Persaksian Injil atas Kebenaran Ajaran nabi Muhammad (Bag. 2-terakhir)

Melanjutkan penjelasan sebelumnya. Bahwa di antara persaksian Injil yang menyebutkan kebenaran ajaran nabi Muhammad adalah sebagai berikut,
- Injil Markus, pasal yang kedua belas ayat yang kedua puluh delapan sampai tiga puluh:
12:28 Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepadanya dan bertanya: “Hukum manakah yang paling utama?” 12:29 Jawab Yesus: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
Ini adalah wasiat hukum yang pertama. Juga pada ayat yang ketigapuluhdua yang isinya:
12:32 Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: “Tepat sekali, guru. Benar katamu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.”
Dan pada ayat yang ketiga puluh empat:
12:34 Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya: “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!”.
Wasiat hukum yang pertama ini adalah wasiat Allah kepada seluruh rasul, termasuk ‘Isa. Dan juga itu adalah wasiat para rasul kepada umat mereka. Allah berfirman:
شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحٗا وَٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓۖ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِۚ كَبُرَ عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِينَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِۚ ٱللَّهُ يَجۡتَبِيٓ إِلَيۡهِ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِيٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ
“Dia mensyariatkan bagi kalian agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, begitu pula yang Kami wahyukan kepadamu dan yang Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa yaitu: Laksanakanlah (syariat) agama dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Dan Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang mau kembali (kepada-Nya).” (Asy-Syura: 13)
Agama yang disyariatkannya kepada mereka adalah tauhid, yang itulah makna Laailaahaillallah, dan mereka semua diperintahkan untuk mengajak kepadanya. Perkara inilah yang berat bagi orang-orang musyrik, dan karenanyalah mereka memerangi para rasul.
Ini juga yang diwasiatkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub alias Israil, Allah berfirman:
وَإِذۡ يَرۡفَعُ إِبۡرَٰهِـۧمُ ٱلۡقَوَاعِدَ مِنَ ٱلۡبَيۡتِ وَإِسۡمَٰعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ ١٢٧ رَبَّنَا وَٱجۡعَلۡنَا مُسۡلِمَيۡنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةٗ مُّسۡلِمَةٗ لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبۡ عَلَيۡنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلتَّوَّابُ ٱلرَّحِيمُ ١٢٨ رَبَّنَا وَٱبۡعَثۡ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُزَكِّيهِمۡۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ١٢٩ وَمَن يَرۡغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبۡرَٰهِـۧمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفۡسَهُۥۚ وَلَقَدِ ٱصۡطَفَيۡنَٰهُ فِي ٱلدُّنۡيَاۖ وَإِنَّهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّـٰلِحِينَ ١٣٠ إِذۡ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسۡلِمۡۖ قَالَ أَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٣١ وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبۡرَٰهِـۧمُ بَنِيهِ وَيَعۡقُوبُ يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ ١٣٢ أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِـۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٣ تِلۡكَ أُمَّةٞ قَدۡ خَلَتۡۖ لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَلَكُم مَّا كَسَبۡتُمۡۖ وَلَا تُسۡـَٔلُونَ عَمَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan pondasi dasar Baitullah (Ka’bah) bersama Isma’il (seraya berdoa): ‘Ya Tuhan kami terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Quran) dan al-Hikmah (as-Sunah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan tidak ada yang membenci agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh. Ketika Tuhan-nya berfirman kepadanya: ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab: ‘Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.’ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata): ‘Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untuk kalian, maka janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan memeluk agama Islam.’ Apakah kamu hadir ketika tanda-tanda kematian menghampiri Ya’qub, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah Tuhan-mu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Isma’il, dan Ishaq, Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.’ Itu adalah umat yang berlalu; bagi mereka apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 127-134)
Ini adalah agama yang sangat agung, yaitu berislam (tunduk patuh) kepada Allah Rabb semesta alam, bertaubat serta memohon kepada Allahl agar menjadikan anak keturunan mereka sebagai orang-orang Islam, dan memohon agar Allah mengutus seorang rasul kepada mereka yang akan membacakan ayat-ayat-Nya serta mengajarkan kitab (al-Quran) dan hikmah (as-Sunnah) kepada mereka, juga menyucikan mereka.
Dimana penyucian serta hikmah ini menjauhkan mereka dari perbuatan syirik, pembodohan diri, dan kesesatan. Juga hukum Allah bahwa orang yang membenci agama Nabi Ibrahim, yaitu tauhid, berarti dia telah membodohi dirinya sendiri.
Kesimpulannya, dakwah seluruh para nabi saling relevan di atas tauhid dan Islam, serta bahwasannya tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, mereka mengajak umat kepadanya serta mewasiatkannya kepada umat dan anak keturunan yang datang sepeninggal mereka.
Kesimpulan lainnya ialah wasiat Israil alias Nabi Ya’qub yang mencocoki isi dari pada Injil dan al-Quran, dan yang ada di dalam Injil berupa perintah untuk saling mengasihi termasuk perintah agama, bahkan agama Islam mengandung banyak perintah dan amalan yang agung selain saling berkasih sayang.
