Serunya Acara ‘Kun Kariman’, dari Tim Kantin untuk Santri

Oleh Tim Reportase Santri
Di saat hujan berinai-rinai indah membasahi bumi, di tengah hiruk-pikuk suasana thalabul ilmi, mempelajari kalam Ilahi dan kalam sang Nabi, bersama teman-teman seperjuangan dalam satu rihlah suci, ditemani goresan pena dan lipatan kertas yang mewarnai… Malam itu, sebuah acara meriah sedang diselenggarakan oleh Tim Kantin Ma’had Minhajul Atsar.
Tepat pukul 20.25 WIB (terlambat 25 menit dari jadwal sebenarnya) sang MC memulai pembukaan acara. Malam Kamis 17 Jumadal Akhirah 1443 / 19 Januari 2022, menjadi momen spesial bagi santri dengan adanya acara bazar kuliner mini bertajuk ‘KUN KARIMAN’ (Kunjungi Kantin Santri Idaman).
Acara ini sejatinya dalam rangka meresmikan bangunan kantin baru di ma’had kami. Yang dahulunya bangunan kantin menjadi satu dengan maqshaf (koperasi), kemudian berpindah ke bangunan tersendiri yang kini digunakan sebagai tempat belajar, memaksanya untuk pindah lagi di salah satu gazebo yang ada di Taman Bermain, lalu karena kapasitas yang minim, akhirnya kini kantin mendirikan stand lagi di tempat yang sama, namun dengan bangunan yang lebih permanen dan luas.
Bertiang galvalum dan beratapkan spandex, kantin baru memiliki satu etalase kaca dan tiga buah meja. Bangunan tak berdinding itu membuat udara dapat leluasa masuk ke dalamnya. Puing-puing sisa Kantin Gazebo sebelumnya telah tertimbun di bawah fondasinya. Tak terlihat lagi.
Kuliner JABUG
Seusai salat isya, Tim Kantin sebagai panitia bazar KUN KARIMAN yang merupakan para santri Takhasus mulai bergerak. Mereka mengusungi perlengkapan bazar (kompor, gas, serta bahan-bahan lainnya) ke kantin menggunakan sespan milik Tim Dapur. Di acara bazar malam itu, mereka hendak menyajikan hidangan pempek serta cilok murah-meriah ala santri.
Mereka juga mendapat titipan jualan dari seorang ikhwan berupa menu minuman. Ada Es Oyen seharga Rp.5000, Es Degan Rp.7000 dan lain sebagainya.
Sesampainya di kantin, rupanya seorang ustadz asal Pare-Pare (sebagai salah satu peserta bazar) telah mendahului mereka. Dengan menggunakan gerobak baru yang merupakan hasil kreasi santri asal Jogja, beliau menjajakan kuliner yang dinamai dengan ‘Kuliner JABUG (Jawa-Bugis)’.
Di antara menunya adalah piscok berlumur susu cair yang sudah ludes bahkan sebelum acara mulai. Selain rasanya yang ’sitimewa‘, harganya yang cukup miring juga menggoda para santri untuk mencobanya. Cukup membawa Rp. 2000, para santri sudah bisa mendapatkan 3 buah piscok lezat.
Stand Kuliner JABUG berada di depan bangunan kantin lama yang malam itu telah disulap menjadi bazar. Motif cat kayu dari gerobaknya sangat serasi dengan lampu hangat berwarna kuning dari ruangan di belakangnya.
Piscok habis, beliau mulai menghadirkan menu lainnya. Dimulai dengan mengeluarkan saos, kecap dan bihun, ternyata beliau juga memiliki menu bakso yang nikmat. Pentol beserta kuahnya sudah terlebih dahulu beliau panaskan di atas kompor. Di tengah rinai hujan dan hawa dingin yang cukup menusuk, menu yang satu ini tidak boleh terlewatkan oleh para santri. Dalam waktu yang singkat, bakso seharga Rp. 2000 itu pun habis tidak tersisa.
Dapur Tulungagung
Di dalam bangunan kantin lama, seorang ikhwan dari Tulungagung juga terlihat sibuk dengan menu kulinernya. Saos pedas, mayones, meses coklat, keju, dan aneka bahan topping lainnya telah tersusun di atas meja, lengkap dengan kompor portabel beserta alat pemanggang roti. Para pengunjung bazar masih penasaran dengan apa yang hendak beliau jajakan.
‘Cet..Tek..’ Suara pemantik api kompor. Setelah memastikan apinya menyala, beliau meletakkan pemanggang di atasnya sambil mengeluarkan mentega, telur, daun bawang dan bahan lainnya. Lalu dengan gaya cekatan ala penjual makanan profesional, beliau mulai mengocok telur yang telah dilengkapi dengan irisan daun bawang dan sedikit garam.
