Tauhid dan Kesabaran
Oleh Fida’ Abu Abdul Lathif Batam Pra Tahfizh dan Mujahid Aceh 3A Takhasus
Sesungguhnya Allah ta’ala telah menciptakan alam ini untuk beribadah kepada-Nya dan mengutus para rasul agar mereka berdakwah kepada manusia untuk mentauhidkan-Nya. Al-Qur’an dalam sangat memperhatikan dan menekankan arti pentingnya akidah tauhid. Begitu juga menjelaskan bahaya kesyirikan terhadap individu dan suatu negeri. Karena kesyirikan inilah yang menyebabkan kehancuran di dunia serta kekekalan di negeri akhirat.
Sesungguhnya para rasul memulai dakwah mereka kepada tauhid, sebagaimana Allah ta’ala perintahkan para rasul untuk menyampaikannya kepada manusia. Allah ta’ala berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. al-Anbiya: 25)
Kehidupan dunia para sahabat sungguh banyak dihiasi dengan ujian yang datang silih berganti. Bagaimana tidak, peperangan melawan kaum musyrikin selalu saja ada pada tiap tahunnya. Berperang berarti nyawa yang dipertaruhkan. Berlaga yang berkonsekuensi meninggalkan keluarga yang tercinta.
Namun, semua itu terasa ringan dengan satu kata, ‘sabar’. Ya, sabar. Mudah diucapkan, gampang ditulis. Nyatanya di sana sangat susah untuk diterapakan, kecuali yang diberi taufik oleh Allah. Ikhlas dan sadar bahwa dia adalah milik Allah, dan akan dikembalikan kepada-Nya. Ia mengakui bahwa dia diciptakan di dunia ini dalam rangka untuk beribadah kepada-Nya semata.
Bercermin dengan para sahabat
Besarnya nilai tauhid pada sahabat membuahkan besarnya semangat, perjuangan, pengorbanan, keikhlasan, kesabaran, amal saleh, dst. Bercermin kepada para sahabat jiwa ini akan terhibur.
Lihatlah puncak sabar yang dilakukan para sahabat kala menggali parit Khandak. Benar-benar sabar. Parit yang akan digali kala itu sepanjang satu mil. Di tengah-tengah penggalian parit, mereka mengalami kesulitan. Karena cuaca sangat dingin dan kelaparan yang melilit.
Kala itu para sahabat diberi satu genggam gandum. Kemudian diolah dengan capuran lemak yang mendidih hingga menimbulkan aroma kurang sedap. Mereka memakannya, namun sulit sekali makanan itu bisa melewati kerongkongan.
Kemudian mereka mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang rasa lapar yang mereka alami. Mereka memperlihatkan kepada beliau bahwa pada perut-perut mereka terganjal batu yang mereka ikat. Beliaupun memperlihatkan kepada mereka bahwa pada perut beliau pun terganjal batu. Hingga Allah memudahkan mereka.
Semua itu mereka lewati dengan satu keyakinan, yaitu sabar. Sabar dalam menegakkan kalimatullah.
Yakinlah, wahai saudaraku
Ya, kata sabar jika sudah tertancap dalam sanubari akan mewujudkan sebuah kekuatan dan sikap pantang mundur. Orang-orang sabar yakin akan janji Allah. Mereka yakin pahala yang akan disiapakan bagi yang bersabar. Mereka percaya jalan keluar itu dari sabar, maka bersabar dan teruslah bersabar wahai saudaraku. Karena sabar merupakan kata penghibur.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba hamba-Nya yang senantiasa bersabar di kehidupan dunia ini. Amin ya Rabbal Alamin