Hal tersebut juga bersamaan dengan kemuliaan serta keindahan ayat-ayat al-Quran yang menarik hati pembacanya, membangkitkan rasa pengagungan, pemuliaan, dan keimanan bahwa ucapan ini tidak ada seorang manusia pun yang mampu menirunya, juga keimanan bahwa al-Quran itu diturunkan dari Dzat Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji kepada seorang nabi ummiy yang tidak bisa membaca tulisan atau menulisnya dengan tangan.
Perhatikanlah perkataan ‘Isa dan wasiatnya yang mulia ini, dan bagaimana keimanan ahli Taurat yang bertanya dan meminta faidah tersebut, dimana dia mengatakan: “Benar yang engkau katakan wahai ‘Isa, Allah itu Maha Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia.” al-Masih menjawabnya: “Jika demikian, maka engkau tidak jauh dari kerajaan Allah.” Jawaban ini bermakna sebuah janji masuk surga baginya –wallahu’alam-.
Ini juga sebagai dalil bahwa selain ahli tauhid tidak akan masuk surga, sebagaimana Allah berfirman ketika mengabarkan tentang perkataan al-Masih kepada Bani Israil:
ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۖ إِنَّهُۥ مَن يُشۡرِكۡ بِٱللَّهِ فَقَدۡ حَرَّمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ ٱلۡجَنَّةَ وَمَأۡوَىٰهُ ٱلنَّارُۖ وَمَا لِلظَّـٰلِمِينَ مِنۡ أَنصَارٖ
“Ibadahilah Allah Tuhan-ku dan Tuhan-mu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun.” (Al-Maidah: 72)
Catatan:
Di dalam Taurat dan berbagai versi Injil, semua orang yang bertakwa lagi berbakti disebut dengan anak Allah, gelar tersebut tidak hanya khusus kepada Nabi ‘Isa.
- Dalam Injil Matius pada pasal yang kelima:
5:9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
- Pada pasal yang sama ayat yang keempatpuluhlima:
5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
- Pada ayat yang keempat puluh delapan:
5:48 Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.
- Pada pasal yang keenam ayat pertama:
6:1 “Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.”
- Pada pasal yang keduapuluhtiga ayat yang kesembilan:
23:9 Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga.
Dari sini anda dapat mengetahui bahwa sebutan bapa dan anak yang ada di dalam Injil memiliki makna hubungan antara Tuhan dengan hamba, sebutan yang disematkan untuk seluruh manusia, tidak hanya dikhususkan untuk al-Masih.[1]
Namun bisa jadi juga sebutan ini hanya karangan sebagian kaum Yahudi dan Nasrani. Wallahu A’lam.
Di dalam al-Quran Allah berfirman:
وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ وَٱلنَّصَٰرَىٰ نَحۡنُ أَبۡنَـٰٓؤُاْ ٱللَّهِ وَأَحِبَّـٰٓؤُهُۥۚ قُلۡ فَلِمَ يُعَذِّبُكُم بِذُنُوبِكُمۖ بَلۡ أَنتُم بَشَرٞ مِّمَّنۡ خَلَقَۚ يَغۡفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُۚ وَلِلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَهُمَاۖ وَإِلَيۡهِ ٱلۡمَصِيرُ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: ‘Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.’ Katakanlah: ‘Maka mengapa Allah menyiksa kalian karena dosa-dosa kalian?’ (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) diantara orang-orang yang diciptakan-Nya. Dia mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan antara keduanya. Hanya kepada Allah lah kembali (segala sesuatu).” (Al-Maidah: 18)
Orang yang berakal lagi bersikap adil pasti bisa memahami apa yang kami bawakan dari ayat-ayat al-Quran yang berisi pemuliaan, penghormatan, sanjungan, serta pujian terhadap ‘Isa, juga penetapan kenabian dan kerasulan beliau. Beliau termasuk pembesar para rasul mulia yang mengibarkan bendera tauhid dan mengajak manusia untuk menauhidkan Allah serta mengikhlaskan ibadah untuk-Nya, mereka juga memerangi perbuatan kesyirikan kepada Allah dan mengancam pelakunya dengan kekekalan di dalam neraka yang itu adalah sejelek-jelek tempat kembali.
Allah telah membersihkan ‘Isa beserta ibundanyaw dari tuduhan keji kaum Yahudi, mengangkat derajat keduanya, dan menggolongkan ucapan kaum Yahudi terhadap ‘Isa dan ibunya sebagai sebuah perbuatan kufur serta kedustan yang besar.
Nas-nas yang terdapat di dalam al-Quran dan Injil sejalan menyatakan bahwa ‘Isa adalah hamba Allah dan rasul-nya, ini adalah sebuah kesempurnaan yang tidak akan diraih kecuali oleh para rasul yang mulia, termasuk diantaranya Nabi ‘Isa. Dan hadits-hadits nabawi pun juga menyebutkan hal yang sama, demikian pula kaum muslimin beriman dengan semua ini, maka apakah masih ada kezaliman pada agama Islam dan kaum muslimin? Selamanya tidak akan ada bagi orang-orang yang berakal lagi bersikap adil.
