Menjadi santri adalah anugerah ilahi

 

Oleh Umair Abu Umair Jember 1 Tahfizh  

 

Menjadi seorang santri bagiku adalah sebuah anugerah dan karunia tersendiri yang patut aku banggakan dan sangat aku syukuri. Terlebih di zaman ini, di tengah banyaknya kawula muda yang bingung dalam menentukan jalan hidup dan profesi. Alhamdulillah, aku diberi kesempatan dan ditakdirkan untuk bisa mencicipi sebuah perniagaan yang tiada pernah merugi yaitu thalabul ilmi (menuntut ilmu).

 

Manisnya Thalabul ilmi, nikmatnya berprofesi sebagai seorang santri mungkin tak kurasakan pada awal kali kuderapkan langkahku di jalan suci ini. Baru akhir-akhir ini aku bisa merasakan manisnya nikmat ini –thalabul ilmi-. Walaupun rasa itu kadang hinggap dan pergi mengingat betapa susahnya menata niat dan semangat dalam hati.

 

Aku adalah seorang santri, yang namanya santri pasti ada ujiannya. Di antara ujian yang saat ini kurasakan adalah ketika Allah Ta’ala menimpakan sebuah musibah yang melanda dunia. Ya, pandemi COVID-19 yang amat cepat penularannya, tak terkecuali di negeri ini. Semenjak itu,aku dan teman-teman pun ditetapkan oleh pihak ma’had untuk bersabar dan tetap tinggal di ma’had. Hingga waktu liburan pun tiba dalam keadaan pandemi COVID-19 masih melanda, sehingga aku dan teman-teman pun harus merasakan liburan di ma’had. Sabar, itulah hal penting yang harus dimiliki seorang thalibul ilmi (penuntut ilmu).

 

Pada liburanku kali ini, aku merasakan sebuah pengalaman baru dan cukup mengasyikkan sekaligus sedikit melelahkan. Berawal dari kegiatan rihlah (jalan-jalan) yang diadakan untuk kami, yaitu rihlah ke ma’had 2. Pada kegiatan tersebut, aku dipilih menjadi salah seorang yang diamanahi tugas sarpras (sarana prasarana). Sebuah tugas yang butuh dengan yang namanya sabar dan ikhlas. Bukan hanya itu, kami harus menjadi yang datang awalan dan pulang akhiran dengan tidak main-main di sana.

 

Awal yang kami lakukan di sana adalah bekerja memasang terpal, instalasi listrik sederhana dan pekerjaan lainnya. Saking sibuknya sampai-sampai kami hampir tidak tidur siang dan malam. Qaddarullah (Allah Ta’ala menakdirkan), pada malam hari kami pun harus bekerja karena tenda yang rencananya menjadi tempat bermalam kami bocor terkena guyuran hujan yang cukup deras. Esok harinya, aku dan tim kembali bekerja yaitu membereskan barang-barang serta mengembalikannya seperti semula dan setelah itu kami pun kembali ke ma’had 1.

 

Setelah itu akupun langsung ‘KO’ dan inilah waktu bagiku untuk beristirahat. Aku merasakan sedikit tidak enak badan, sampaipun nafsu makanku ikut menurun. Mulai hari itu, aku mengikuti kegiatan liburan dan lomba-lomba yang diadakan oleh pihak ma’had, walaupun harus menuai kekalahan demi kekalahan namun aku tidak pesimis dengan hal itu. Sebagian permainan pun ada yang tidak aku ikuti dan hanya sebagai penonton setia.

 

Di akhir masa liburan, alhamdulillah aku dan beberapa temanku yang tinggal di area kavlingan ma’had (pondok) diperkenankan untuk bisa pulang ke rumah. Alangkah indahnya liburan ini aku bisa berbakti kepada kedua orang tua dan insya Allah bisa melanjutkan kembali kegiatan thalabul ilmi ketika masuk nanti.

 

Semoga Liburan kali ini bisa menjadi penghilang rasa futur dan jenuh yang pernah hinggap dan melanda ketika itu. Amin. Sekian.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.