Baca Juga: Divisi Kebersihan Pondok (DKP), Tong Sampah Baru!
Setelah terkocok rata, beliau langsung menuangkan kocokan telur itu di atas pemanggang yang telah mencapai suhu panas tertentu. Lalu dengan cepat beliau mengambil roti panjang yang telah terpotong menjadi dua bagian dan meletakannya di atasnya. Tak lupa untuk mengoles bagian atas roti dengan mentega, selanjutnya beliau membalik roti yang telah lengket dengan telur yang sudah matang itu.
Saos dan mayones yang beliau bubuhkan di atasnya membuat para pengunjung tergiur ingin segera menyantapnya. Terakhir, beliau menutup kedua potong roti tersebut dan membungkusnya menggunakan kertas minyak.
Itulah yang beliau sajikan. Entah apa namanya, roti tersebut sekilas mirip hot dog namun lebih panjang. Sebagian santri asal sebut menamainya dengan martabak roti, karena isi di dalamnya adalah telur dan daun bawang. Ternyata setelah bertanya kepada penjualnya, roti yang panjang itu bernama roti John. Allahu a’lam.
Masih ada lagi menu lainnya dari ‘dapur Tulungagung’, roti bakar berbentuk bulat seperti burger namun lebih lebar dan lebih lembut, berisi meses, keju, serta olesan selai yang membuatnya begitu menggoda. Saking lebarnya, penjualnya sampai bingung bagaimana membungkusnya.
Walaupun roti-roti tersebut dibanderol dengan harga Rp. 8000, akan tetapi para santri tetap ramai berdatangan untuk membeli dan mencicipinya. Bahkan sebagian asatidzah hafizhahumullah yang turut hadir sebagai undangan pada acara bazar pembukaan kantin baru ini, pun turut memesannya.
Puncak Acara, Peresmian
“Ya, malam ini kita akan meresmikan kantin baru dengan membuka gulungan kerai yang bertuliskan nama kantin baru kita.” Ujar sang MC memulai sesi peresmian, telapak tangannya bisa jadi akan kapalan saking seringnya memegang mik. Para santri segera berhamburan mendekat ke arah suara untuk melihat prosesi peresmian.
“Jika di luar sana, orang-orang meresmikan sebuah bangunan atau kegiatan dengan memotong pita, memukul gong, atau menghidupkan petasan, maka di sini kita akan meresmikan kantin baru ini dengan membuka kerai.” Lanjut sang MC. “Ya, dalam hitungan tiga, kita akan segera melakukannya. Yuk, mari kita hitung bersama-sama.” Para hadirin semakin antusias sekaligus penasaran.
“Satu.. Dua.. Ttttigaaaa…” Hitungan MC sudah sampai tiga, namun para hadirin justru berseru kecewa. Ya, kerai belum bisa terbuka. Tali yang mengikatnya terlalu kuat sehingga sulit untuk dibuka.
“Yuk.. Mari, kembali kita hitung bersama-sama.” Sang MC berusaha untuk kembali membakar antusias hadirin. Kali ini dia tidak mau membuat mereka kecewa lagi.
“Satuuuu.. Duuuaaaa… Dan Tiiigaaa…” Suaranya mengalahkan keributan hadirin. Dan… “Blesss.” Kerai sudah terbuka. “Dengan ini, resmilah kantin ini menjadi sahabat kita. Sebagaimana nama kantin yang tertulis di kerai itu, KS2 (Kantin Sahabat Santri)….”
Fotografer dari tim dokumentasi Takhasus asal Klaten tak ketinggalan mengabadikan momen peresmian tadi. Gerimis yang turun membuatnya harus ditemani oleh santri lain asal Tegal yang setia memayungi agar kamera tak terkena air. Dalam kegiatan ini juga hadir reporter Takhasus, dari tadi ia mondar-mandir membawa catatan agar tidak meluputkan satu momen pun.
Kupon Belanja Gratis
“Ya, sebagaimana nama kegiatan kita pada malam hari ini, ‘KUN KARIMAN (Kunjungi Kantin Santri Idaman), yang mana Kun Kariman sendiri memiliki arti; Jadilah orang yang dermawan, maka pada malam hari ini kita akan bagi-bagi kupon belanja GRRATTISS bagi yang berhasil menjawab kuis dari panitia!!”
Kalimat MC barusan membuat para hadirin menoleh ke arah sumber suara, mereka segera berkumpul di sekitar MC, suasana kegiatan semakin seru. Sebagian yang sudah tahu duluan bahwa akan ada pembagian kupon gratis, mereka sudah berkumpul sejak tadi menanti sesinya tiba.