Bahkan kezaliman terhadap Allah ialah keyakinan mungkar yang hampir-hampir langit pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh karenanya, keyakinan itulah yang menyelisihi al-Quran, as-Sunnah, dan keyakinan yang ada pada kaum muslimin, bahkan menyelisihi nas-nas tauhid yang terdapat pada Injil.
Setelah semua penjelasan ini, sekarang lah saatnya bagi kaum Nasrani untuk bergegas dan bersegera masuk ke dalam agama Islam, terkhusus orang-orang berakal, berpendidikan, dan berpikiran bebas diantara mereka.
Sekali lagi, kami mengajak mereka untuk mengikhlaskan niat kepada Allahl berdua-dua atau sendiri-sendiri, kemudian mari memikirkan perkara yang besar lagi mulia ini, tidak ada lagi yang lebih besar dari urusan ini.
Kami mengajak dengan sungguh-sungguh dan objektif, meminta dengan sangat, agar mereka mau memahami kebenaran serta kenyataan ini, karena ini menentukan kemana tempat terakhir kita. Apakah ke surga yang seluas langit dan bumi, atau ke neraka yang bahan bakarnya adalah manusia serta bebatuan nan dipersiapkan untuk orang-orang kafir, mereka kekal selamanya disana.
Perkara ini telah disepakati para rasul dan telah dikandung dalam kitab-kitab mereka, termasuk Nabi ‘Isa, hamba Allah dan rasul-Nya –semoga shalawat serta salam yang banyak senantiasa tercurah kepada beliau, kepada Nabi kita, dan kepada seluruh nabi serta rasul-.
Inilah momentum yang tepat untuk kami mengatakan dengan jujur:
يَـٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ تَعَالَوۡاْ إِلَىٰ كَلِمَةٖ سَوَآءِۭ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيۡـٔٗا وَلَا يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
“Hai Ahli Kitab, marilah berpegang kepada satu kalimat yang sama antara kami dan kalian, yaitu kita tidak menyembah kecuali kepada Allah, kita tidak mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun, dan kita tidak menjadikan satu sama lain sebagai tuhan selain Allah.’ Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim (yang berserah diri kepada Allah).’.” (Ali ‘Imran: 64)
Ini adalah ajakan serius yang menuntut kesungguhan dari kalian, jangan sampai kalian terjerat oleh Iblis, sesungguhnya Iblis itu musuh yang nyata bagi kalian, dan sesungguhnya dia hanya akan mengajak pengikutnya menuju neraka yang menyala-nyala, sedangkan Allah adalah Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, mengajak kalian kepada surga dan ampunan, Allah hanya mengajak kepada tujuan keselamatan serta menunjuki siapa saja yang dikehendaki-Nya menuju jalan yang lurus.
Demi Allah, keselamatan serta kesuksesan di dunia dan akhirat itu hanya ada pada agama Islam nan agung, Tuhan Penguasa semesta alam langsung yang mensyariatkannya, Maha Pengasih yang paling mengasihi.
Demi Allah, agama Islam adalah solusi paling sempurna di dalam melenyapkan segala problem manusia, baik itu terkait keyakinan, politik, sosial, ekonomi, maupun budi pekerti. Agama Islam juga memberantas segala jenis permusuhan, kedengkian, dan iri hati yang menggerogoti kehidupan manusia, bahkan merubah kehidupan menjadi neraka.
Saat ini di muka bumi, tidak ada agama dan jalan yang mencakup seluruh yang kami sebutkan diatas dengan benar kecuali agama Islam yang agung ini, bersama al-Qurannya yang penuh mukjizat, sunnahnya yang mulia, prinsip-prinsipnya yang bijaksana lagi sempurna, serta landasan hukumnya yang kokoh.
Marilah kemari! Menuju sebab hakiki yang menyelamatkan dari kesengsaraan dunia dan akhirat, menyelamatkan dari peperangan yang menghancurkan serta derita yang mencekik.
Ya Allah, berikanlah hidayah kepada umat-umat ini menuju agama dan jalan-Mu yang lurus, seseungguhnya Engkau Maha Mampu melakukan segala sesuatu dan Maha Berhak mengabulkan doa.
InsyaAllah pembahasan ini akan berlanjut, kedepannya kami akan menjelaskan tentang keagungan agama Islam, jujurnya Rasul Islam, jauhnya beliau dan risalah kerasulan yang dibawanya dari sikap mengurang-ngurangi serta melampaui batas, dan selarasnya agama Islam dengan akal sehat serta fitrah yang selamat.
[1] Lihat kitab al-Barahin hal. 6-10, karya al-Hilali.
======
Dari karya Syaikh Rabi’ bin Hadi hafizhahullah yang berjudul Mauqiful Islam min ‘Isa bin Maryam.