Penutup
Maka sudah sepantasnya kita memperhatikan masalah tauhid sesuai yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Jangan sampai kita tertipu dengan banyaknya kelompok atau orang orang yang mengamalkannya. Mereka mengatasnamakan misi dakwah di jalan Allah Ta’ala namun kenyataannya mereka berbalik 180 derajat dari misi dakwah para rasul ‘alahimussalam.
Semoga Allah Ta’ala menunjukkan kebenaran agar kita bisa mengikutinya, dan menampakkan kesesatan sehingga kita bisa menjauhinya. Amin.