Satu kupon setara dengan nilai dua ribu rupiah. Ada pula kupon prioritas antrean, siapa yang mendapatkannya akan didahulukan antreannya ketika memesan di semua stand bazar.
“Apa bahasa Arabnya kantin?” Pertanyaan pertama untuk santri Tahfizh terlontar dari sang MC. Seorang santri asal Merauke bernama Aflah mengangkat tangannya, posisinya persis di hadapan MC sehingga sangat mudah terlihat. “Math’am.” Jawabnya dengan suara lirih, sampai MC harus memintanya mengulangi jawaban beberapa kali.
“Ya, jawabannyaaa… BENAR SEKALII..” Ujar sang MC. “Berhak mendapatkan DUA KUPON SEKALIGUS!!” Lanjut Sang MC, sambil menyerahkan dua kupon tersebut. Hadirin semakin antusias, gazebo tempat MC duduk serasa bergoyang saking banyaknya santri Tahfizh yang berkerumun. Kupon pertama tadi berhasil memancing gairah santri lain untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikutnya.
Santri bernama Aflah tadi ternyata malu untuk mengambil kuponnya. Akhirnya, pamannya yang berada di Takhasus mengambilkan kupon itu untuknya. Hingga akhirnya, Aflah sang keponakan malah menghadiahkan kupon tersebut kepadanya.
Selain kupon untuk yang berhasil menjawab kuis, ada pula kupon-kupon gratis untuk mereka yang telah berjasa atas berdirinya kantin baru ini.
“Sebelum melanjutkan acara, peserta pertama yang akan mendapatkan kupon secara cuma-cuma pada malam ini adalaahh… Aaqiil Aaziiz Aabdurrahmannnn…” Sang MC memanggil salah satu anggota Tim Sarpen, tim yang telah berjasa membangun kantin baru ini. “Berhak mendapatkan TIGA KUPON SEKALIGUSS!!” MC membuat kegiatan sederhana ini menjadi sangat seru, istimewa, dan berwarna. Anggota Tim Sarpen lainnya yang berjumlah 7 orang, semuanya mendapatkan kupon gratis secara berseling di tengah-tengah acara.
Artikel Kami: Hukum Jual Beli Kredit Menurut Syariat Islam
Teladan Kun Kariman
Di tengah hilir mudik pengunjung bazar..
“Nggak beli?” Seorang ustadz asal Jogja iseng bertanya kepada tiga santri Tahfizh yang sedang berdiri di samping salah satu gazebo berusaha menikmati suasana.
“Nggak tahu harganya, Ustadz.” Jawabnya asal.
“Beli aja sana, ada yang dua ribuan kok harganya.” Sang ustadz menyemangati mereka untuk meramaikan acara ini.
“Ini ada uang, pakai saja.” Sambil berlalu, sang ustadz memberikan uang senilai dua puluh ribu kepada mereka yang jadi salah tingkah.
“Jazakumullahu khairan, Ustadz.” Mereka berterima kasih, mendoakan sang ustadz dengan kebaikan.
Masya Allah. Di acara itu, entah berapa orang yang sudah berbaik hati menyedekahkan hartanya. Ustadz tadi adalah salah satu contohnya. Ustadz dari Pare-Pare yang mendiskon seluruh dagangannya di awal tadi -dari seribu rupiah per biji menjadi dua ribu rupiah untuk tiga biji- juga bisa menjadi contoh.
Bisa jadi nama kegiatan pada malam itu; KUN KARIMAN, menginspirasi mereka untuk meneladani Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat dermawan. Sebagaimana dalam hadis Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma:
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ
“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan.” (Muttafaqun Alaihi)
Seusai kegiatan, ustadz dari Pare-Pare mengumumkan melalui MC; bahwa untuk seminggu ke depan, bakso dagangannya tetap diskon, dua ribu rupiah per tiga pentol.
Selesai Acara, Jajanan Tak Tersisa
Acara Peresmian Kantin Baru itu usai tepat pukul 21.30 WIB sesuai dengan yang tertera di poster. Semua menu yang tersedia di malam itu habis tak tersisa. Roti-roti, piscok, bakso, es oyen, es degan, pempek, semuanya ludes kecuali cilok yang kuahnya telah habis terlebih dahulu. Mungkin andaikan kuahnya masih ada, cilok tersebut akan habis juga.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua agar bisa selalu istikamah di atas kebaikan dan amal salih. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengaruniakan kepada kita semua ketakwaan, ilmu, dan rezeki yang bermanfaat. Amin.
Penulis: Abu Khalid Haidar Surakarta, Takhasus.