Salah Satu Adab dalam Berdo’a
اللهم اغفر لي إن شيت
“Ya Allah, ampunilah hamba jika engkau berkehendak”
Contoh potongan lafazh do’a di atas adalah salah satu gambaran atau bentuk do’a yang tidak jarang dipanjatkan oleh kaum muslimin kepada Allah subhanahu wata’ala.
Ketahuilah para pembaca yang semoga dirahmati Allah subhanahu wata’ala. Islam yang sempurna telah menjelaskan segala hal dalam agama ini. Tidak terkecuali tentang do’a, mulai dari tata caranya, sifat-sifatnya dan lain-lain.
Termasuk yang juga telah dijelaskan oleh islam adalah adab-adab dalam berdo’a.
Sengaja kita tampilkan lafazh do’a di atas, sebagai salah satu contoh lafazh do’a yang sering dipakai oleh kaum muslimin, namun ternyata di dalamnya ada kekurangan besar dari sisi adab.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda (artinya), “Janganlah salah seorang dari kalian berdo’a (dengan lafazh, pen) ya Allah ampunilah aku jika engkau berkehendak, ya Allah berikanlah rahmat kepadaku jika engkau menghendaki. Namun hendaknya ia bersungguh-sungguhlah dalam meminta, karena Allâh tidak ada yang bisa memaksanya”. (Muttafaqun alaihi)
Manusia ketika diminta sesuatu darinya, terkadang mereka memberi karena ada tujuan tertentu di dalamnya, atau karena takut ancaman si peminta, sehingga ia pun memberikan pemberian tersebut dalam keadaan terpaksa.
Adapun Allah subhanahu wata’ala, maka Ia memberi permintaan hamba-hamba-Nya bukan karena ada kebutuhan tertentu, atau karena takut pada suatu ancaman. Sungguh Allah subhanahu wata’ala tidak ada pemaksa bagi-Nya.
Tidak lain hal itu dikarenakan keutamaan-Nya, serta kemuliaan dan kebaikan-Nya.
Oleh karena itu, siapa yang berdo’a kepada Allah subhanahu wata’ala dengan lafazh di atas atau yang semisalnya, seakan-akan ia menganggap bahwa Allah subhanahu wata’ala bakhil dan kikir. Sehingga perlu dikaitkan dengan kehendak-Nya. Padahal kita tahu bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah ar-Razzaq yang maha memberi rezeki, Allah juga al-Gofur yang maha memberi ampun.
Tentu hal ini menunjukkan kurangnya adab si peminta dalam berdo’a kepada Rabbnya, yang sekaligus menunjukkan kurangnya pengagungan kepada Allah subhanahu wata’ala, yang berarti kurangnya tauhid si peminta do’a.
asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah mengatakan dalam kitabnya Qurratul Uyun al-Muwahhidin (artinya), “Termasuk adab kepada Allah subhanahu wata’ala yaitu tidak mengaitkan sebuah permintaan kepada-Nya dengan suatu apa pun; hal ini karena luasnya fadhilah-Nya, kebaikan-Nya, kemurahan-Nya dan kemuliaan-Nya”.
Wallahu a’lam.