Syabab Masjid
Rubrik Topik Utama 2 Mading at-Tibyan Edisi 04 / Rabiuts Tsani 1443 H
Oleh Tim Mading Santri
Kabut malam masih menyelimuti. Gugusan bintang masih terlihat terang di langit yang cerah. Kala itu waktu masih pagi buta. Seorang kawan terbangun dari tidur lelapnya. Ia segera beranjak turun meninggalkan ranjangnya lalu pergi untuk bersuci.
Berikutnya ia langkahkan kaki menuju masjid yang masih terlihat sepi. Di saf pertama sembari menunggu subuh, ia melaksanakan salat witir. Tunduk berserah diri di hadapan sang Rabb Ilahi.
Sebuah rasa muncul dalam sanubari ini; ingin melakukan apa yang bisa ia perbuat. Bangun di kala manusia masih terlelap dalam tidurnya dan mengerjakan salat sunnah yang Nabi tidak pernah meninggalkannya. Sebuah tekad mulai muncul di dalam dada, tak mau kalah dan tak mau tertinggal jauh olehnya.
Terlintas dalam benak akan sabda Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Sebarkanlah salam, berilah makan orang miskin, sambunglah tali persaudaraan, dan salatlah di kala manusia masih terlelap dalam tidurnya. Niscaya engkau akan memasuki surga dengan selamat.”
Selamat Karena Salat
Sungguh betapa sejuk dipandang mata. Sebuah kenikmatan yang nilainya tak terhingga. Seorang pemuda yang hatinya lapang dan senang berusaha untuk memuliakan syiar terbesar dalam agama. Ia senanantiasa berusaha untuk tidak terlambat. Ia sadar bahwa salat adalah amalan yang akan dihisab pertama kali di Hari Kiamat.
Ia mengerti jika salatnya jelek, jelek pula seluruh amalannya. Ia paham jika ia melalaikan salat ia akan celaka lagi sengsara. Sebaliknya siapa yang baik salatnya, akan baik pula seluruh amalannya. Dan di akhirat ia akan beruntung lagi bahagia.
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ، قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Amalan hamba yang pertama akan dihisab (di akhirat) adalah salatnya. Jika salatnya baik, sungguh ia telah memperoleh kemenangan dan keselamatan. Namun jika jelek, sungguh ia telah celaka lagi merugi….” (HR. at-Tirmidzi dan disahihkan oleh Imam al-Albani)
Syabab Ibadah
Sungguh betapa bahagia dan mulianya seorang pemuda yang tumbuh dan berkembang dalam keadaan sibuk dengan ibadah kepada Allah Taala. Rasulullah pernah bersabda tentang tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan-Nya di hari Kiamat kelak,
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ (وذكر فيه) وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ
“Ada tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari yang tidak naungan kecuali naungan-Nya. –Di antaranya beliau menyebutkan:- Seorang pemuda yang tumbuh dalam keadaan beribadah kepada Allah.” (HR. al-Bukhari: 660)
Kawan, berlomba-lombalah dalam hal kebaikan. Hendaknya kita saling menasehati pada perkara kebenaran dan kesabaran. Bangunlah perkawanan kita di atas dasar keimanan dan ketakwaan.
Sungguh pertemanan di dunia itu sementara. Pertemanan di dunia itu fatamorgana. Kecuali siapa saja yang mendasari persahabatannya dengan iman dan takwa.
الأخِلاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلا الْمُتَّقِينَ
‘’Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az-Zukhruf: 67)